Friday, 7 February 2025
Connect with us
https://www.baliviralnews.com/wp-content/uploads/2022/06/stikom-juni-25-2022.jpg

BUDAYA

Pj. Gubernur Bali Mahendra Jaya Bersama Jajaran Pemprov Bali Muspayang Bhakti Hari Suci Siwaratri

BALIILU Tayang

:

siwaratri di besakih
MUSPAYANG BHAKTI: Pj. Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya didampingi Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra saat muspayang bhakti upacara hari suci Siwaratri di Penataran Pura Agung Besakih, Rendang, Karangasem, Senin (27/1). (Foto: Hms Pemprov Bali)

Karangasem, baliilu.com – Pj. Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya didampingi Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra serta jajaran Pimpinan Perangkat Daerah di lingkup Pemerintah Provinsi Bali muspayang bhakti upacara hari suci Siwaratri di Penataran Pura Agung Besakih, Rendang, Karangasem, Senin (27/1).

Sebelumnya, Pj. Gubernur Bali juga berkesempatan tangkil muspa ke beberapa Palinggih Pura di kawasan Pura Agung Besakih seperti Catur Lawa Dukuh, Catur Lawa Pasek, Catur Lawa Penyarikan, Catur Lawa Pande serta ke Pura Pedharman Dalem Bakas Tirtha Harum.

Seperti diketahui bersama, Siwaratri merupakan hari suci yang dirayakan setahun sekali saat jatuhnya rahina Tilem atau bulan mati ketujuh sesuai kalender Hindu Bali dengan melaksanakan pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Widi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Siwa.

Secara etimologis, Siwaratri sendiri berasal dari kata “Siwa” yang berarti dewa atau dalam bahasa Sansekerta berarti jenis, penuh harapan dan pemaaf, dan “Ratri” yang berarti malam atau kegelapan. Jadi kalau dirangkai menjadi kata ‘Siwaratri’ yang berarti puncak malam. Siwaratri dimaknai sebagai momen atau malam yang baik untuk introspeksi diri merenungkan segala dosa untuk masa depan yang lebih baik. Pada malam renungan seyogyanya dilakukan evaluasi diri atau introspeksi terhadap perbuatan di masa lalu, serta memohon tuntunan ke arah yang lebih baik di masa depan.

Malam renungan biasanya dilalui dengan tapa brata, diantaranya mona brata adalah menahan diri dalam kata-kata atau diam dan tidak berbicara selama 12 jam yang bermakna mengendalikan perkataan kita yang kurang baik; upawasa dilakukan selama 24 jam yaitu mengatur makan dan minum bermakna mengatur diri dari keterikatan duniawi; serta jagra selama 36 jam berarti kesadaran yang diwujudkan dengan mengendalikan tidur atau terjaga, yang bermakna agar panca indera dibuka sepenuhnya dan diisi dengan ajaran suci untuk tetap mawas diri.

Baca Juga  Hadiri Peringatan HBII, Pj. Gubernur Bali Bertekad Wujudkan Lingkungan Ramah bagi Penyandang Disabilitas

Serupa yang sudah dilaksanakan sebelum – sebelumnya, persembahyangan hari raya suci Siwaratri di Pura Agung Besakih kali ini juga dilaksanakan tiga kali. Dimulai pukul 18.00 Wita, persembahyangan kedua pada pukul 24.00 Wita, serta yang terakhir pada pukul 06.00 Wita.

Persembahyangan pertama dipuput oleh tiga sulinggih yakni Ida Shri Bhagawan Putra Nata Nawa Wangsa Pemayun – Kedhatuan Belatungan, Ida Pedanda Gede Talikup – Gria Kawolu Biau Muncan Karangasem, serta Ida Pedanda Gede Swabawa Adnyana – Gria Karang Budakeling Karangasem.

Acara persembahyangan tampak pula dihadiri oleh Wakil Bupati Karangasem Wayan Artha Dipa, serta Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Provinsi Bali, Ny. Widiasmini Indra. (gs/bi)

Advertisements
ucapan nataru
Advertisements
nataru
Advertisements
stikom
Advertisements
ucapan Imlek DPRD Badung
Advertisements
iklan fisioterapi
Advertisements
iklan

BUDAYA

Sekda Alit Wiradana Hadiri Peringatan “Jaya Stambha” 1111 Tahun Prasasti Blanjong

Published

on

By

prasasti blanjong
PERINGATAN "JAYA STAMBHA" : Sekretaris Daerah Kota Denpasar IB Alit Wiradana menghadiri pelaksanaan peringatan "Jaya Stambha" 1111 Tahun Prasasti Blanjong di Pura Dalem Blanjong, Desa Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan, Jumat (7/2). (Foto: Hms Dps)

Denpasar, baliilu.com – Sekretaris Daerah Kota Denpasar IB Alit Wiradana menghadiri pelaksanaan peringatan “Jaya Stambha” 1111 Tahun Prasasti Blanjong di Pura Dalem Blanjong, Desa Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan, Jumat (7/2).

Turut hadir dalam pelaksanaan tersebut Kadis Kebudayaan Kota Denpasar, Raka Purwantara, Ny. Putri Koster, Bendesa Adat Intaran, I Gusti Agung Alit Kencana serta pihak terkait lainnya.

Sekda Kota Denpasar, IB Alit Wiradana mengapresiasi pelaksanaan 1111 Tahun “Jaya Stambha” Prasasti Blanjong sebagai upaya memperingati keberadaan Prasasti Blanjong sebagai cagar budaya yang ada di Kota Denpasar. Dimana, Prasasti Blanjong ini merupakan bukti sejarah tentang awal keberadaan kerajaan Bali Kuno. Cagar budaya berfungsi sebagai saksi bisu perjalanan waktu, menyimpan nilai-nilai kultural, arsitektural, dan sejarah yang menjadi bagian integral dari suatu masyarakat.

Selain itu, lanjut Alit Wiradana, cagar budaya juga dapat menjadi sumber penelitian untuk memahami perkembangan peradaban manusia. Upaya pelestarian dan pengelolaan cagar budaya merupakan investasi dalam warisan budaya yang mendalam dan berkelanjutan.

“Dari keberadaan Prasasti Blanjong, Pemkot Denpasar telah melakukan langkah-langkah untuk terus menjaga dan melestarikan. Terlebih saat ini mendapat dukungan dari berbagai pihak dan komunitas yang ikut andil dalam menjaga cagar budaya agar tetap terjaga, serta mengedukasi masyarakat tentang pentingnya melestarikan warisan budaya untuk generasi mendatang khususnya di Kota Denpasar,” pungkas Alit Wiradana.

Sementara Ketua Panitia Pelaksana, I Wayan Sila Sayana, mengatakan kegiatan yang bertajuk “Jaya Stambha” Blanjong yang ke-1111 tahun ini sebagai pengingat keberadaan sebuah kota pelabuhan yang pernah ditancapkan pada Tahun Saka 835 di kawasan Sanur.

Lebih lanjut dalam peringatan 1111 tahun ini diisi dengan beberapa acara antara lain, pementasan Tari Topeng oleh Made Kara dari Rumah Topeng Sanur. Selain itu, juga diisi dengan diskusi terkait Prasasti Blanjong.

Baca Juga  DPRD Bali Sepakat Raperda Perlindungan dan Pemberdayaan Peternak serta Raperda Perubahan APBD 2024 Jadi Perda

“Yang mana tujuan dari pelaksanaan ini untuk meningkatkan kepedulian dan pengenalan kepada masyarakat terkait benda cagar budaya dan aksara, serta meningkatkan minat untuk belajar aksara kepada generasi muda,” ungkap Wayan Sila. (eka/bi)

Advertisements
ucapan nataru
Advertisements
nataru
Advertisements
stikom
Advertisements
ucapan Imlek DPRD Badung
Advertisements
iklan fisioterapi
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

BUDAYA

Karya Agung Mamungkah, Tawur Balik Sumpah Utama di Pura Dalem Lambing Sibang Kaja

Published

on

By

karya Pura Dalem Lambing
HADIRI KARYA: Wabup Suiasa saat menghadiri Karya Agung Mamungkah, Padudusan Agung, Menawa Ratna, Tawur Balik Sumpah Utama di Pura Dalem Desa Adat Lambing, Desa Sibangkaja Abiansemal, Selasa (4/2). (Foto: Hms Badung)

Badung, baliilu.com – Wakil Bupati Badung, I Ketut Suiasa menghadiri Karya Agung Mamungkah, Padudusan Agung, Menawa Ratna, Tawur Balik Sumpah Utama di Pura Dalem Desa Adat Lambing, Desa Sibangkaja, Kecamatan Abiansemal, Selasa (4/2).

Turut hadir Perbekel Sibang Kaja Nyoman Rai Sudani, Kabid Adat Dinas Kebudayaan, Bendesa Adat se-Desa Sibang Kaja, beserta krama agung Desa Adat Lambing.

Sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam meringankan beban masyarakat, Wabup menyerahkan Dana Hibah Aci bersumber dari APBD Induk Tahun 2025 sebesar Rp. 1,8 miliar yang diterima oleh Ketua Panitia Karya Putu Eka Sujaya.

Wabup dalam sambrama wacananya menyampaikan puji syukur dan mengapresiasi masyarakat Desa Adat Lambing mulai dari perencanaan sampai dengan puncak pelaksanaan Karya sudah bersatu padu, bergotong-royong untuk mensukseskan pelaksanaan Karya Agung Mamungkah, Padudusan Agung, Menawa Ratna, Tawur Balik Sumpah Utama Pura Dalem Desa Adat Lambing dengan aman dan lancar.

“Saya selama jadi Wakil Bupati baru kali ini menyaksikan prosesi Nyenuk yang sangat lengkap sekali, tahu prosesi Nyenuk apa makna dari prosesi itu, namun baru kali ini bisa menyaksikan prosesi nyenuk yang sangat lengkap seperti di Desa Adat Lambing. Terima kasih karena sudah diberikan pengalaman yang luar biasa, serta berharap bisa diadopsi sama masyarakat di Desa yang lain dan patut bersyukur karena rangkaian karya sudah labda karya sida sidaning don,” ujar Suiasa.

Ketua Panitia Karya Putu Eka Sujaya melaporkan pelaksanaan Karya Agung Mamungkah, Padudusan Agung, Menawa Ratna, Tawur Balik Sumpah Utama Pura Dalem Desa Adat Lambing ini merupakan karya yang dilaksanakan sebagai dampak musibah kebakaran yang terjadi pada bulan September 2023 yang mengakibatkan semua pelinggih beratap ijuk terbakar.

Baca Juga  Rapat Paripurna Ke-17 DPRD Bali, Pj. Gubernur Apresiasi Raperda Inisiatif Dewan tentang Pemberdayaan Peternak

“Kami atas nama krama agung Desa Adat Lambing menghaturkan terima kasih karena Pemerintah Kabupaten Badung sudah banyak memberikan bantuan sehingga sangat meringankan beban dari masyarakat serta selalu berharap pemerintah akan selalu membantu terutamanya kegiatan yang dilaksanakan dalam pelestarian seni, adat dan budaya Bali khususnya di Desa Adat Lambing,” harapnya. (gs/bi)

Advertisements
ucapan nataru
Advertisements
nataru
Advertisements
stikom
Advertisements
ucapan Imlek DPRD Badung
Advertisements
iklan fisioterapi
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

BUDAYA

Bupati Tabanan Hadiri Upacara Ngaben Bersama Banjar Adat Bakisan Denbantas

Published

on

By

bupati tabanan
NGABEN BERSAMA: Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya, pada Selasa, 4 Februari 2025 saat menghadiri upacara Ngaben Bersama Banjar Adat Bakisan, Desa Denbantas, yang digelar di Balai Banjar Adat Bakisan, Desa Denbantas, Tabanan. (Foto: Hms Tbn)

Tabanan, baliilu.com – Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya, pada Selasa, 4 Februari 2025 menghadiri upacara Ngaben Bersama Banjar Adat Bakisan, Desa Denbantas, yang digelar di Balai Banjar Adat Bakisan, Desa Denbantas, Tabanan. Kehadirannya menunjukkan komitmennya terhadap pelestarian adat, agama, tradisi dan budaya. Kali ini bupati yang turut didampingi oleh Anggota DPRD Kabupaten Tabanan, Sekda dan para Pimpinan Perangkat Daerah terkait disambut hangat perangkat adat, krama adat dan jero mangku setempat.

Di kesempatan itu, Bupati Sanjaya menyampaikan apresiasinya terhadap masyarakat Banjar Adat Bakisan yang telah mengamalkan swadharma agama melalui pelaksanaan yadnya yang sakral dan penuh makna. Dimana puncaknya jatuh pada Rabu, 5 Februari 2025 mendatang.

Titiang atas nama pemerintah memberikan apresiasi terhadap masyarakat titiang driki. Banjar Adat Bakisan ngemargiang yang namanya swadharma agama, becik pisan. Titiang juga di pemerintah daerah Kabupaten Tabanan, baik Provinsi, sering menyampaikan, bahwa hidup kita di Bali ini beda dengan provinsi lainnya. Hanya di Bali ini ada 2 pemerintahan, pemerintahan dinas dan pemerintahan adat,” ujar Sanjaya.

Untuk itu, ia menegaskan komitmen Pemerintah Kabupaten Tabanan dalam menjaga keharmonisan antara pemerintahan daerah dan pemerintahan adat. Yang mana hal ini selaras dengan visi misi Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana di Kabupaten Tabanan menuju Tabanan Era Baru yang Aman, Unggul dan Madani.

“Bagaimana membangun keharmonisan jagat Bali niki secara sekala dan niskala. Apanya yang dibangun, kramanya, adatnya dan alam lingkungannya. Ini harus dijaga agar jagat Bali labdha karya antar,” tegas Sanjaya.

Dalam kesempatan itu, Sanjaya juga berpesan pentingnya melaksanakan yadnya yang satwika, yaitu yadnya yang dilakukan dengan penuh ketulusan dari krama masyarakat, dipuput oleh sulinggih, dan dihadiri oleh murdaning jagat. “Tiga elemen utama dalam yadnya sudah hadir di sini, sehingga upacara ini dapat disebut sebagai yadnya yang satwika. Saya hadir di sini untuk memberikan motivasi dan mendorong masyarakat agar terus melaksanakan yadnya dengan semangat gotong-royong, penuh kebersamaan, serta pakedek pakenyem,” tutupnya.

Baca Juga  Rapat Paripurna Ke-17 DPRD Bali, Pj. Gubernur Apresiasi Raperda Inisiatif Dewan tentang Pemberdayaan Peternak

Di kesempatan yang sama, Gusti Putu Kariana selaku ketua panitia acara, menyampaikan ucapan terima kasihnya atas kehadiran Bupati Sanjaya beserta jajaran. Melalui laporannya, ia memaparkan upacara ngaben diikuti oleh 8 sawa dengan biaya Rp. 3.500.000 per sawa, 4 sawa neglangkir dengan biaya Rp. 750.000 per sawa, 12 orang metatah dengan biaya Rp.500.000 per orang, dan upacara telu bulanan diikuti oleh 14 orang dengan biaya 750.000 per orang. (gs/bi)

Advertisements
ucapan nataru
Advertisements
nataru
Advertisements
stikom
Advertisements
ucapan Imlek DPRD Badung
Advertisements
iklan fisioterapi
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca