Connect with us
https://www.baliviralnews.com/wp-content/uploads/2022/06/stikom-juni-25-2022.jpg

EKONOMI & BISNIS

Sekda Dewa Indra: PT JBM Didirikan untuk Perkuat Ekonomi Kerakyatan Lokal Bali

BALIILU Tayang

:

de
SEKDA DEWA INDRA: Hadiri Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Jamkrida Bali Mandara. (Foto:Ist)

Denpasar, baliilu.com – Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra menegaskan bahwa PT Jamkrida Bali Mandara didirikan (JBM) dengan suatu idealisme memperkuat ekonomi kerakyatan lokal di Bali, jadi bukan sekedar PT yang mencari provit semata.

‘’Penguatan dalam ekonomi kerakyatan di Bali khususnya sangat penting mengingat sumbangan terbesar Bali pada PDRB datang dari sektor pariwisata, namun kondisi pariwisata sangat rentan, jadi diperlukan penguatan ekonomi untuk sektor kerakyatan di Bali,’’ tegas Sekda Dewa Indra saat mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Jamkrida Bali Mandara di Ruang Rapat Wiswasabha Pratama, Kantor Gubernur Bali, Kamis (13/2).

Untuk itu menurut Dewa Indra, ukuran kinerja dari PT ini adalah seberapa besar idealisme yang bisa dicapai oleh PT ini. Untuk itu diharapkan penguatan ekonomi kerakyatan kepada masyarakat lokal dapat menjadi fokus tujuan utama dari PT. Jamkrida Bali Mandara.

Tahun ini Pemprov Bali akan menambah sahamnya sebesar 30 milyar, dan diikuti juga oleh para pemegang saham lainnya. Diharapkan Jamkrida dapat lebih memaksimalkan penguatan ekonomi kerakyatan di Bali. Dan Dewa Indra juga menegaskan agar para pengawas dari Jamkrida baik komisaris, komisi akuntan publik maupun OJK tetap mengawasi Jamkrida Bali Mandara sehingga stabilitas ekonomi dapat terus berjalan dengan lurus, lancar dan memberikan dampak yang terbaik bagi masyarakat.

Direktur Utama JBM Ketut Widiana Karya, melaporakan beberapa realisasi yang telah dilakukan tahun 2019. Dimana plafon penjamin periode Tahun 2019 meningkat 167% dari plafon penjaminan periode tahun 2018. Sedangkan untuk jumlah terjamin meningkat 134% dari tahun 2018, dengan total terjamin sampai dengan Desember 2019 adalah 247.428 terjamin. Untuk partner usaha terdapat 592 rekanan atau meningkat 121% dari tahun 2018. Laba yang diperoleh tahun 2019 yaitu mencapai 104% dari target RKAP tahun 2019, serta tumbuh 22% dari laba tahun 2018.

Dari semua yang sudah dilakukan oleh Jamkrida maka sesuai dengan perhitungan tingkat kesehatan keuangan Lembaga Penjamin berdasarkan SE Nomor 18/SEOJK.05/2018, dimana JBM termasuk dalam kategori sehat. Dan hasil audit kantor akuntan publik juga dengan Opini Wajar.

Terkait pengarahan Sekda selaku pemegang saham pengendali, maka Direktur Utama JBM mengucapkan termakasih dan akan menjalankan amanat dengan maksimal dan sebaik-baiknya. Hadir dalam kesempatan itu para pemegang saham yang ada di Bali sebanyak 10 pemegang saham, Komisaris Utama JBM, Komisaris Independen JBM serta para notaris terkait. (*/balu1)

Loading

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
iklan stikom
Advertisements
iklan
Advertisement
Klik untuk Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

EKONOMI & BISNIS

Pemuda Desa Buleleng Bawa Produk Gamelan Rindik Bambu Tembus Pasar Ekspor

Published

on

By

ekspor rindik
I Gede Edi Budiana saat mengerjakan rindik di studionya. (Foto: Hms Buleleng)

Buleleng, baliilu.com – Dengan tangan terampil dan semangat melestarikan budaya, pemuda asal Desa Alasangker, Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng, Bali, berhasil menciptakan gamelan rindik dari bambu yang kini menembus pasar ekspor. Alat musik tradisional khas Bali ini dirakit secara manual dengan proses penuh ketelitian, dan sentuhan teknologi menjadikan setiap set gamelan memiliki nilai seni dan karakter yang unik serta berkualitas.

I Gede Edi Budiana, pemuda kelahiran tahun 1995 ini yang akrab disapa Edibud ini juga memanfaatkan digitaliasi era sekarang lewat pemanfaatan media sosial seperti Instagram dan Tiktok dengan nama “dE Percussion” sebagai sarana promosi dan branding produk gamelan rindik buatannya yang mulai dikenal hingga ke mancanegara. Permintaan pun datang dari berbagai negara yang tertarik pada kekayaan budaya Indonesia, sekaligus membuka peluang ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal di desa.

“Dahulu tetua membuat rindik dengan rasa dan feeling untuk sounding, sekarang saya padukan dengan sentuhan teknologi melalui aplikasi untuk test sounding tiap bilah bambu dalam menentukan nada masing-masing berbasis selendro, kalau kita konversi atau samakan dengan tangga nada diatonis, itu sangat membantu juga, karena pendengaran kita kadang tidak sesensitif aplikasi,” ungkapnya di studionya, Minggu (13/7).

Edibud yang sejak kecil senang mendengarkan alunan gamelan di radio ataupun saat upacara yadnya menjadikan motivasi kuat untuk menekuni seni tabuh ini, apalagi lingkungan mendukung ketika merantau di Kabupaten Gianyar sembari kuliah di salah satu kampus yang mendalami ilmu komputer ini, banyak belajar dengan tetua disana, sehingga niat membuat rindik semakin tinggi. ”Awal mula terpacu membuat rindik, mulai dari lingkungan sekitar, memang senang juga mendengarnya. Lalu berawal dengan bambu bekas penjor membuat rindik, malah temen kosnya yang suka rindik buatannya diminta untuk dijual, akhirnya ia lepas sebesar Rp. 300.000. Itu penjualan rindik buatan saya pertama kali tahun 2016 lalu,” ungkapnya.

Seiring berjalan waktu, setelah tamat kuliah tahun 2018, Edibud pulang kampung dengan membuka studio sejenis workshop “dE Percussion”. Di rumahnya sendiri yang berlokasi selatan Kampus FOK Undiksha Jinengdalem ini, pihaknya mengembangkan usaha dengan membuat produk gamelan lainnya seperti tingklik, angklung bambu, suling, kulkul/tektekan, kincir angin bernada dan lainnya yang berbahan dasar bambu.

Bahan bambu yang digunakan tidak sembarang bambu, bambu Tabah yang digunakan hanya tumbuh di pegunungan/perbukitan Bali Utara dan bambu Hitam yang didatangkan dari Jawa. Selain itu hanya berbekal pisau belakas, pengutik, dan gerinda serta mesin bor, Edibud telah banyak menghasilkan rindik. Untuk mengetes nada rindik agar cocok dengan tangga nada, dia menggunakan aplikasi Tuner yang ia download di platform digital handphonenya.

”Bersyukur sekali di Buleleng tumbuh bambu Tabah yang sangat bagus digunakan untuk bahan rindik selain bambu Hitam. Bambunya direndam selama 2 bulan dengan cairan khusus berupa insektisida dan EM4 untuk mengangkat zat gula bambu, sehingga kualitas bambu sangat bagus, tahan rayap dan tahan lama, asal nanti rindiknya tidak dijemur terus, tidak kena air hujan sehingga awet,” jelasnya

Selain itu pemasarannya juga melalui media sosial Tiktok dan Instagram “dE Percussion”. Banyak tamu-tamu yang memesan langsung dan dikirim ke luar negeri seperti Australia, Jepang, New York dan Singapura. Bahkan luar Buleleng juga banyak yang memesan seperti Karangasem, Tabanan, Klungkung dan Badung, yang paling banyak dari Denpasar. Selain itu pesanan datang dari desa lainnya di Buleleng.

Untuk kisaran harga rindik, Edibud menjual di kisaran harga Rp. 1 juta- Rp. 8 juta tergantung jenis rindik, ukiran dan ukuran, selain produk-produk lainnya juga kami jual sesuai pesanan. Pihaknya juga memberdayakan rekan sekitar tempat tinggalnya untuk membantu membuat pelawah dan ukirannya. ”Sekarang ini saja banyak pesanan selain kami akan menyetok juga, karena proses pembuatannya agak lama agar produk yang kami buat berkualitas,” ujarnya.

Pihaknya berharap, pemuda-pemuda lainnya menyenangi seni gamelan ini, karena ini merupakan warisan budaya Bali yang patut kita lestarikan. ”Kalau saya lihat banyak potensi muda-mudi yang senang akan gamelan rindik ini, namun karena faktor ekonomi, cenderung untuk merantau keluar, sehingga seni gamelan rindik ini sementara ditinggalkan, bukan tidak ada peminat ya,” tutupnya. (gs/bi)

Loading

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
iklan stikom
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

EKONOMI & BISNIS

Survei Penjualan Eceran Juni 2025: Momentum Musim Liburan, HBKN Idul Adha, dan TA Baru Dorong Aktivitas Ritel Bali

Published

on

By

Penjualan eceran Bali
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja. (Foto: dok)

Denpasar, baliilu.com – Pada bulan Juni 2025, penjualan eceran di Provinsi Bali diprakirakan masih dalam tren positif yang tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Bali yang sebesar 120,9 atau secara tahunan tumbuh 6,6% (yoy), dan masih berada di level optimis (>100). IPR Juni 2025 juga tumbuh moderat dibandingkan Mei 2025 yang sebesar 120,2. Prakiraan tumbuhnya kinerja ritel tersebut didukung oleh adanya faktor musiman, seperti libur sekolah, HBKN Iduladha, program potongan harga tengah tahun (mid season sale), serta mulai memasukinya tahun ajaran baru.

Prakiraan kinerja positif IPR pada Juni 2025 sejalan dengan data inflasi Badan Pusat Statistik (BPS) yang tercatat sebesar 2,94% (yoy), meningkat dibandingkan inflasi bulan Mei 2025 yang sebesar 1,92% (yoy). Inflasi yang masih berada dalam kisaran target 2,5% ±1% turut mendorong pertumbuhan konsumsi masyarakat di Bali, terutama pada komoditas pangan seperti beras, kopi bubuk, daging babi, cabai rawit, dan sawi hijau yang mengalami inflasi seiring dengan periode libur panjang di bulan Juni 2025. Survei Penjualan Eceran (SPE) Bali merupakan survei bulanan terhadap 100 penjual eceran/pengecer di Kota Denpasar dan sekitarnya yang bertujuan untuk memperoleh informasi dini mengenai arah pergerakan pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja mengatakan berdasarkan komponen pembentuknya, prakiraan penjualan eceran di Bali pada Juni 2025 utamanya didukung oleh tumbuhnya berbagai sub sektor, seperti Barang Budaya dan Rekreasi (termasuk alat tulis) yang meningkat 4,6% (mtm); Barang Lainnya (Farmasi, Kosmetik, Elpiji untuk Rumah Tangga, dan Barang Kimia untuk Rumah Tangga) yang meningkat 4,4% (mtm); Sandang yang meningkat 3,7% (mtm). Kinerja IPR di Bali yang positif tersebut menunjukkan peningkatan konsumsi masyarakat di Bali.

Erwin Soeriadimadja mengungkapkan prospek penjualan eceran di Bali ke depan diprakirakan akan terus positif. Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP), yang mencerminkan keyakinan pelaku usaha terhadap kinerja penjualan ritel dalam jangka pendek dan menengah, menunjukkan tren peningkatan. Responden memprakirakan penjualan pada 3 dan 6 bulan ke depan tetap terjaga yang tercermin dari IEP Agustus 2025 sebesar 182, dan pada November 2025 sebesar 194, masih berada di level optimis (IEP > 100). ‘’Terjaganya IEP tersebut mencerminkan pertumbuhan ekonomi Bali akan terus melaju, di tengah ketidakpastian ekonomi global,’’ ujar Erwin Soeriadimadja.

Untuk mendorong peningkatan IPR, Erwin menegaskan bahwa performa penjualan ritel dan konsumsi masyarakat perlu terus diperkuat. Dalam upaya tersebut, Bank Indonesia Provinsi Bali bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota terus mempererat sinergi guna menjaga kestabilan harga, melindungi daya beli masyarakat, dan memastikan agar perekonomian Bali bergerak ke arah pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan. (gs/bi)

Loading

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
iklan stikom
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

EKONOMI & BISNIS

Inflasi Bali Juni Terjaga, Namun Tekanan Risiko Harga Pangan Mulai Meningkat

Published

on

By

inflasi bali
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja. (Foto: dok)

Denpasar, baliilu.com – Rilis BPS Provinsi Bali pada 1 Juli 2025 menyebutkan bahwa perkembangan harga gabungan kabupaten/kota perhitungan inflasi di Provinsi Bali pada Juni 2025 secara bulanan mengalami inflasi sebesar 0,44% (mtm), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mengalami deflasi -0,47% (mtm). Secara tahunan, inflasi Provinsi Bali mengalami kenaikan menjadi 2,94% (yoy) dari 1,92% (yoy) pada Mei 2025. Meski tetap terjaga dalam rentang target 2,5±1%, inflasi Bali ke depan perlu tetap mendapat perhatian karena lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional baik bulanan maupun tahunan yang masing-masing tercatat 0,19% (mtm) dan 1,87% (yoy).

Untuk itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja mengatakan, diperlukan penguatan pengendalian inflasi melalui kolaborasi, inovasi, dan sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) khususnya dalam menyambut periode peak season kunjungan wisatawan mancanegara seiring periode summer holiday.

Erwin Soeriadimadja lanjut mengungkapkan, secara spasial, seluruh Kota/Kabupaten IHK mengalami inflasi bulanan dan tahunan. Kab. Badung mengalami inflasi bulanan tertinggi sebesar 0,53% (mtm) atau inflasi tahunan 2,11% (yoy), diikuti Kota Denpasar yang mengalami inflasi bulanan sebesar 0,48% (mtm) atau inflasi tahunan 3,30% (yoy). Selanjutnya, Kota Singaraja mengalami inflasi bulanan sebesar 0,37% (mtm) atau inflasi tahunan 2,79% (yoy), dan Kabupaten Tabanan mengalami inflasi bulanan sebesar 0,29% (mtm) atau inflasi tahunan 3,38% (yoy). ‘‘Secara bulanan, inflasi di Provinsi Bali terutama disumbang oleh Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, seiring dengan terbatasnya pasokan komoditas hortikultura dari daerah sentra seperti Bangli, Tabanan, Bima, Sembalun, dan dari Jawa (Lumajang, Kediri, Banyuwangi, Brebes) di tengah kondisi iklim kemarau basah dan gangguan distribusi,‘‘ ujar Erwin.

Berdasarkan komoditasnya, sebut Erwin, secara bulanan inflasi bulan Juni 2025 terutama bersumber dari kenaikan harga cabai rawit, tomat, sawi hijau, buncis, dan cabai merah. Sementara itu, inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh penurunan harga daging babi, bawang putih, daging ayam ras, jeruk, dan bensin. ‘‘Adapun penurunan harga daging babi dan jeruk seiring dengan normalisasi permintaan pasca HBKN,‘‘ ucapnya.

Ke depan, kata Erwin Soeriadimadja, beberapa risiko yang perlu diperhatikan antara lain peningkatan permintaan barang dan jasa pada masuknya peak season kunjungan wisatawan mancanegara, kenaikan biaya pendidikan menjelang masuknya tahun ajaran baru, serta kenaikan harga emas perhiasan seiring tingginya harga global emas. Selain itu, ketidakpastian cuaca pada musim kemarau basah juga berpotensi mengganggu produksi hortikultura.

Untuk menghadapi potensi risiko inflasi ke depan, Bank Indonesia Provinsi Bali terus mendorong sinergi dan inovasi dengan seluruh Pemerintah Kabupaten/Kota di Bali dalam menerapkan strategi pengendalian inflasi berbasis 4K, yakni Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi yang Efektif. Dalam perspektif jangka menengah hingga panjang, Bank Indonesia Bali juga mendorong seluruh TPID untuk menjaga kestabilan harga dan memperkuat ketahanan pangan melalui peningkatan produktivitas pertanian. ‘‘Upaya peningkatan produktivitas tersebut dapat dilakukan melalui pengendalian hama pada musim kemarau basah, optimalisasi regulasi perlindungan lahan pangan berkelanjutan dan pengendalian alih fungsi lahan, perbaikan infrastruktur pengairan, penggunaan benih unggul, serta pengembangan hilirisasi pertanian,‘‘ kata Erwin.

Ke depan, Bank Indonesia bersama TPID Provinsi dan seluruh TPID Kabupaten/Kota di Bali akan terus memperkuat serta memperluas pelaksanaan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) melalui penguatan produktivitas pertanian, optimalisasi kerjasama antar daerah, dan peningkatan efisiensi rantai pasok dengan membangun ekosistem ketahanan pangan yang melibatkan BUMDes, Perumda Pangan, dan koperasi. Sinergi tersebut juga akan mencakup kolaborasi hulu-hilir antara petani, penggilingan, perumda pangan, dan pelaku horeka (hotel, restoran, dan kafe), yang didukung oleh penguatan regulasi dalam pemanfaatan produk pangan lokal oleh horeka di daerah.

‘‘Melalui langkah-langkah strategis tersebut, Bank Indonesia Bali meyakini bahwa inflasi di Provinsi Bali pada tahun 2025 akan tetap terjaga dalam rentang sasaran inflasi nasional sebesar 2,5%±1%,‘‘ pungkasnya.  (gs/bi)

Loading

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
iklan stikom
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca