Connect with us
https://www.baliviralnews.com/wp-content/uploads/2022/06/stikom-juni-25-2022.jpg

SULUH

Putri Suastini Koster, dari Penggagas FSBJ hingga Jaga Perajin Bali

BALIILU Tayang

:

de
Ni Putu Putri Suastini Koster

BAGI penikmat serial drama klasik era 80-an di layar kaca TVRI Bali, tentu tidak akan pernah lupa dengan sosok wanita yang begitu fenomenal, Ni Putu Putri Suastini. Drama klasik yang banyak menukil kisah-kisah Mahabaratha itu telah membius pemirsa hampir satu dekade. Namun Sabtu malam itu (7/11) di Gedung Ksirarnawa, Art Center Denpasar saat penutupan Festival Seni Bali Jani II, Ni Putu Putri Suastini tidak lagi menjadi pemeran utama pementasan drama. Tetapi, pendamping Gubernur Bali Dr. Ir. Wayan Koster, MM ini membius penonton dan pemirsa lewat puisi ‘’Agustus’’ buah karya Yudhistira ANM Massardi.

Di depan penonton yang digelar secara daring itu, Ni Putu Putri Suastini yang diiringi petikan gitar I Wayan Balawan, Dip.Mus. lewat kata yang sarat makna itu sungguh sedang membangkitkan semangat bahwa mestinya setelah kita dimerdekakan dimana kemerdekaan NKRI itu adalah kita, sudah seharusnya sebagai anak bangsa melakukan hal yang terbaik untuk Tanah Air Indonesia.

Itulah kenapa, ketika Putri Suastini Koster menjadi pendamping orang nomor satu di Bali, ia melihat sedikitnya ruang yang didapatkan buat seni modern baik itu teater, sastra modern, musik dengan segala genre-nya. Jika itu dibiarkan, kelak akan terjadi ketimpangan dengan seni tradisi yang sangat disentuh dan diperhatikan.

Putri Suastini memahami betul bahwa Bali kuat akan seni tradisi. Tetapi jangan lupa, talenta anak-anak kita di semua ranah seni sangat kuat. Ide dan gagasan untuk memberikan wahana buat apresiasi seni modern yang disampaikan kepada Gubernur bersama jajarannya pun disambut positif sehingga lahirlah Festival Seni Bali Jani yang kini sudah memasuki tahun kedua.

Jika Pesta Kesenian Bali melestarikan seni tradisi dengan segala inovasi kreativitas senimannya, penulis Trilogi Puisi Merah ini menuturkan Festival Seni Bali Jani adalah sebagai wahana apresiasi seni modern yang dapat memunculkan ide-ide kreatif dan inovatif yang makin menghidupkan kebudayaan Bali di mata dunia menjadi satu peradaban yang dikagumi. Penggagas Festival Seni Bali Jani ini pun kemudian menitipkan dua ajang yang besar ini untuk tetap dijaga dan dirawat lewat kreativitas dari para senimannya.

Ni Putu Putri Suastini Koster berkolaborasi dengan I Wayan Balawan

Lahir dari orangtua yang bekerja di Bank Pembangunan Daerah Bali, Ni Putu Putri Suastini tinggal di sebuah mes di wilayah Panjer Denpasar. Umur 5 tahun, Putri sudah memasuki bangku sekolah dasar Negeri 1 Panjer. Usia belia masuk SD membuat putri cilik yang lahir di Desa Padangsambian, Denpasar, 27 Januari 1966 ini begitu istimewa.

Melalui guru les tari yang dihadirkan orangtuanya, Putri cilik terus menempa diri hingga bakat menarinya semakin terasah dan bersinar ketika duduk di bangku SMP. Tak cukup mengasah diri di dunia tari Bali, Putri bergabung ke dunia seni drama bersama Teater Kukuruyuk yang menjadi cikal bakal Teater Mini di tahun 1978.

Kesuntukannya memanggung di dunia teater semakin mengakar hingga mendapat kesempatan mengisi acara di layar kaca TVRI Bali.  Beberapa saat duduk di bangku SMA Negeri 1 Denpasar, bersama sahabat yang masih di SMP membangun Teater Angin. Pementasan dalam acara drama remaja teater inilah yang kemudian ditunggu-tunggu anak-anak sekolahan di layar kaca TVRI Bali yang tayang satu bulan sekali.

Dua tahun di SMA, Putri mulai memberanikan diri mengisi drama klasik di TVRI Bali. Serial drama klasik ini pun kemudian menjadi acara favorit bagi semua kalangan baik anak-anak, remaja dan para orangtua hingga tahun 1990. Menukil kisah Mahabaratha, membuat pemirsa merasa dekat. Pesan-pesan moral yang disampaikannya pun begitu cepat melekat.

Ketenaran Putri Suastini di dunia panggung dan layar kaca mengantarkannya mulai banyak mengisi panggung-panggung besar hingga pentas di Gedung Kesenian Jakarta di bawah binaan Sanggar Putih. Dasar tari Bali yang terus diasah didukung olah vokal dan kemampuan membaca puisi membuat Putri Suastini berlabuh ke dunia MC (Master of Ceremony).

Keseriusan dan focus seorang Putri dalam menekuni dunia seni menuai segudang prestasi. Ketika kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Putri menyandang gelar juara 1 Tari Tenun se-Universitas Udayana (Unud), hingga dipercaya mewakili Unud untuk Festival Seni Antar-Wilayah di tingkat Kopertis di Banjarmasin dengan membawakan Tari Tarunajaya dan Tari Oleg Tamulilingan dengan memboyong juara.

Di bidang teater ia juga sering mewakili Depdikbud di tingkat Provinsi Bali dan wilayah regional sehingga sering dinobatkan sebagai Pemeran Pemain Putri Terbaik. Putri juga tercatat mengikuti dua kali Lomba Drama Modern di Fakultas Sastra Unud dengan meraih Pemeran Pembantu Terbaik dan Pemeran Wanita Terbaik. Prestasi juara pun tak lepas ketika ikut lomba baca puisi melalui Sanggar Minum Kopi mewakili Depdikbub.

Sederet prestasi yang dicapai juga tak lepas dari dorongan seorang tetangga Ketut Sukanata yang sudah dianggap sebagai kakaknya. Dorongan yang diberikan memicu Putri Suastini bersemangat ikut di berbagai ajang lomba. Di antaranya berhasil menjadi juara pertama Lomba Pidato KNPI Bali serta merebut juara 3 di tingkat nasional. Tahun 1994 ayahandanya pensiun, dan kehidupan Bunda Putri kembali berlanjut di Desa Padangsambian, Denpasar.

Di balik seni yang mengalir di denyut nadinya, Putri ternyata suka berorganisasi. Sejak di bangku SMA ia sudah bergabung di GMNI dan ketika tahun 1983 diterima di Fakultas Ekonomi Unud, ia langsung jadi pengurus Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia. Kiprahnya di organisasi terus berlanjut. Tahun 1987 masuk menjadi pengurus KNPI Provinsi Bali, pengurus Pemuda Pancasila hingga akhirnya tahun 1999 mengantongi kartu tanda anggota (KTA) PDI Perjuangan Kota Denpasar.

Kesibukan di organisasi tidak membuat Putri melupakan dunia panggung. Ia bergabung di Sanggar Suar Agung yang sering tampil hingga 5 kali dalam seminggu di berbagai hotel. Hingga, dalam sebuah acara politik di hotel dimana Putri diminta sebagai MC. Bermula dari secarik kartu nama agar memiliki banyak sahabat dan relasi, justru berujung seorang Wayan Koster yang hadir di acara politik itu jatuh hati.

Hubungan asmara jarak jauh pun berlangsung hingga anggota Komisi X DPRRI Dr. Ir. Wayan Koster, MM meminang Ni Putu Putri Suastini pada 24 Desember 1999 di saat usia 33 tahun. Putri pun diboyong ke ibukota Jakarta yang akhirnya menguburkan angan-angannya menjadi anggota dewan di Denpasar dan juga mulai meredupkan kariernya di dunia seni di Bali.

‘’Bunda tidak menjadi anggota dewan, tetapi Bunda mendapatkan anggota dewan,’’ tutur Putu Putri Suastini Koster yang akrab disapa Bunda Putri.

Suntuk berada di ranah seni sejak usia belia baik menari, berteater, bersastra, menyanyi, menulis puisi hingga berorganisasi telah mengantarkan sebagai seniman yang multi talenta. Putri menyebut semua itu adalah Karmany eva dhikaraste maphalesu kadacana. Bekerja terlebih dahulu sesuai dengan kewajiban tanpa mempertimbangkan hasilnya. ‘’Apa yang kamu lakukan focus pada itu, berikan kebahagiaan ketika kamu bekerja. Tujuan setelah itu hasilnya semestalah yang menentukan,’’ ungkap Bunda Putri dalam satu kesempatan.

Itulah, ketika sang suami menjadi orang nomor satu di Bali, Bunda Putri lebih memilih menjadi pendamping, menjadi ketua TP PKK, walau jika terjun di ranah politik sangatlah terbuka lebar. 

Bagi Bunda Putri jabatan sebagai seorang politisi itu berat. ‘’Biar Bapak saja gubernur karena beliau mampu melakukan itu. Bunda bertugas menyeimbangkan dan selalu berdoa untuk suami. Bunda ingin berada di dunia seni, karena seni yang membuat Bunda bahagia, karena apa pun didasari seni akan berhasil,’’ ungkap ibu dua putri Ni Luh Putu Dhita Pertiwi dan Ni Made Wibhuti Bhawani, seraya menekankan apa yang dilakukan selalu dengan penuh tanggung jawab.

Sebagai pendamping dan anak dari dua putrinya, Bunda Putri menjaga sang suami sebagai Gubernur Bali yang selalu memikirkan tentang kemajuan Bali melalui visinya Nangun Sat Kerti Loka Bali. Dalam dua tahun bertugas, Gubernur sudah melahirkan puluhan perda dan pergub yang bagus yang akan bisa mengawal Bali menuju era baru.

Namun di tengah semangat membangun Bali, dunia diterpa wabah Covid-19. Tidak terkecuali Bali yang menopang hidupnya didominasi dari sektor pariwisata. Pemerintah Provinsi Bali melalui Gubernur dan jajaran serta seluruh komponen yang ada bersatu padu menanggulangi penyebaran Covid-19.

Sebagai orang Bali, memang sudah sepatutnya melakukan swadarma yang terbaik buat tanah Bali. Seperti sering Bunda Putri sampaikan lewat pesan puisi berjudul Kumbakarna. Sudah menjadi kewajiban kita untuk nindihan (membela) tanah kelahiran. Menggagas Festival Seni Bali Jani adalah salah satu keberpihakannya kepada masyarakat Bali.

Penutupan Festival Seni Bali Jani II 2020, Sabtu (7/11) di Gedung Ksirarnawa Art Center Denpasar

Maka, ketika berperan menjadi pendamping seorang Gubernur Bali yang kemudian melekat dengan jabatan sebagai ketua TP PKK dan ketua Dekranasda, Bunda Putri tak pernah surut ikut memikirkan Bali. Ia selalu serius, focus dan tulus dalam melakukan sesuatu. Satu setengah tahun yang lalu, Bunda Putri meluncurkan program HATINYA PKK di antaranya memanfaatkan pekarangan rumah yang ternyata ketika pandemi Covid-19 begitu terasa manfaatnya. Bagaimana Bunda Putri mengawal para anak-anak masa depan Bali, anak usia emas, melindungi lansia lewat 10 pragram pokok PKK-nya.

Tak diragukan pula perhatiannya akan persoalan sampah. Di setiap kesempatan, Bunda Putri selalu menyisihkan waktunya untuk mensosialisasikan tentang pengelolaan sampah bernilai ekonomis yang mesti dimulai dari sumbernya yakni keluarga.

Menjadi ketua Dekranasda, perhatian terhadap kerajinan Bali seperti tenun ikat yang begitu kesohor seantero dunia akan kualitas bahan, motif, dan warna yang dikerjakan secara manual tak diragukan lagi. Bunda Putri tak pernah surut memberi semangat para perajin Bali dan memperjuangkan agar karya-karyanya mendapatkan hak cipta. Begitulah Bunda Putri terus mengawal UMKM supaya menjadi tuan di rumahnya sendiri. ‘’UMKM kita perlu dilindungi karena potensi seni kerajinan dan lain-lain masyarakat Bali sangat luar biasa,’’ tuturnya.

Begitu juga ketika wabah Corona mendera Bali, Bunda Putri dengan sabar dan tenang mendampingi sang suami yang kerja siang malam merumuskan skema-skema penanganan Covid-19 dengan cermat, teliti dan disiplin. Terlebih ketika ribuan putra-putra Bali yang dikenal sebagai sang pahlawan devisa pulang dari perantauan, sang suami jarang meninggalkan meja di belakang ruang tamu jabatan.  ‘’Bapak selalu memikirkan anak-anaknya yang baru pulang itu agar mereka sehat-walafiat ketika bertemu keluarganya,’’ ungkap Bunda Koster. 

Di tengah Covid-19, Bunda Koster pun terus berupaya untuk meringankan beban warga yang terdampak. Melalui penyisiran anggaran, TP PKK dan Dekranasda, membagikan kepada yang berhak membutuhkan sekitar 410 ton beras, 90 ribu masker dll ke seluruh Bali. TP PKK Bali juga bersafari menggelar program Penggak PKK dari kantong sendiri dimana barang yang diambil seluruhnya gratis. Juga mendorong hadirnya pasar rakyat untuk mewadahi petani bisa bertemu langsung dengan pembeli.

Bak sebuah pohon, semakin menjulang tinggi maka akan semakin kencang angin menerpa. Namun Bunda Putri meyakini bahwa dengan ketulusan bekerja, bekerja dan bekerja baik secara sekala dan niskala, maka Alam Semesta akan melindungi. (gs)

Loading

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
iklan
Advertisement
Klik untuk Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

SULUH

Ny. Putri Koster Apresiasi Pasar Rakyat Berbelanja dan Berbagi di Denpasar

Berharap Melalui Pasar Rakyat Dapat Memberikan Manfaat dan Menumbuhkan Perekonomian Masyarakat

Loading

Published

on

By

pasar rakyat
Ketua TP PKK Provinsi Bali Ny. Putri Suastini Koster berbincang akrab dengan seorang ibu saat menghadiri Pasar Rakyat Berbelanja dan Berbagi di Denpasar, Jumat (11/11) di area parkir Pura Agung Jagatnatha. (Foto: ist)

Denpasar, baliilu.com – Ketua TP PKK Provinsi Bali Ny. Putri Suastini Koster mengapresiasi pelaksanaan Pasar Rakyat dengan mengusung tema “Berbelanja dan Berbagi‘‘ yang kali ini dilaksanakan TP PKK Provinsi Bali bersinergi dengan TP PKK Kota Denpasar. Ny. Putri Koster berharap, melalui Pasar Rakyat ini para pelaku usaha dapat berdaya ekonomi, dapat memberikan manfaat dan menumbuhkan perekonomian masyarakat.

“Melalui Pasar Rakyat ini, para pelaku usaha yang berjualan di sini kita harapkan dapat mempromosikan produknya. Ngiring warga Kota Denpasar yang hadir di sini, mari kita belanja untuk memberdayakan usaha lokal para pelaku UMKM ini,” ajak Ny. Putri Koster saat menghadiri Pasar Rakyat yang digelar di area parkir Pura Agung Jagatnatha Denpasar, Jumat (11/11). Pasar Rakyat ini menghadirkan lebih dari 50 stand pameran yang menjajakan beragam produk unggulan dari Kelompok UP2K PKK Kota Denpasar, Kelompok KWT, UMKM, Bumdes, Pedagang Kuliner serta IKM binaan Dekranasda Kota Denpasar.

Pasar Rakyat ini dihadiri Ketua TP PKK Provinsi Bali Ny. Putri Suastini Koster beserta jajaran pengurus, beberapa OPD terkait di lingkungan Pemprov Bali dan Pemerintah Kota Denpasar, Ketua dan jajaran pengurus TP PKK Kabupaten/Kota se-Bali.

Ny. Putri Koster lanjut mengatakan, kegiatan Pasar Rakyat seperti ini akan terus berlanjut di tahun berikutnya sebagai aksi nyata program TP PKK Provinsi Bali yang akan bersinergi dengan TP PKK Kabupaten / Kota se-Bali. Pihaknya juga berharap kedepannya agar setiap waktu hadir di Kabupaten/Kota menyapa dan berbagi. “Kami ingin selalu aksi sosial itu dihiasi dengan berbagi. Jadi Kabupaten/Kota semua berbelanja, seluruh pengurus, ketua, sekretaris, semua berbelanja dan berbagi untuk masyarakat yang membutuhkan,” ucap Ny. Putri Suastini Koster.

Ny. Putri Koster yang akrab disapa Bunda Putri ini meminta, kegiatan yang sangat penting ini untuk terus digaungkan dan dilaksanakan secara berkelanjutan. Karena ini merupakan kegiatan yang secara langsung bisa dirasakan oleh masyarakat. PKK juga bisa langsung bersosialisasi dan melakukan aksi sosial. Selain itu, PKK juga diingatkan mempunyai tanggung jawab untuk menata halaman rumah termasuk mensosialisasikan kepada masyarakat melalui program Hatinya PKK.

Pada kesempatan pagi itu, TP PKK Provinsi Bali serta Kabupaten/Kota membagi 400 tas kepada 100 orang penerima, yang masing-masing penerima mendapatkan 3 tas dari TP PKK Provinsi Bali, TP PKK Kabupaten/Kota dan PAKIS Provinsi Bali berisi kebutuhan pokok, hasil pertanian serta olahan makanan.

Sementara itu, Ketua TP PKK Kota Denpasar, Ny. Antari Jaya Negara mengucapkan terima kasih karena TP PKK Kota Denpasar telah diberikan kesempatan untuk menggelar Pasar Rakyat ini.

“Terima kasih kepada Ibu Putri Koster yang selama ini telah berkeliling ke seluruh Kabupaten di Bali, hingga saat ini giliran kami di Kota Denpasar. Aksi sosial yang selama ini dilakukan telah banyak memberikan manfaat bagi masyarakat di Bali,” kata Ny. Antari Jaya Negara.

Sedangkan Ketua TP PKK Kabupaten Tabanan Ny. Rai Wahyuni Sanjaya yang juga hadir di tengah-tengah acara mengucap syukur bisa berbagi dengan masyarakat, khususnya masyarakat di Denpasar. Bunda Rai, juga menyatakan dukungannya karena kegiatan yang diinisiasi oleh TP PKK Provinsi Bali ini memberikan perhatian dan dampak langsung kepada masyarakat yang mengalami kendala perekonomian serta menitikberatkan pada kebersamaan dan gotong-royong. (gs/bi)

Loading

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

SULUH

Prof. Pitana Tempati Rangking 18 dalam Top 100 Ilmuwan Sosial Indonesia

Prof. Pitana Sebut Unud selalu Memberikan Atmosfer Positif bagi Akademisi

Loading

Published

on

By

pitana
Prof. Dr. Ir. I Gde Pitana, M.Sc. (Foto: ist)

Denpasar, baliilu.com – Prestasi membanggakan ditorehkan oleh 2 (dua) dosen Universitas Udayana, yang berhasil masuk ke jajaran Top 100 Ilmuwan Sosial di Indonesia. Mereka adalah Prof. Dr. Ir. I Gde Pitana, M.Sc., yang menempati peringkat 18, dan Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A., yang menduduki peringkat 47.

Secara global maupun spesifik, perangkingan Top 100 ini meliputi negara-negara seperti Afrika, Asia, Eropa, Amerika Utara, Oceania, Arab League, ECCA, BRICS, Amerika Latin dan COMESA, yang didasarkan pada total H-index tanpa merinci area subyeknya. Rangking Top 100 ini meliputi subjek Pertanian dan Kehutanan, Seni, Desain dan Arsitektur, Bisnis dan Manajemen, Ekonomi dan Ekonometrika, Pendidikan, Teknik dan Teknologi, Sejarah, Filosofi, Teologi, Hukum dan Ilmu Hukum, Kedokteran, IPA dan Ilmu Sosial. Yang menjadikan prestasi ini luar biasa adalah Top 100 mempunyai kriteria yang sangat layak, karena perangkingannya berdasarkan H-indeks dan Citation, dimana kriteria sangat sulit untuk dimanipulasi. 

pitana
Prof. Dr. Ir. I Gde Pitana, M.Sc. (Foto: ist)

Prof. Dr. Ir. I Gde Pitana, M.Sc., ketika dihubungi menyatakan bahwa capaian ini adalah karena Universitas Udayana memberikan atmosfer yang bagus untuk para dosen untuk berkarya. “Capaian ini sebenarnya bukan semata-mata saya sendiri, karena saya banyak menulis bersama dengan mahasiswa bimbingan saya. Jadi, kredit layak saya berikan kepada para mahasiswa, terutama bimbingan S3 saya,’’ papar pria kelahiran Tabanan ini.

Prof. Pitana saat ini tercatat sebagai salah satu dosen tetap pada Prodi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. Ia adalah salah satu profesor dengan pengalaman kerja yang luar biasa dan terkenal dengan produktif di tengah kesibukannya. Sejak 2001 dipercaya untuk berkarir di Kementerian Pariwisata, dimulai dengan menjabat sebagai Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Direktur Promosi Pariwisata Luar Negeri Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Deputi Menteri Pariwisata Bidang Pengembangan Pemasaran Mancanegara Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, dan sejak tahun 2020 dipercaya sebagai Tenaga Ahli Gubernur Bali Bidang Pariwisata dan Festival Thematik.

Di tengah beragam kesibukan, Prof. Pitana ternyata memiliki rahasia membagi waktu dengan baik. ”Saya banyak menulis di dalam perjalanan, terutama pada waktu menunggu pesawat di bandara, atau saat di dalam pesawat yang terbang berjam-jam. Itulah sebabnya, saya katakan tadi, saya selalu rajin mencatat data untuk bisa dituangkan menjadi tulisan. Kebetulan ilmu yang saya tekuni masih relatif muda (pariwisata), sehingga belum begitu banyak ada referensi.  Dengan demikian, apa pun yang saya tulis, akan banyak dibaca dan dikutip,” ungkap pria yang pernah menjadi Guest Lecturer di Wageningen University, Wageningen, Belanda.

Prof. Pitana menambahkan, seorang akademisi tentu saja dinilai dari capaian akademisnya, seperti tulisan atau sitasi. Salah satu hal yang ia lakukan adalah dengan melakukan bimbingan yang sungguh-sungguh, baik untuk penulisan skripsi, thesis, maupun disertasi. Sehingga dari karya mahasiswa tersebut, ia melakukan penulisan bersama sehingga menghasilkan karya ilmiah yang baik. Sumber: www.unud.ac.id (gs/bi)

Loading

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

SULUH

Martin Tokan, Pengacara Muda Flores Timur, Bersinar di Jawa Timur

Published

on

By

martin
Martin Tokan di depan kantornya. (Foto: Ist)

UMUMNYA anak muda NTT punya cita-cita menjadi pegawai negeri. Paradigma ini berbeda dengan Martin Tokan, asal Kampung Pukaone, Desa Neleblolong, Kecamatan Ile Bolong, Adonara, Flores Timur, NTT. Di usia sangat muda Martin sukses menjadi pengacara beken di Surabaya, Jawa Timur. Berikut sekilas kisah hidupnya. (*)

Martin Tokan lahir di rumah sakit Bukit, Lewoleba, Lembata pada 30 Januari 1985. Martin merupakan anak kedua dari Cristianus Asan Leki dan Helena Kewae Bolen. Masa kecilnya sampai dengan usia 18 tahun, Martin dan keluarga tinggal di Kalimantan karena ayahnya bekerja di perusahaan kayu, PT. Ratah Timber Company.

Sayangnya, saat Martin berusia 14 tahun, ibunda tercinta meninggal dunia karena sakit. Di masa kecilnya, Martin menunjukkan kecerdasan dan semangat juang yang tinggi. Dia lebih aktif dibandingkan dengan ketiga saudaranya, Imanuel Tokan, Damianus Geroda Bayon, dan Maria Paulina Kewae Bolen. Setelah beberapa tahun kemudian, Martin mempunyai ibu sambung yang bernama Bulu Sadu yang memberinya seorang adik tiri, Brigita Ina Tokan. 

Memasuki masa remaja, Martin justru sering menunjukkan perilaku nakalnya yang sangat membuat ayahnya cemas. Martin pun putus sekolah di bangku SMA. Tahun 2002, sang ayah memutuskan untuk memindahkan Martin ke Surabaya dalam pengasuhan adik dari ayahnya, Thomas Raya Tokan.

Di kota Surabaya, Martin merasa lebih tertantang. Apalagi, dia pernah berjanji pada almarumah ibunya bahwa dia harus sukses untuk bisa membahagiakan keluarga. Tidak lama dalam asuhan bapak Thomas Raya Tokan, Martin ingin hidup mandiri dan memutuskan tinggal di Margasiswa Perhimpunan Mahasiswa Katholik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Surabaya, mengikuti Ancys Uba Ama, seorang keluarganya dari kampung yang lebih dulu tinggal di asrama PMKRI tersebut.

Sekitar sembilan bulan di situ, hidup Martin dan si kakak ini sangat memprihatinkan. Lebih sering makan sekali sehari. “Tapi itulah yang membentuk kami jadi manusia berguna di kemudian hari,” ujarnya.

Suatu ketika, Martin menerima tawaran untuk menguji talenta di dunia akting. Dengan penuh semangat, dia mengikuti test akting tersebut dan lolos. Martin pun ke Jakarta untuk mengikuti shooting. Pada hari pertama mengikuti shooting, dia mendapatkan pengalaman baru. Ternyata tidak mudah untuk menjadi artis karena harus standby di lokasi shooting seharian penuh. Merasa tidak cocok, Martin memutuskan kembali ke Surabaya.

Pada suatu hari, Martin bertemu dengan seseorang yang akhirnya mengubah jalan hidupnya hingga kini. Sosok itu bernama Arnold Nope Nitbani, asal So’E, Kabupaten Timor Tengah Selatan, yang kemudian menjadi ayah angkatnya. Arnold Nope Nitbani adalah seorang Katolik yang taat. Dia menghabiskan hari-harinya sebagai Pelayan Tuhan (Pendoa). Selain menyekolahkan Martin hingga selesai di bangku SMA, Arnold Nope juga mendidik Martin menjadi pribadi yang lebih baik dan takut akan Tuhan. Martin sering diajak beliau memberikan pelayanan doa dari rumah ke rumah, maupun di kantor – kantor.

Suatu ketika, dia memeluk Martin dan berkata, “Anakku Martin, suatu saat jika bapak sudah tiada, kamulah yang melanjutkan estafet untuk melayani Tuhan menggantikan saya dan kamu pasti bisa”. Martin sangat terpukul karena pada tahun 2014, ayah angkat yang baik hati ini tutup usia akibat kanker usus. Seiring berjalannya waktu, Martin pun mengikuti jejak beliau yaitu memberikan pelayanan di perusahaan-perusahaan di Surabaya. Dia mendapat berkat dan akhirnya bisa membiayai kuliahnya di Fakultas Hukum Universitas Wijaya Putra, Surabaya, dan juga kedua adiknya sampai menyandang gelar sarjana.

Dalam perjalanan memberikan pelayanan di gereja dan perusahaan-perusahaan, ada beberapa teman atau kolega yang sharing tentang permasalahan hukum yang mereka alami. Berawal dari situlah, dia merasa tertarik untuk lebih dalam mempelajari ilmu hukum dan menjadi pengacara.

Mimpinya pun terwujud. Pada tahun 2019, Martin dilantik menjadi pengacara setelah menjalani pendidikan profesi advokad di Universitas Airlangga, Surabaya. Kasus pertama yang ditangani adalah mendampingi sebuah perusahaan besar dan menang.  Saat itu, Martin masih bergabung dengan Law Office POTU & Partners Brothers Lawyer. Dalam waktu setahun, Martin dapat menyelesaikan kasus itu dengan baik. Fee miliaran rupiah pun mengalir ke koceknya. Seketika, nama Martin Tokan, pengacara muda asal Flores Timur itu menjadi buah bibir masyarakat Jawa Timur.

Saat masih bersama POTU & PARTERERS, MartinTokan mendapatkan penghargaan Platinum Lawyer Indonesia Award 2021 dari Yayasan Penghargaan Prestasi Indonesia (YPPI) karena dalam kurun waktu 6 bulan menang di atas rate 90 persen yang teregister website dan tercatat di MA tidak pernah kalah dalam perkara perdata. Martin dan rekan juga pernah mengalahkan tim pengacara Kopi Jhony yang ketuanya adalah Hotman Paris Hutapea dalam kasus Agung Raharjo.

Seiring berjalannya waktu, atas dukungan luar biasa dari sobat karibnya, Rolland Elias Potu, Martin sukses membuka kantor pengacara sendiri. Kantor yang berlokasi di perumahan elit Citraland ini diberi nama MT Law Office berdiri pada 24 April 2022 dan pemberkatan kantor oleh Romo Dami.

Kini, Martin sedang menangani beberapa kasus pidana seperti pencemaran nama baik, penipuan dan penggelapan serta tindak pidana cyber crime dan perkara perdata yaitu perceraian, gugatan harta bersama, gugat waris, gugatan wanprestasi dan gugatan perbuatan melawan hukum baik di Surabaya, Sidoarjo dan Malang.

Martin juga menjadi Corporate Lawyer / Pengacara Perusahaan baik di Jakarta, Surabaya, Semarang, Australia, Spanyol antara lain : PT. Stoddart Asia Pacific, PT. CFM – Spanyol, PT. Caterindo – Surabaya, PT. Jerindo Sari Utama – Surabaya, Jakarta, Semarang dan Australia, PT. Indo Perkasa Abadi – Pandaan, Jawa Timur.

Di luar kesibukannya sebagai pengacara, saat ini  Martin sedang menjalani pendidikan Magister Ilmu Hukum di Universitas Bhayangkara, Surabaya. Impian terbesarnya adalah menjadi pengacara sukses dan sumber berkat bagi orang lain. Dia berpesan dan memotivasi orang-orang muda dengan mengutip ayat Alkitab: “Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru; mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah (Yesaya 40:31). Ayat AlKitab tersebut di ataslah ilham dari Tuhan Yesus sehingga berdirilah MT Law Office dengan simbol sayap rajawali. (*/Rahman Sabon Nama, Denpasar)

Loading

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca