Friday, 25 April 2025
Connect with us
https://www.baliviralnews.com/wp-content/uploads/2022/06/stikom-juni-25-2022.jpg

EKONOMI & BISNIS

Survei Perkembangan Properti Komersial Bali Triwulan IV 2024

Indeks Harga Properti Komersial Tumbuh Meningkat

BALIILU Tayang

:

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja. (Foto: dok baliilu)

Denpasar, baliilu.com – Hasil Survei Perkembangan Properti Komersial (PPKom), sebagai indikator perkembangan properti komersial, mengindikasikan bahwa harga properti komersial meningkat yang ditunjukkan oleh Indeks Harga Properti Komersial Provinsi Bali pada triwulan V 2024 yang tercatat 122,13, atau tumbuh 8,46% (yoy) dari triwulan yang sama di tahun 2023 dengan indeks sebesar 112,61.

Hal ini terutama didorong oleh peningkatan harga sewa properti ritel dan apartemen yang masing-masing tumbuh sebesar 14,70% (yoy) dan 8,03% (yoy). Sementara itu, harga sewa properti hotel dan perkantoran juga tumbuh masing-masing sebesar 8,36% (yoy) dan 5,06% (yoy).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja, menyampaikan peningkatan harga properti komersial turut didorong oleh meningkatnya permintaan properti di Provinsi Bali yang ditunjukkan pertumbuhan Indeks Permintaan Properti sebesar 4,18% (yoy) pada triwulan IV 2024.

Adapun peningkatan permintaan properti terjadi pada sewa ritel sebesar 38,68% (yoy), dan sewa perkantoran sebesar 23,94% (yoy). Peningkatan permintaan properti di Bali juga sejalan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) terkait pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Bali lapangan usaha Real Estate pada triwulan V 2024 yang juga tumbuh sebesar 2,42% (yoy).

Di sisi lain, Indeks Pasokan Properti Komersial tumbuh terbatas sebesar 2,32% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,08% (yoy). Tumbuhnya pasokan terutama terjadi pada kategor properti apartemen dan ritel.

Dalam mendukung pertumbuhan properti yang berkualitas, Bank Indonesia senantiasa mendorong penyaluran kredit atau pembiayaan perbankan melalui penguatan kebijakan makroprudensial antara lain penguatan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) yang mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, didukung pemantauan harga pasokan dan permintaan properti yang akurat. (gs/bi)

Baca Juga  Dari Hasil Survei Oktober 2024, Penjualan Eceran Diprakirakan Tumbuh

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
iklan

EKONOMI & BISNIS

Maret 2025, Inflasi Bali Tetap Terjaga Dalam Rentang Target Sasaran

Published

on

By

inflasi bali
Infografis inflasi Bali. (Foto: Hms BI Bali)

Denpasar, baliilu.com – Berdasarkan rilis BPS Provinsi Bali, perkembangan harga gabungan kabupaten/kota perhitungan inflasi di Provinsi Bali pada Maret 2025 secara bulanan mengalami inflasi sebesar 1,61% (mtm), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mengalami deflasi 0,57% (mtm). Secara tahunan, inflasi Provinsi Bali meningkat menjadi 1,89% (yoy) dari 1,21% (yoy) pada Februari 2025, dan masih terjaga dalam rentang target 2,5±1%.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja dalam keterangan tertulis mengatakan bahwa inflasi bulan Maret 2025 di Provinsi Bali secara umum cukup terkendali meski terdapat beberapa komoditas yang perlu mendapat perhatian karena mengalami peningkatan harga cukup tinggi seperti komoditas hortikultura. Untuk itu, ke depan tetap diperlukan penguatan pengendalian inflasi melalui kolaborasi, inovasi, dan sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) khususnya dalam menyambut rangkaian Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Galungan pada April 2025.

Secara spasial, kata Erwin, seluruh kota/kabupaten IHK mengalami inflasi bulanan dan tahunan. Singaraja mengalami inflasi bulanan tertinggi sebesar 1,71% (mtm) atau 1,09% (yoy), diikuti Kota Denpasar yang mengalami inflasi bulanan sebesar 1,69% (mtm) atau 2,53% (yoy). Selanjutnya, Kab. Tabanan mengalami inflasi bulanan sebesar 1,52% (mtm) atau 1,84% (yoy), dan Kab. Badung mengalami inflasi bulanan sebesar 1,45% (mtm) atau 1,32% (yoy). Inflasi di Provinsi Bali terutama disumbang oleh Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga, serta Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau.

Erwin lanjut menegaskan bahwa berdasarkan komoditasnya, inflasi bulan Maret 2025 terutama bersumber dari normalisasi tarif listrik pasca kebijakan diskon. Lebih lanjut, terdapat kenaikan harga komoditas hortikultura seperti cabai rawit dan bawang merah seiring terbatasnya pasokan di tengah peningkatan permintaan pada HBKN Nyepi dan Idulfitri.

Baca Juga  Ekonomi Bali Tumbuh 5,86%, Sektor Potensial dan Digitalisasi Perlu Terus Diperkuat

Sementara itu, inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh penurunan harga daging babi, tarif angkutan udara, harga daging ayam ras, kangkung, dan tomat. Penurunan harga daging babi didorong oleh peningkatan pemotongan daging untuk memenuhi permintaan pada HBKN, sedangkan penurunan tarif angkutan udara sejalan dengan kebijakan Pemerintah menurunkan harga tiket pesawat pada periode libur lebaran.

Ke depan, sebutnya, beberapa risiko yang perlu diwaspadai antara lain peningkatan permintaan barang dan jasa serta canang sari pada rangkaian HBKN Galungan, serta kenaikan harga daging dan telur ayam ras di tengah peningkatan harga jagung di tingkat global, sebagai bahan baku pakan ternak. Lebih lanjut, harga emas perhiasan dan minyak goreng juga berpotensi meningkat seiring dengan kenaikan harga emas global dan Crude Palm Oil (CPO).

‘‘Selain itu, normalisasi tarif listrik untuk pelanggan pasca bayar pemakaian bulan Maret dan normalisasi harga angkutan udara juga menjadi potensi risiko inflasi yang perlu diwaspadai,‘‘ ujarnya.

Untuk memitigasi risiko inflasi ke depan, Bank Indonesia Bali terus memperkuat sinergi dan inovasi bersama seluruh kabupaten/kota di Bali untuk mengimplementasikan strategi 4K pengendalian inflasi, yakni Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi yang Efektif. Dalam jangka menengah panjang, Bank Indonesia Bali juga mengajak seluruh TPID untuk bersama-sama menjaga stabilitas harga dan mewujudkan ketahanan pangan melalui peningkatan produktivitas lahan pertanian. Produktivitas dapat ditingkatkan melalui penguatan implementasi regulasi perlindungan lahan pangan berkelanjutan dan mitigasi alih fungsi lahan, penguatan pengairan, implementasi benih unggul, serta perluasan hilirisasi.

Selanjutnya, kata Erwin, produktivitas pertanian juga perlu didorong melalui peningkatan efisiensi rantai pasok dengan penciptaan ekosistem ketahanan pangan yang melibatkan Bumdes, perumda pangan, dan koperasi, serta kerjasama hulu-hilir antara petani, penggilingan, perumda pangan, dan horeka (hotel, restoran, dan kafe) disertai dengan penguatan implementasi regulasi optimalisasi penggunaan produk lokal oleh horeka di daerah. Melalui sinergi tersebut, Bank Indonesia Bali meyakini inflasi Provinsi Bali pada tahun 2025 akan tetap terjaga dalam kisaran target inflasi nasional 2,5%±1%. (gs/bi)

Baca Juga  Tangkal Penipuan Online terhadap Perempuan, Bank Indonesia Gandeng TP PKK dan Dekranasda Bali

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

EKONOMI & BISNIS

Survei Februari 2025, Penjualan Ritel Bali Tumbuh di Tengah Normalisasi Kunjungan Wisatawan

Published

on

By

Penjualan ritel bali
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja. (Foto: dok)

Denpasar, baliilu.com – Pada bulan Februari 2025, penjualan eceran di Provinsi Bali diprakirakan terus bertumbuh yang tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Bali yang diprakirakan sebesar 117,2 atau secara tahunan tumbuh 7,2% (yoy). Hal ini menunjukkan kinerja penjualan eceran di Provinsi Bali terus meningkat atau berada di level optimis (>100). Prakiraan peningkatan kinerja ritel tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adanya program diskon dari distributor sehubungan dengan adanya libur panjang Isra Miraj Nabi Muhammad SAW dan Tahun Baru Imlek, serta perayaan keagamaan Pagerwesi.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja melalui keterangan pers, Jumat (21/3/2025) mengatakan bahwa pemberian potongan harga, turut mendorong kinerja penjualan eceran di tengah normalisasi kunjungan wisatawan pasca libur panjang pada bulan Januari 2025. Berdasarkan data dari Angkasa Pura, kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara pada Februari 2025 menurun sebesar -17,91% (mtm) atau mencapai total 791 ribu wisatawan. Survei Penjualan Eceran (SPE) Bali merupakan survei bulanan terhadap 100 penjual eceran/pengecer di Kota Denpasar dan sekitarnya yang bertujuan untuk memperoleh informasi dini mengenai arah pergerakan pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi.

Erwin lanjut menjelaskan, prakiraan penjualan eceran di Bali pada Februari 2025 didukung oleh tumbuhnya berbagai subsektor, seperti Barang Budaya dan Rekreasi yang mengalami peningkatan sebesar 4,8% (mtm), Peralatan Informasi dan Komunikasi meningkat sebesar 3,3% (mtm), dan Bahan Bakar Kendaraaan Bermotor meningkat sebesar 2,6% (mtm). Sementara itu, pada Januari 2025, IPR tercatat sebesar 116,6 atau secara tahunan mengalami peningkatan sebesar 6,3% (yoy). Pada periode laporan, kinerja IPR di Bali terus tumbuh yang menunjukkan peningkatan konsumsi masyarakat di Bali.

Baca Juga  Dari Hasil Survei Oktober 2024, Penjualan Eceran Diprakirakan Tumbuh

Erwin menegaskan bahwa prospek penjualan eceran di Bali ke depan diprakirakan tetap positif. Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) menunjukkan keyakinan pelaku usaha terhadap pertumbuhan penjualan eceran dalam jangka pendek dan menengah. Responden memprakirakan penjualan pada 3 dan 6 bulan ke depan tetap terjaga yang ditunjukkan oleh IEP bulan April 2025 tercatat sebesar 155 serta pada bulan Juli 2025 tercatat sebesar 191, masih tetap terjaga atau berada di level optimis (IEP > 100). ‘‘Terjaganya IEP pada level optimis mengindikasikan bahwa momentum pertumbuhan ekonomi Bali akan terus berlanjut,‘‘ ujarnya.

Dalam menjaga kinerja penjualan eceran dan tingkat konsumsi masyarakat, Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bali senantiasa bersinergi dalam mengawal kestabilan harga, memastikan daya beli masyarakat tetap terjaga, dan menjaga ekonomi Bali agar terus bergerak dalam jalur pertumbuhan yang berkelanjutan. (gs/bi)

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

EKONOMI & BISNIS

Neraca Perdagangan Indonesia Surplus 58 Bulan Berturut-turut

Published

on

By

Neraca perdagangan Indonesia
Suasana di area petikemas. (Foto: Kemenkeu)

Jakarta, baliilu.com – Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada Februari 2025, dengan nilai mencapai USD3,12 miliar. Surplus ini melanjutkan tren positif yang telah berlangsung selama 58 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, pada Rabu (19/3), mengungkapkan bahwa secara kumulatif dalam periode Januari – Februari 2025 neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus sebesar USD6,61 miliar. Angka ini mengalami kenaikan sebesar USD3,78 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

“Ekspor konsisten tumbuh, pada bulan Februari mencapai tingkat 9,16% (yoy). Sektor pertanian dan manufaktur tumbuh paling tinggi secara berurutan,” ungkap Menkeu dikutip dari laman kemenkeu.go.id.

Di sisi impor, Menkeu menegaskan bahwa tren positif tetap terjaga dengan fokus utama untuk mendukung kegiatan industri nasional. Menurutnya, pertumbuhan barang modal dan bahan baku menunjukkan adanya produksi dan investasi yang tetap kuat.

Menkeu juga menyoroti bahwa tren positif dalam perekonomian Indonesia tidak hanya tercermin dari neraca perdagangan, tetapi juga dari Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia. Pada Februari 2025, PMI Indonesia berhasil rebound ke zona ekspansif dan mencapai level tertinggi secara global setelah India, yakni di angka 53,6. Pertumbuhan manufaktur didorong oleh lonjakan permintaan baru, sehingga menstimulus aktivitas produksi dalam negeri.

Lebih lanjut, Menkeu menegaskan bahwa berbagai indikator positif ini mencerminkan kestabilan dan ketahanan ekonomi Indonesia yang tetap solid.

“Ini menjadi modal yang baik untuk terus mendorong pertumbuhan berkelanjutan,” pungkasnya.

Tren surplus perdagangan yang berkelanjutan ini menunjukkan daya saing ekonomi Indonesia yang terus meningkat, sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi serta mendorong investasi dan ekspor nasional. (gs/bi)

Baca Juga  Tangkal Penipuan Online terhadap Perempuan, Bank Indonesia Gandeng TP PKK dan Dekranasda Bali

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca