Tuesday, 11 February 2025
Connect with us
https://www.baliviralnews.com/wp-content/uploads/2022/06/stikom-juni-25-2022.jpg

BUDAYA

Gubernur Bali Canangkan Tumpek Krulut sebagai ‘’Rahina Tresna Asih’’

BALIILU Tayang

:

de
Gubernur Bali Wayan Koster saat konferensi pers. (Foto: gs)

Denpasar, baliilu.com – Gubernur Bali Wayan Koster mencanangkan Rahina Tumpek Krulut sebagai Perayaan Hari Tresna Asih/Hari Kasih Sayang, yang telah dituangkan dalam Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 4 Tahun 2022 tentang Tata-titi Kehidupan Masyarakat Bali berdasarkan Nilai-nilai Kearifan Lokal Sad Kerthi dalam Bali Era Baru. Selama ini, sejumlah masyarakat Bali merayakan Valentine Day setiap tanggal 14 Februari sebagai hari Kasih Sayang, yang sesungguhnya bukan merupakan budaya Bali. 

‘’Sudah waktunya, kita melaksanakan Hari Tresna Asih/Hari Kasih Sayang pada setiap Rahina Tumpek Krulut, yang kita miliki di Bali sebagai warisan Adiluhung dari Leluhur, yang sepatutnya dilestarikan, disosialisasikan, dan dilaksanakan oleh Pemerintah bersama masyarakat Bali. Saat Rahina Tumpek Krulut pada hari Sabtu (Saniscara Kliwon, Krulut), 23 Juli 2022 nanti, seluruh masyarakat Bali diimbau agar melaksanakan perayaan secara niskala dan sakala,’’ terang Gubernur Koster saat konferensi pers di Gedung Gajah Jayasabha, Selasa (Anggara Kasih Prangbakat), 8 Februari 2022.

Gubernur asal Desa Sembiran Buleleng ini lanjut memaparkan, sebagaimana diketahui, untuk pertama kali, Pemerintah bersama masyarakat telah melaksanakan Perayaan Rahina Tumpek Uye secara serentak di seluruh Bali pada hari Sabtu (Saniscara Kliwon, Uye), 29 Januari 2022 dengan lancar dan sukses.  Seluruh komponen masyarakat Bali mulai dari Pemerintah Provinsi Bali; Lembaga Vertikal di Bali; Pemerintah Kota/Kabupaten se-Bali; Majelis Desa Adat Provinsi Bali; Majelis Desa Adat Kota/Kabupaten se-Bali; Majelis Desa Adat Kecamatan se-Bali; Lembaga Pendidikan se-Bali; Desa/Kelurahan/Desa Adat se-Bali; Organisasi Kemasyarakatan dan Swasta  se-Bali; serta seluruh Masyarakat Bali menyambut dengan semangat, antusias, dan penuh dedikasi merayakan Rahina Tumpek Uye.

Baca Juga  Perayaan Tumpek Krulut Upaya Membentengi Warisan Budaya Bali

Gubernur Bali Wayan Koster memimpin langsung Perayaan Rahina Tumpek Uye berlokasi di Danau Buyan, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Gubernur Bali hadir didampingi oleh Ketua DPRD Provinsi Bali, Sekda Provinsi Bali, Pimpinan Perangkat Daerah beserta staf, dan seluruh masyarakat di sekitar Danau Buyan, dengan jumlah lebih dari 2.000 orang. Kegiatan diawali dengan Upacara Danu Kerthi dan Otonan Sarwa Wewalungan yang dipuput oleh Ida Sri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa Pamayun dilanjutkan sembahyang bersama, arahan Gubernur Bali, pelepasan ikan, burung, satwa, vaksinasi anjing ras Bali, dan diakhiri dengan membersihkan sampah plastik di sekitar Danau Buyan.

Wali Kota/Bupati se-Bali juga memimpin perayaan Rahina Tumpek Uye di daerah masing-masing, Bupati Buleleng memimpin Perayaan Rahina Tumpek Uye di Danau Tamblingan, Bupati Tabanan di Danau Beratan, Bupati Bangli di Danau Batur, Bupati Jembrana di Dam Palasari, Bupati Klungkung di Pura Watu Klotok dan Mangrove Lembongan, Bupati Karangasem di Tukad Telaga Waja, Bupati Gianyar di Empelan Pejeng, Walikota Denpasar di Dam Oongan, Kelurahan Tonja, sedangkan Bupati Badung diwakili Sekda Kabupaten Badung memimpin kegiatan di Hutan Gunung Mangu. Kegiatan di Kota/Kabupaten se-Bali diawali dengan persembahyangan, pelepasan ikan dan satwa, serta bersih-bersih lingkungan.

Lembaga Vertikal seperti Kanwil Kementrian Agama Provinsi Bali, Bank Indonesia, Kanwil Kementrian Hukum dan HAM Provinsi Bali, Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah dan instansi lainnya juga melaksanakan Perayaan Rahina Tumpek Uye secara niskala dengan sembahyang di tempat suci masing-masing instansi. Kegiatan sakala dilakukan dengan melepas ikan ke Danau/Bendungan/Dam/Sungai/Telabah/Mata Air, melepas binatang dan/atau burung, resik sampah di sekitar Danau/Bendungan/ Dam/Sungai/Telabah/ Mata Air, menyebarluaskan dan menyosialisasikan pentingnya menjaga kesucian, kelestarian, dan kebersihan Danau/Bendungan/ Dam/Sungai/Telabah/Jelinjingan/Mata Air di berbagai media. Kegiatan dipimpin oleh pimpinan instansi diikuti seluruh pegawai masing-masing instansi. Bahkan Kementerian Lingkungan Hidup memberikan apresiasi dengan dihadiri langsung oleh Wakil Menteri dan Dirjen terkait berlokasi di Estuari Dam Pemogan, Kota Denpasar.

Baca Juga  Agus Mahayastra Minta Semeton Gianyar Lihat Track Record Koster-Giri, Tak Ada Janji Muluk-muluk

Desa/Kelurahan dan Desa Adat melaksanakan persembahyangan Tumpek Uye di Pura Puseh dan Pura Desa masing-masing. Kegiatan sakala dilakukan dengan melepas ikan ke Danau/Bendungan/Dam/ Sungai/Telabah/Mata Air, melepas binatang dan atau burung, serta resik sampah di sekitar Danau/Bendungan/Dam/Sungai/Telabah/Jelinjingan/ Mata Air. Kegiatan dipimpin oleh Perbekel/Lurah/Bandesa Adat dihadiri oleh Perangkat Desa/Kelurahan/Desa Adat dan Staff.

Tidak ketinggalan masing-masing keluarga yang memiliki binatang peliharaan melaksanakan Upacara Ngotonin Sarwa Wewalungan. Tidak sedikit masyarakat yang dengan kesadarannya masing-masing melaksanakan kegiatan melepas ikan ke Danau/Bendungan/ Dam/Sungai/Telabah/Jelinjingan/ Mata Air, melepas binatang dan/atau burung, serta resik sampah di sekitar lingkungan masing-masing.

Lembaga Pendidikan, Organisasi Kemasyarakatan, dan Swasta melaksanakan persembahyangan Tumpek Uye di tempat suci masing-masing. Secara sakala antara lain melakukan kegiatan melepas ikan ke Danau/Bendungan/Dam/ Sungai/Telabah/ Jelinjingan/Mata Air, melepas binatang dan/atau burung, resik sampah di lingkungan masing-masing, serta menyebarluaskan dan menyosialisasikan pentingnya menjaga kesucian dan kebersihan Danau Bendungan/Dam/ Sungai/Telabah/Jelinjingan/Mata Air.

Gubernur yang mantan anggota DPR-RI 3 periode dari Fraksi PDI Perjuangan ini mengatakan, perayaan Rahina Tumpek Uye untuk pertama kalinya dilaksanakan secara melembaga yang diinisiasi oleh Pemerintah Provinsi Bali sehingga mendapat apresiasi dari seluruh lapisan masyarakat Bali. Selama ini, Perayaan Rahina Tumpek Uye hanya dilakukan oleh masyarakat dan belum menjadi kebijakan pemerintah. Oleh sebab itu, kegiatan-kegiatan dalam rangkaian Perayaan Rahina Tumpek Uye sangat marak dipublikasikan di berbagai media, baik media cetak, elektronik, bahkan sangat viral diberitakan di sosial media. Gubernur Bali mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas partisipasi seluruh komponen masyarakat Bali dalam Perayaan Rahina Tumpek Uye.

Selanjutnya, Gubernur yang juga menjabat Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini ini menegaskan juga akan melaksanakan Perayaan Rahina Tumpek Wayang, Tumpek Landep, Tumpek Wariga, Tumpek Kuningan, dan Tumpek Krulut sesuai Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2022 tentang Tata-titi Kehidupan Masyarakat Bali berdasarkan Nilai-nilai Kearifan Lokal Sad Kerthi dalam Bali Era Baru. Perayaan Rahina Tumpek Wayang akan dilaksanakan pada hari Sabtu (Saniscara Kliwon, Wayang), 5 Maret 2022, Tumpek Landep pada hari Sabtu (Saniscara Kliwon, Landep), 9 April 2022, Tumpek Wariga pada hari Sabtu (Saniscara Kliwon, Wariga), 14 Mei 2022, Tumpek Kuningan pada hari Sabtu (Saniscara Kliwon, Kuningan), 18 Juni 2022, dan Tumpek Krulut pada hari Sabtu (Saniscara Kliwon, Krulut), 23 Juli 2022. Seluruh Perayaan Rahina Tumpek, yang berdasarkan Nilai-nilai Kearifan Lokal Sad Kerthi, merupakan implementasi visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru.

Baca Juga  Warga Seraya Syukuri dan Apresiasi Bantuan Wayan Koster Lima Tahun Lalu

Gubernur Bali berharap Perayaan Rahina Tumpek dilaksanakan secara berkesinambungan sehingga menjadi laku hidup/gaya hidup/lifestyle masyarakat Bali. Perayaan Rahina Tumpek merupakan salah satu upaya yang sangat fundamental, esensial, dan strategis dalam membangun karakter, jati diri, dan kualitas kehidupan masyarakat Bali, menghadapi dinamika perkembangan zaman dan modernisasi dalam skala lokal, nasional, dan global. (gs/bi)

Advertisements
ucapan nataru
Advertisements
nataru
Advertisements
stikom
Advertisements
ucapan Imlek DPRD Badung
Advertisements
iklan fisioterapi
Advertisements
iklan

BUDAYA

Makna Mendalam Hari Saraswati, Wujud Pengetahuan dan Kebijaksanaan

Published

on

By

makna hari saraswati
I Kadek Satria, S.Ag, M.Pd.H selaku Penyuluh Agama Hindu Kantor Kementerian Agama Kabupaten Buleleng. (Foto: Hms Buleleng)

Buleleng, baliilu.com – Saraswati sebagai hari suci pemuliaan Ilmu Pengetahuan, memang sangat lekat bagi seluruh kalangan Hindu utamanya yang berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan. Sekolah, kampus dan kantor-kantor. Namun, apakah hanya berhenti disana? Tentu tidak. Hari suci dimana bertujuan untuk memuliakan Ilmu Pengetahuan ini memang sangat khas dan bahkan diyakini sebagai cikal bakal kita, sebab ilmu pengetahuanlah yang membuat kehidupan kita menjadi lebih mulia.

Mulia karena Guna (ilmu pengetahuan) lalu dengan ilmu itu kita memperoleh Gina (Geginan) atau professional hidup dan disanalah puncaknya akan memperoleh kesejahteraan (Dana).

Demikian catatan yang disampaikan I Kadek Satria, S.Ag, M.Pd.H selaku Penyuluh Agama Hindu Kantor Kementerian Agama Kabupaten Buleleng di ruang kerjanya, Jumat (7/2).

Lebih lanjut dijelaskan secara etimologis, hari suci Saraswati bisa kita lihat sebagai berikut. Saraswati terdiri dari kata : Saras (srs) dan Wati. Kata Saras berarti sesuatu yang mengalir, dan “kecap” atau ucapan. Dan kata Wati berarti yang memiliki/mempunyai. Jadi, Saraswati berarti : yang mempunyai -sifat mengalir dan sebagai sumber ilmu pengetaluan dan kebijaksanaan.

“Inilah kemudian berkembang bahwa beliau adalah sumber kebijaksanaan. Bukankah dengan ilmu pengetahuan kita akan menjadi lebih bijak? Sudah barang tentu itulah yang kita pahami,” ujarnya.

Lebih lanjut paparnya, beberapa istilah yang sering kita kenal tentang Saraswati antara lain dalam ajaran Tri Murti menurut Agama Hindu Sang Hyang Saraswati adalah Saktinya Sang Hyang Brahman. Pada titik ini beliau sebagai prabhawa-nya menciptakan alam semesta dengan Ilmu Pengetahuan yang utama sehingga dikenal dengan sebutan Sang Hyang Saraswati sebagai Hyang-Hyangning Pangaweruh.

Aksara merupakan satu-satunya Lingga Stana Sang Hyang Saraswati. Inilah yang menjadi alasan mengapa pada sarana upakaranya menggunakan jaje saraswati dimana bentuknya seperti aksara ong kara.

Pengertian odalan Sang Hyang Saraswati yang datang pada hari Saniscara Umanis wuku Watugunung adalah sebagai hari pemujaan turunnya ilmu pengetahuan oleh seluruh umat Hindu.

Baca Juga  Jalan Kaki dari Puri Mengwi ke Pura Taman Ayun, Pedagang Sate Serukan Koster Lanjutkan dan Maju Terus

“Dari sudut pandang Etika kita bisa lihat bahwa Pemujaan Saraswati dilakukan sebelum tengah hari. Pada perayaan hari suci Saraswati, tidak diperkenankan membaca atau menulis. Hal ini dilakukan pada saat pemujaan beliau, dalam mempelajari segala “pengaweruh” selalu dilandasi dengan hati “Astiti” kepada Hyang Saraswati, termasuk dalam hal merawat perpustakaan. Namun setelah melakukan pemujaan, maka pemuliaan wajib dilakukan dengan mempelajari dan mendiskusikan ilmu pengetahuan itu (rembug sastra),” terangnya.

Dari sudut pandang upakaranya mari kita lihat lebih dalam. Mulai dari tempat misalnya, Semua pustaka-pustaka keagamaan dan buku-buku pengetahuan lainnya termasuk alat-alat pelajaran yang merupakan “Lingga Stana Hyang Saraswati” diatur dalam tempat yang layak untuk itu. Baik di rumah, sekolah, kampus dan tempat-tempat lainnya. Selanjutnya tentang banten atau upakara yang digunakan. Upakara Saraswati sekurang-kurangnya : Banten Saraswati, Sodaan Putih Kuning, dan canang selengkapnya. Selanjutnya memohon Kekuluh (tirta). Tirta yang dipergunakan hanya tirta Saraswati, diperoleh dengan jalan memohon kehadapan Hyang Surya sekaligus merupakan Tirta Saraswati, dan bisa memohon di tempat lingga Saraswati masing-masing, seperti lontar, gria dan tempat suci lainnya.

Ditambahkan oleh Kadek Satria, mengenai pelaksanaan secara garis besarnya bisa dilakukan sebagai berikut : Pertama, didahului dengan menghaturkan pesucian, ngayabang aturan, muspa dan matirta. Upakara Saraswati Puja ditetapkan nyejer sampai keesokan harinya. Banyupinaruh (pina wruh) Redite Paing Sinta, Asuci laksana. Di pagi hari umat asuci laksana (mandi, keramas dan berair kumkuman). Upakara dihaturkan labaan nasi pradnyan, jamu sad rasa dan – air kum-kuman. Setelah diaturkan pasucian/kum-kuman labaan dan jamu, dilanjutkan dengan nunas kum-kuman, muspa. matirta, nunas jamu dan labaan Saraswati/nasi pradnyan barulah upacara diakhiri/ lebar.

“Yang paling sering kita lihat adalah masyarakat melakukan pemujaan ke sekolah dan kampus, ada pula ke beberapa orang pintar atau balian. Hal ini karena Saraswati dikaitkan dengan taksu. Dimana taksu itulah yang dimohoni untuk memperoleh ketaksuan sehingga kehidupan akan menjadi guna baik untuk kemudian ilmu pengetahuan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari,” ungkapnya.

Baca Juga  Gubernur Koster Kembali Tata Perangkat Daerah Guna Wujudkan Reformasi Birokrasi yang Efektif, Efisiensi dan Akuntabel

Pengujung, adapula yang melakukan kegiatan banyu pinaruh ke sumber-sumber air, hal ini tidak masalah sepanjang diyakini sebagai laku baik dalam pelaksanaan pemuliaan Ilmu Pengetahuan. “Rahajeng nyanggra lan ngelaksanayang Rahina Suci Saraswati bagi semeton sedharma, mogi rahayu,” tutupnya. (gs/bi)

Advertisements
ucapan nataru
Advertisements
nataru
Advertisements
stikom
Advertisements
ucapan Imlek DPRD Badung
Advertisements
iklan fisioterapi
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

BUDAYA

Pemkot Denpasar Gelar Bhakti Rahina Saraswati di Pura Agung Jagatnatha

Published

on

By

Bhakti Saraswati Denpasar
RAHINA SARASWATI: Persembahyangan bersama Rahina Suci Saraswati oleh Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara, bersama Ketua DPRD Denpasar I Gusti Ngurah Gede, Sekda Kota Denpasar Ida Bagus Alit Wiradana, unsur Forkopimda Denpasar, Ketua TP PKK Denpasar Ny. Sagung Antari Jaya Negara, serta para siswa sekolah, Sabtu (8/2) di Pura Agung Jagatnatha. (Foto: Hms Dps)

Denpasar, baliilu.com – Pemerintah Kota Denpasar menggelar Bhakti Rahina Saraswati di Pura Agung Jagatnatha pada Sabtu (8/2). Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, serta dihadiri oleh Ketua DPRD Denpasar I Gusti Ngurah Gede, Sekda Kota Denpasar Ida Bagus Alit Wiradana, unsur Forkopimda Denpasar, Ketua TP PKK Denpasar Ny. Sagung Antari Jaya Negara, serta para siswa sekolah.

Suasana khidmat terasa saat kidung suci pemujaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewi Saraswati dilantunkan. Para penabuh tampak mengiringi prosesi yang juga dipersembahkan tari Rejang Dewa oleh para siswa sekolah. Para pemangku Pura Agung Jagatnatha tampak khusyuk mempersiapkan upacara hingga persembahyangan selesai.

Walikota Jaya Negara menyampaikan bahwa Bhakti Rahina Saraswati merupakan agenda rutin Pemerintah Kota Denpasar. Peringatan Rahina Suci Saraswati sebagai penghormatan kepada Dewi Saraswati, simbol ilmu pengetahuan, diharapkan dapat menginspirasi masyarakat untuk terus menuntut ilmu.

“Kita ketahui bersama dan kita sadari bersama ilmu pengetahuan sebagai kekayaan dan sumber utama dalam kehidupan, sehingga Pemkot Denpasar sangat mendorong dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dengan peningkatan pelayanan di bidang pendidikan,” ujar Jaya Negara.

Lebih lanjut, Walikota Jaya Negara berharap melalui Bhakti Rahina Saraswati, umat Hindu dapat meningkatkan Sradha Bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Selain itu, dengan Dewi Saraswati sebagai simbol ilmu pengetahuan, diharapkan umat dapat terus memperoleh tuntunan dalam menjalankan swadharma masing-masing.

“Kami menghaturkan Rahajeng Rahina Suci Saraswati, semoga peringatan Rahina Suci Saraswati ini membawa berkah bagi seluruh masyarakat Kota Denpasar dan semakin memperkuat semangat dalam menuntut ilmu serta menjalankan kewajiban sesuai dharma masing-masing,” ujar Jaya Negara.

Baca Juga  Gubernur Koster Kembali Tata Perangkat Daerah Guna Wujudkan Reformasi Birokrasi yang Efektif, Efisiensi dan Akuntabel

Sementara Kabag Kesra Setda Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Antara menyampaikan, rangkaian Bhakti Rahina Saraswati telah berlangsung sejak pagi hari, dimulai dengan persiapan bersama para pemangku Pura Agung Jagatnatha dan dipuput oleh Ida Pedanda Putra Sibang, dari Griya Sibang, Sanur Kaja.

“Sejak pagi kami melaksanakan persembahan sarana upacara Rahina Saraswati dan diakhiri dengan persembahyangan bersama,” ujar Ida Bagus Alit Antara.

Pelaksanaan pada pagi harinya diakhiri dengan persembahyangan bersama. Sementara pada malam harinya juga akan dilaksanakan kegiatan seperti pementasan wayang kulit.

“Selain persembahyangan pagi, peringatan Rahina Saraswati juga dilanjutkan pada malam harinya dengan berbagai kegiatan budaya, antara lain pelantunan dan pembacaan sastra suci, hingga pementasan wayang kulit,” ujarnya. (eka/bi)

Advertisements
ucapan nataru
Advertisements
nataru
Advertisements
stikom
Advertisements
ucapan Imlek DPRD Badung
Advertisements
iklan fisioterapi
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

BUDAYA

Sekda Alit Wiradana Hadiri Peringatan “Jaya Stambha” 1111 Tahun Prasasti Blanjong

Published

on

By

prasasti blanjong
PERINGATAN "JAYA STAMBHA" : Sekretaris Daerah Kota Denpasar IB Alit Wiradana menghadiri pelaksanaan peringatan "Jaya Stambha" 1111 Tahun Prasasti Blanjong di Pura Dalem Blanjong, Desa Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan, Jumat (7/2). (Foto: Hms Dps)

Denpasar, baliilu.com – Sekretaris Daerah Kota Denpasar IB Alit Wiradana menghadiri pelaksanaan peringatan “Jaya Stambha” 1111 Tahun Prasasti Blanjong di Pura Dalem Blanjong, Desa Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan, Jumat (7/2).

Turut hadir dalam pelaksanaan tersebut Kadis Kebudayaan Kota Denpasar, Raka Purwantara, Ny. Putri Koster, Bendesa Adat Intaran, I Gusti Agung Alit Kencana serta pihak terkait lainnya.

Sekda Kota Denpasar, IB Alit Wiradana mengapresiasi pelaksanaan 1111 Tahun “Jaya Stambha” Prasasti Blanjong sebagai upaya memperingati keberadaan Prasasti Blanjong sebagai cagar budaya yang ada di Kota Denpasar. Dimana, Prasasti Blanjong ini merupakan bukti sejarah tentang awal keberadaan kerajaan Bali Kuno. Cagar budaya berfungsi sebagai saksi bisu perjalanan waktu, menyimpan nilai-nilai kultural, arsitektural, dan sejarah yang menjadi bagian integral dari suatu masyarakat.

Selain itu, lanjut Alit Wiradana, cagar budaya juga dapat menjadi sumber penelitian untuk memahami perkembangan peradaban manusia. Upaya pelestarian dan pengelolaan cagar budaya merupakan investasi dalam warisan budaya yang mendalam dan berkelanjutan.

“Dari keberadaan Prasasti Blanjong, Pemkot Denpasar telah melakukan langkah-langkah untuk terus menjaga dan melestarikan. Terlebih saat ini mendapat dukungan dari berbagai pihak dan komunitas yang ikut andil dalam menjaga cagar budaya agar tetap terjaga, serta mengedukasi masyarakat tentang pentingnya melestarikan warisan budaya untuk generasi mendatang khususnya di Kota Denpasar,” pungkas Alit Wiradana.

Sementara Ketua Panitia Pelaksana, I Wayan Sila Sayana, mengatakan kegiatan yang bertajuk “Jaya Stambha” Blanjong yang ke-1111 tahun ini sebagai pengingat keberadaan sebuah kota pelabuhan yang pernah ditancapkan pada Tahun Saka 835 di kawasan Sanur.

Lebih lanjut dalam peringatan 1111 tahun ini diisi dengan beberapa acara antara lain, pementasan Tari Topeng oleh Made Kara dari Rumah Topeng Sanur. Selain itu, juga diisi dengan diskusi terkait Prasasti Blanjong.

Baca Juga  Warga Seraya Syukuri dan Apresiasi Bantuan Wayan Koster Lima Tahun Lalu

“Yang mana tujuan dari pelaksanaan ini untuk meningkatkan kepedulian dan pengenalan kepada masyarakat terkait benda cagar budaya dan aksara, serta meningkatkan minat untuk belajar aksara kepada generasi muda,” ungkap Wayan Sila. (eka/bi)

Advertisements
ucapan nataru
Advertisements
nataru
Advertisements
stikom
Advertisements
ucapan Imlek DPRD Badung
Advertisements
iklan fisioterapi
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca