Saturday, 7 December 2024
Connect with us
https://www.baliviralnews.com/wp-content/uploads/2022/06/stikom-juni-25-2022.jpg

EKONOMI & BISNIS

Hasil Survei Triwulan III 2024, Kinerja Kegiatan Dunia Usaha Tetap Kuat

BALIILU Tayang

:

SKDU Bali
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja. (Foto: dok)

Denpasar, baliilu.com – Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan kinerja kegiatan dunia usaha di Provinsi Bali tetap kuat pada triwulan III 2024. Hal ini tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 65,08% meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 40,60%. Kegiatan usaha di Bali tumbuh karena terjaganya permintaan masyarakat khususnya terkait aktivitas pariwisata sejalan dengan periode peak season pada bulan Juli-Agustus 2024.

SKDU merupakan survei triwulanan Bank Indonesia yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang kondisi keuangan dunia usaha, memberikan indikasi arah perkembangan perekonomian, serta menyediakan informasi tentang ekspektasi pelaku usaha terhadap perkiraan inflasi.
Pelaksanaan SKDU di Provinsi Bali dilakukan terhadap 130 pelaku usaha yang tersebar di seluruh Provinsi Bali dan mewakili 17 kategori lapangan usaha. Metode perhitungan dilakukan dengan saldo bersih tertimbang yakni dengan menghitung selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban meningkat dengan persentase jumlah respon yang memberikan jawaban menurun, dan dengan memperhitungkan bobot masing-masing lapangan usaha.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja, menyampaikan bahwa kinerja SKDU Provinsi Bali ditopang oleh meningkatnya beberapa Lapangan Usaha (LU), antara lain sektor Perdagangan dan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum seiring dengan meningkatnya aktivitas pariwisata pada periode peak season bulan Juli-Agustus 2024. Selain itu, LU Real Estate dan Konstruksi meningkat sejalan dengan berlanjutnya proyek pemerintah dan swasta pada triwulan III 2024.

Sementara itu, LU Pertanian mengalami penurunan sejalan berakhirnya panen raya komoditas padi yang mencapai puncaknya pada triwulan II 2024. Penurunan pada LU Pertanian sejalan dengan kapasitas produksi terpakai LU Pertanian pada triwulan III 2024 sebesar 79,86%, atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 84,83%. Berdasarkan hasil SKDU Provinsi Bali triwulan III 2024, perkembangan harga jual sebesar 65,11%, lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya sebesar 51,37%. Peningkatan harga jual ditopang oleh LU Pertanian dan LU Konstruksi dengan SBT masing-masing sebesar 9,94% dan 8,88% dibandingkan periode sebelumnya sebesar 4,63% dan 5,33%.

Baca Juga  Dorong Pemerataan Pembangunan, BI Bali Saluran PSBI di Buleleng dan Jembrana

Ke depan, responden memprakirakan kegiatan dunia usaha triwulan IV 2024 akan tumbuh positif dengan SBT sebesar 65,54%. Hal ini terutama didorong oleh capaian LU Transportasi dan Pergudangan yang diprakirakan akan meningkat seiring dengan periode libur Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru. Selain itu, LU Pertanian juga diprediksi mengalami peningkatan seiring masuknya musim panen pada komoditas utama seperti padi pada triwulan IV 2024. (gs/bi)

dprd bali
Advertisements
hut mangupura
Advertisements
galungan
Advertisements
gelombang 4b
Advertisements
iklan

EKONOMI & BISNIS

Triwulan III 2024, Harga Properti Residensial di Bali Meningkat

Published

on

By

harga properti bali
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja. (Foto: dok baliilu)

Denpasar, baliilu.com – Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia Provinsi Bali mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer, yaitu harga pada saat pertama kali rumah diperjualbelikan, mengalami peningkatan. Peningkatan harga properti residensial tercermin dari perkembangan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan III 2024 sebesar 104,53. Adapun pertumbuhan IHPR tahunan pada triwulan III sebesar 1,76% (yoy) dan lebih tinggi dibandingkan dengan IHPR triwulan sebelumnya sebesar 104,27. Pertumbuhan IHPR pada periode laporan terutama didorong oleh kenaikan harga di 3 (tiga) tipe properti yaitu kecil (luas bangunan ≤36 m2 ), menengah (luas bangunan antara 36 m2 sampai dengan 70 m2 ) dan besar (luas bangunan >70 m2 ) yang masing-masing meningkat sebesar 1,54% (yoy); 2,44% (yoy); dan 1,55% (yoy).

SHPR merupakan survei triwulanan terhadap sampel pengembang proyek perumahan (developer) di Provinsi Bali yang mencakup data harga jual rumah, serta jumlah unit rumah yang dibangun dan dijual pada triwulan tersebut.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja, menyampaikan bahwa pertumbuhan IHPR pada triwulan III 2024 mayoritas dipengaruhi oleh kenaikan harga bangunan. Berdasarkan hasil survei, 43% responden menyatakan bahwa kenaikan harga bangunan menjadi penyebab kenaikan harga unit rumah. Sementara itu, pangsa penjualan terbesar pada triwulan III 2024 yaitu rumah tipe menengah sebesar 45% dan tipe rumah kecil sebesar 37%.

Lebih lanjut, Erwin menyampaikan bahwa meskipun penjualan properti residensial terus tumbuh, namun terdapat sejumlah faktor yang menghambat pengembangan maupun penjualan properti residensial primer di Bali antara lain suku bunga KPR, uang muka rumah, perizinan/birokrasi dan adanya kenaikan bahan bangunan. Selain itu, SHPR juga menunjukkan bahwa pembiayaan pembangunan properti residensial di Bali terutama bersumber dari dana perbankan sebesar 44% dan dana sendiri (developer) sebesar 47% serta sisanya berasal dari dana pembeli (DP pembelian rumah) sebesar 9%.

Baca Juga  BI Bali: Kasus Covid-19 Meningkat, Penjualan Ritel Menurun pada Februari 2022

Sementara dari sisi konsumen, skema pembiayaan dalam pembelian rumah primer mayoritas dilakukan melalui skema pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan pangsa sebesar 65%, sedangkan skema lainnya yaitu Cash Bertahap dan Cash Keras masing-masing tercatat sebesar 33% dan 2% dari total penjualan rumah primer di Provinsi Bali. (gs/bi)

dprd bali
Advertisements
hut mangupura
Advertisements
galungan
Advertisements
gelombang 4b
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

EKONOMI & BISNIS

Inflasi Bali Terkendali, Sinergi Terus Diperkuat Jelang Akhir Tahun

Published

on

By

inflasi bali
Infografis inflasi Bali. (Foto: BI Bali)

Denpasar, baliilu.com – Berdasarkan rilis BPS Provinsi Bali, perkembangan harga Provinsi Bali pada November 2024 mengalami inflasi sebesar 0,50% (mtm) secara bulanan, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,07% (mtm). Secara tahunan, inflasi Provinsi Bali menurun dari 2,51% (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 2,50% (yoy), didorong normalisasi permintaan pasca Hari Raya Kuningan di awal bulan Oktober 2024. Sementara itu, pada tingkat nasional, inflasi bulanan pada November 2024 tercatat sebesar 0,30% (mtm) dan inflasi tahunan sebesar 1,55% (yoy).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja melalui keterangan pers mengatakan bahwa untuk menjaga inflasi pada rentang yang terkendali, langkah-langkah pengendalian inflasi perlu terus diperkuat melalui kolaborasi, inovasi, dan sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di tingkat provinsi, kota, dan kabupaten. Secara spasial, seluruh kota penghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) di Bali mengalami inflasi bulanan. Kota Denpasar mengalami inflasi sebesar 0,19% (mtm) atau 2,82% (yoy), demikian pula dengan Kabupaten Badung mengalami inflasi sebesar 0,68% (mtm) atau 2,44% (yoy).

Lebih lanjut, Erwin menjelaskan, Kabupaten Tabanan mengalami inflasi sebesar 0,76% (mtm) atau 2,29% (yoy) dan Kota Singaraja mengalami inflasi sebesar 0,81% (mtm) atau 1,98% (yoy). Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau masih menjadi penyumbang utama inflasi bulanan November 2024.

Berdasarkan komoditasnya, sebut Erwin, inflasi terutama bersumber dari kenaikan harga bawang merah, daging babi, tomat, daging ayam ras, dan buncis. ‘‘Kenaikan harga bawang merah dan tomat disebabkan oleh berakhirnya periode panen yang berdampak pada berkurangnya pasokan,‘‘ ujarnya.

Sementara itu, kenaikan harga daging babi didorong oleh tingginya permintaan dari luar daerah, dan kenaikan harga daging ayam ras disebabkan oleh penurunan pasokan dari peternak lokal maupun luar Bali akibat kenaikan harga pakan.

Baca Juga  Terima Dubes AS untuk Indonesia, Mahendra Jaya Percaya Pendidikan Jadi Kunci Atasi Kemiskinan

Ke depan, kata Erwin terdapat beberapa risiko yang perlu diwaspadai, seperti kenaikan permintaan menjelang libur panjang akhir tahun, berlanjutnya kenaikan harga daging babi akibat masih tingginya permintaan dari luar Bali dan berlanjutnya kenaikan harga daging ayam ras seiring penurunan pasokan.

Selain itu, berlanjutnya kenaikan harga bawang merah dan tomat seiring peningkatan curah hujan, serta kenaikan harga emas perhiasan sejalan dengan tren harga global, juga perlu diwaspadai. Meski demikian, beberapa faktor diprakirakan dapat mendukung terkendalinya inflasi, yakni perluasan areal tanam (PAT) padi di Bali yang telah mencapai 90,09% dari target Kementerian Pertanian, berlanjutnya panen gadu komoditas padi, dan penyaluran bantuan pangan Nasional tahap III pada Desember 2024 oleh Bulog.

Untuk merespons potensi risiko inflasi ke depan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali terus memperkuat sinergitas dan inovasi bersama seluruh Kabupaten/Kota di Bali dalam pengendalian inflasi secara berkelanjutan. Sinergitas seluruh TPID di Bali dalam pengendalian inflasi diwujudkan melalui kebijakan 4K, antara lain operasi pasar murah dan Gerakan Tanam Pangan Cepat Panen (Genta Paten) di lahan milik Pemerintah.

Langkah lain yang dilakukan termasuk penguatan pemantauan ketersediaan stok serta perluasan distribusi cadangan pangan pemerintah melalui mitra distributor, toko pangan kita, dan pengecer. Selain itu, optimalisasi bantuan transportasi untuk mendorong kelancaran distribusi pangan, peningkatan sarana dan prasarana produksi pangan, penyebarluasan informasi pelaksanaan operasi pasar murah kepada masyarakat diiringi imbauan belanja bijak, serta mendorong integrasi data dan informasi khususnya neraca pangan juga terus dilakukan. Melalui langkah-langkah tersebut, Bank Indonesia meyakini inflasi Provinsi Bali pada tahun 2024 akan tetap terjaga dalam kisaran target inflasi nasional 2,5%±1%. (gs/bi)

Baca Juga  “Jaga Pantai, Jaga Rupiah” Bersama BI Bali dan Korem 163/Wira Satya

dprd bali
Advertisements
hut mangupura
Advertisements
galungan
Advertisements
gelombang 4b
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

EKONOMI & BISNIS

Indeks Harga Properti Komersial di Bali Tumbuh Meningkat

Published

on

By

indeks Harga Properti bali
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja. (Foto: dok baliilu)

Denpasar, baliilu.com – Hasil Survei Perkembangan Properti Komersial (PPKom) mengindikasikan harga properti komersial meningkat yang ditunjukkan oleh Indeks Harga Properti Komersial Provinsi Bali pada triwulan III 2024 yang tercatat 122,62, atau tumbuh 9,86% (yoy) dari triwulan yang sama di tahun 2023 dengan indeks sebesar 111,62.

Hal ini terutama didorong oleh peningkatan harga sewa properti ritel dan apartemen yang masing-masing tumbuh sebesar 14,61% (yoy) dan 18,24% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 15,09% (yoy) untuk sewa ritel dan 9,71% (yoy) untuk sewa apartemen. Sementara itu, harga sewa properti hotel dan perkantoran juga tumbuh masing-masing sebesar 9,87% (yoy) dan 5,06% (yoy).

Survei PPKom merupakan survei triwulanan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dini mengenai indikasi perkembangan properti komersial (tidak termasuk properti residensial) secara triwulanan sebagai salah satu pembentuk indeks komposit harga aset guna mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. Pelaksanaan Survei PPKom di Bali dilakukan terhadap sampel pemilik, pengelola, dan/atau agen pemasaran dari masing-masing jenis properti.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja, menyampaikan peningkatan harga properti komersial turut didorong peningkatan aktivitas pariwisata pada triwulan III 2024 seiring dengan adanya periode peak season pada bulan Juli-Agustus 2024. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya permintaan properti di Bali yang ditunjukkan pertumbuhan Indeks Permintaan Properti sebesar 10,45% (yoy) pada triwulan III 2024. ‘’Adapun peningkatan permintaan properti terjadi pada sewa perkantoran sebesar 36,43% (yoy), sewa ritel sebesar 38,88% (yoy), dan hotel 6,85% (yoy),’’ ujar Erwin melalui siaran pers Kamis (28/11).

Erwin lanjut menegaskan bahwa peningkatan permintaan properti di Bali juga sejalan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) terkait pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Bali lapangan usaha Real Estate pada triwulan III 2024 yang juga tumbuh sebesar 1,84% (yoy). Di sisi lain, pertumbuhan Indeks Pasokan Properti Komersial tumbuh 3,08% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang sebesar 2,15% (yoy). Peningkatan pasokan terutama terjadi pada kategori properti apartemen dan ritel.

Baca Juga  Hasil Survei Triwulan I 2024, Harga Properti Residensial di Bali Meningkat

Dalam mendukung pertumbuhan properti yang berkualitas, Bank Indonesia senantiasa mendorong penyaluran kredit atau pembiayaan perbankan melalui penguatan kebijakan makroprudensial antara lain penguatan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) yang mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, didukung pemantauan harga, pasokan dan permintaan properti yang akurat. (gs/bi)

dprd bali
Advertisements
hut mangupura
Advertisements
galungan
Advertisements
gelombang 4b
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca