Denpasar, baliilu.com
– Pariwisata menjadi sektor paling terpuruk sejak pandemi Covid-19 melanda
dunia dengan hebatnya. Dampak itu dirasakan oleh sektor pariwisata di seluruh
dunia, tak terkecuali Bali yang sebagian besar ekonominya bergantung dari
sektor ini.
Setelah lebih dari tiga bulan sektor ini tidak dibuka di
Bali, Pemprov Bali akhirnya berencana membuka pada 5 Juli mendatang. Berbagai
langkah persiapan normal baru pun dilakukan termasuk sertifikasi pariwisata
yang di dalamnya mencakup penerapan standar protokol kesehatan dan pencegahan
Covid-19.
“Saat ini pemerintah melalui Dinas Pariwisata Provinsi Bali
bekerja sama dengan asosiasi pariwisata telah membentuk tim verifikasi untuk
terjun ke usaha pariwisata dan mengecek penerapan protokol kesehatan dan
pencegahan Covid-19,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali I Putu Astawa
saat ditemui dalam memantau jalannya verifikasi penerapan protokol kesehatan
dan pencegahan Covid-19 di Griya Royal Santrian Resort, Tanjung Benoa, Badung,
Jumat (3/7-2020).
Putu Astawa menjelaskan, Pemprov Bali melalui Dinas
Pariwisata telah menggandeng asosiasi-asosiasi pariwisata seperti PHRI, Asita
ataupun PAWIBA untuk membentuk tim verifikator. “Jadi nanti untuk assessment di
hotel dan restoran pemerintah menggandeng PHRI, begitu juga untuk travel
digandeng Asita. Kita kolaborasi agar target Oktober ini semua usaha pariwisata
di Bali sudah tersertifikasi,” imbuhnya.
Untuk proses assessment sendiri, sudah ditetapkan berbagai
indikator yang sesuai dengan standar CHS (Cleanliness,
Health, Safety) yang ditetapkan oleh WHO. “Jadi protokol kedatangan,
pelayanan serta kebersihan tempat usaha harus memenuhi semua indikator ini,”
harapnya.
Putu Astawa menegaskan tujuan dari sertifikasi ini agar
sektor pariwisata tidak menjadi klaster penyebaran Covid-19. “Kami ingin
meminimalisir kemungkinan karyawan maupun pengunjung terinfeksi virus ini,”
tambahnya. Selain itu, sertifikat ini juga bisa menjadi modal kepercayaan bagi
wisatawan maupun travel agent di luar negeri bahwa Bali benar-benar siap dan
sangat memperhatikan kesehatan dan keselamatan wisatawan.
Untuk tim verifikator atau assessor sendiri, Kadis Astawa
mengaku sudah dilakukan pelatihan-pelatihan terlebih dahulu, baik dari tim dari
Dinas Kesehatan maupun Gugus Tugas Pencegahan Covid-19 Provinsi Bali. “Kami
mempersiapkan SDM-SDM kami dengan sungguh-sungguh agar bisa memverifikasi
dengan tepat sasaran. Karena tim verifikator selain mengecek ke lapangan juga
bertugas untuk memberikan pemahaman kepada pegawai usaha pariwisata agar
benar-benar memahami masalah protokol kesehatan dan pencegahan tersebut,”
jelasnya.
Teknis assessment sendiri pihaknya mengaku juga bekerja sama
dengan pemerintah kab/kota. Ia mengaku untuk resort, dan hotel bintang lima
diverifikasi oleh tim provinsi, sementara untuk homestay, hotel bintang 3 dan
DTW diverifikasi oleh tim kab/kota. “Ini diperlukan pemahanan bersama
sebelumnya dari semua tim, sehingga sudah kita lakukan TOT sebelumnya,”
jelasnya.
Sementara untuk sertifikat sendiri nanti bisa diunduh di
website dispardaprovbali.go.id setelah dinyatakan lulus oleh tim verifikator.
“Bagi mereka yang sudah mengantongi sertifikat ini bisa dijadikan modal untuk
menggaet wisatawan dan travel agent di luar negeri serta bisa membangun
kepercayaan dan confident dalam mengelola usaha pariwisatanya,” tandasnya.
Ketua PHRI Badung I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya
mengatakan ini langkah yang sangat baik untuk meningkatkan kualitas pariwisata
Bali. “Saya mengapresiasi langkah cepat pemerintah dalam hal ini diwakili oleh
Dinas Pariwisata Prov Bali untuk memulihkan pariwisata kita pasca Covid-19,”
jelasnya.
Ia mengaku dari hasil webminar pariwisata yang dilakukan
oleh Kementerian Pariwisata, sebagian masyarakat dunia sudah rindu berwisata ke
Bali, bahkan dari 50 destinasi yang paling ingin dikunjungi pasca Covid-19, Bali
masuk ke nomor 20 besar. “Berdasarkan polling, 80% penduduk Eropa sudah rindu
ke Bali, 90% warga Australia sudah menunggu pariwisata Bali dibuka. Maka
sertifikasi ini adalah langkah penting untuk menjawab kerinduan wisatawan
tersebut,” imbuhnya.
Selain itu, Bali juga menambah indikator dalam penerapan
protokol Covid-19 selain CHS itu sendiri. “Kami menambahkan contactless ke
dalam indikator kami. Jadi wisatawan dan karyawan meminimalisir kontak fisik
dengan salah satu caranya adalah cashless,” imbuhnya.
Ia berharap melalui ini sektor pariwisata di Bali bisa
bangkit kembali, serta jumlah masyarakat yang terinfeksi Covid-19 melalui
transmisi lokal bisa berkurang. “Kami berharap semua berjalan lancar dan
astungkara Ida Sang Hyang Widhi Wasa memberkati. 5 Juli nanti akan ada
persembahyangan bersama dipimpin oleh Gubernur Bali untuk membuka pariwisata
kita, dan Oktober nanti jika keadaan bisa dikendalikan pariwisata internasional
akan dibuka, karena dalam waktu dekat Eropa juga akan membuka perbatasan
mereka. Kami harap semua berjalan lancar,” tandasnya.
Sementara itu, Ricky Putra General Manager Royal Santrian
Resort menyatakan pihaknya sangat siap menjalan protokol new normal ini. Indikator-indikator
yang ditetapkan sudah diterapkan di hotel tersebut. Selain itu karyawan
hotelnya juga sudah dilatih untuk menerapkan protokol-protokol Covid-19. (*/gs)