Tabanan, baliilu.com – Komitmen Bupati Tabanan Dr. I Komang Gede Sanjaya, SE, MM dalam mewujudkan pembangunan baik secara sekala maupun niskala terus dilakukan guna mempercepat terwujudnya Visi Misi Tabanan Era Baru. Kali ini Bupati Tabanan menghadiri serta menyapa masyarakat di dua kecamatan di Kabupaten Tabanan yakni Kecamatan Marga dan Pupuan, Rabu (28/6). Bupati Sanjaya nyaksi Karya Pitra Yadnya Atma Wedana terhadap 55 sawa secara massal dan berlangsung di Bale Desa Adat Pinge, Desa Baru, Kecamatan Marga.
Kemudian dilanjutkan dengan nyaksi di lokasi kedua, yakni uleman upacara Pitra Yadnya Sapta Pranawa, warga Pasek Bendesa Dadia Batur Kikik, Desa Pujungan yang digelar di Ashram Manik Gni (Griya Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda), Banjar Dinas Taman Sari, Desa Pujungan Kecamatan Pupuan.
Bupati Sanjaya didampingi oleh Sekda, Anggota DPRD Tabanan, Asisten I dan III, para Kepala OPD Terkait di lingkungan Pemkab Tabanan dan para Kepala Bagian di lingkungan Setda, berikut Camat dan Perbekel setempat.
Pentingnya karya Pitra Yadnya Ngaben dalam perwujudan Visi dan Misi Provinsi dan Kabupaten Tabanan, menjadi salah satu tujuan utama kehadiran Bupati beserta jajaran siang itu. Tertuang dalam Sad Kerthi yakni Atma dan Jana Kertih, pelaksanaan karya ini merupakan perwujudan dari pelestarian adat, agama dan budaya, selaras dengan seimbangnya pembangunan alam jagat Bali yang harmonis, secara sekala dan niskala.
Dalam karya yang pertama didatangi Bupati Sanjaya pagi itu, sebanyak 55 sawa akan diabenkan secara massal, yang mana pelaksanaan upacara telah berlangsung sejak 18 Juni lalu. Pengabenan massal yang biasa disebut dengan kinembulan ini sudah menjadi kegiatan rutin yang dilakukan sekiranya setiap 10 tahun sekali, tercantum dalam perarem dan awig-awig milik Desa Adat Pinge. Dimana, setiap pengemong dikenakan biaya sebesar 5 juta rupiah/sawa. Untuk pelengkap dana yang lain, warga Desa Adat Pinge berhasil mengumpulkannya dari iuran per-KK sebesar 300 ribu rupiah dari 165 KK dan sisanya dari hasil dana punia masyarakat.
Sementara dalam karya yang kedua, yakni di Desa Pujungan, Pitra Yadnya dirangkaikan dengan pengabenan massal dan metatah massal. Dimana jumlah yang terdaftar yakni 19 sawa dan 38 orang peserta metatah. Jika Desa Adat Pinge memiilki perarem pengabenan setiap 10 tahun sekali, di Desa Pujungan menetapkan karya ini dilangsungkan setiap 5 tahun sekali. Yang mana di kedua Desa puncak acaranya ditetapkan pada tanggal 30 Juni mendatang. Pendanaan pun sebagian besar berasal dari masyarakat. Untuk pengabenan diambil dari dana abadi dan dana punia, dan untuk peserta metatah dikenakan biaya 150 ribu rupiah setiap peserta.
Dengan biaya yang relatif terjangkau ini, Bupati Sanjaya tentunya sangat mengapresiasi dan memberikan penghargaan setingginya bagi kedua desa. Sebab dengan bantuan warga setempat, secara bergotong-royong, Karya Pitra Yadnya bisa berjalan dengan baik lan memargi antar. Di kesempatan itu, Sanjaya juga menyatakan komitmennya untuk terus bisa turun ke masyarakat, me-nyaksi karya-karya yang diselenggarakan, guna menjadikan upacara menjadi karya yang Satwika.
‘’Kenapa saya hadir mengupa saksi, tujuannya agar mangda karya ida dane sane kewangun, mangda memargi antar, labda karya sida sidaning don, mangda satwika, utamaning utama,’’ tutur lembut Sanjaya siang itu saat memberikan sambutan di Desa Adat Pinge. Baginya, karya yang utamaning utama, parameternya tidak mesti diukur oleh sarana upacara yang mewah. ‘’Yang disebut dengan karya satwika, hanya 3 hal yang hadir, yaitu Tri Upa Saksi. Jika didasari rasa tulus ikhlas oleh masyarakat, kepuput oleh Sang Sulinggih dan keupasaksi oleh murdaning jagat, itu masuk dalam karya yang satwika. Nah, upa saksi sudah hadir, maka di sanalah esensinya,’’ tambahnya.
Lebih lanjut, Sanjaya juga sampaikan bahwa saat ini, pengabenan massal justru telah menjadi tren. Sebuah inovasi dan terobosan dalam menunaikan kewajiban dengan biaya dan sarana upacara yang terjangkau namun tetap tidak kehilangan esensi dan makna penting dari pengabenan itu sendiri. ‘‘Dahulu banyak pertentangan, astungkara sekarang ini, ngaben massal menjadi tren yang sangat diminati. Kalau bisa dilakukan dengan mudah dan murah kenapa harus mahal-mahal. Maka dari itu, saya, ritatkala wenten upacara-upacara ini selalu hadir di tengah masyarakat, dengan tujuan memberikan esensi makna hakikat pengabenan itu apa sih sebenarnya” tandas Sanjaya.
Sesuai dengan tujuan kehadirannya, siang itu Sanjaya dan jajaran disambut hangat oleh masing-masing desa. Tak ketinggalan, ungkapan syukur dan rasa terima kasih atas kehadiran orang nomor satu di Tabanan untuk nyaksi di upacara pun disampaikan oleh para perbekel dan tokoh masyarakat. ‘‘Kami selaku warga Desa adat, sekaligus pengemong, menghaturkan banyak-banyak terima kasih kepada Bapak Bupati yang sudah berkenan hadir, nyaksiang, nodya, acara nangun Pitra Yadnya yang kami laksanakan,‘‘ ungkap I Made Jadrayasa selaku Bendesa Adat Pinge siang itu. (gs/bi)