Wednesday, 14 May 2025
Connect with us
https://www.baliviralnews.com/wp-content/uploads/2022/06/stikom-juni-25-2022.jpg

BUDAYA

Tumpek Wariga, Pemkot Denpasar Gelar Persembahyangan dan Prosesi ‘’Nguduh Sarwa Tumuwuh’’

BALIILU Tayang

:

Tumpek Wariga
TUMPEK WARIGA: Sekda Denpasar Ida Bagus Alit Wiradana memimpin persembahyangan bersama dan prosesi Nguduh Sarwa Tumuwuh oleh Pemkot Denpasar serangkaian Rahina Tumpek Wariga pada Saniscara Kliwon Wuku Wariga, Sabtu (31/8) di Pura Agung Lokanatha, Denpasar. (Foto: Hms Dps)

Denpasar, baliilu.com – Pemerintah Kota Denpasar secara khusus menggelar persembahyangan bersama dan prosesi Nguduh Sarwa Tumuwuh yang dipusatkan di Pura Agung Lokanatha Denpasar, Sabtu (31/8), serangkaian Hari Raya Tumpek Wariga yang jatuh pada Rahina Saniscara Kliwon Wuku Wariga.

Seperti diketahui, Tumpek Wariga juga dikenal dengan Tumpek Pengarah, Tumpek Pengatag, Tumpek Uduh, atau juga Tumpek Bubuh, yang serentetan upakaranya dilaksanakan umat Hindu tiap enam bulan sekali.

Persembahyangan bersama Tumpek Wariga oleh Pemkot Denpasar kali ini dipimpin Sekretaris Daerah Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Wiradana. Hadir pula pada persembahyangan tersebut, Ketua PHDI Kota Denpasar, I Made Arka, jajaran Forkopimda Kota Denpasar dan juga pimpinan OPD di lingkungan Pemkot Denpasar.

Diiringi Pesantian dari Sekaa Santi TPLAH Denpasar dan alunan gender wayang sekaa gender Denpasar Barat, rangkaian persembahyangan bersama Tumpek Wariga dimulai sejak pagi hari diawali melaksanakan upakara, dilanjutkan ngelis dan dilanjutkan persembahyangan bersama.

Usai persembahyangan, Sekda Alit Wiradana bersama hadirin lainnya melaksanakan prosesi Nguduh Sarwa Tumuwuh. Prosesi ini bertujuan untuk memberikan persembahan kepada tumbuh-tumbuhan melalui sarana persembahan bubuh (bubur) lima warna.

Menurut Tutur Lontar Bhagawan Agastyaprana, kelima jenis bubur tersebut yakni bubur beras putih dipersembahkan kepada tumbuh-tumbuhan penghasil umbi-umbian. Kedua, bubur beras merah kepada tumbuh-tumbuhan penghasil biji-bijan. Ketiga, bubur sumsum hijau dari kayu sugih kepada pepohonan berbuah melalui penyerbukan bunga putik seperti mangga, klengkeng, dan semacamnya.

Keempat, bubur ketan kuning kepada pepohonan berbuah batang, seperti nangka, durian dan semacamnya. Kelima yakni bubur beras injin (beras hitam) kepada tumbuh- tumbuhan dan tanaman hias penghasil bunga, daun warna- warni, dan penghasil minyak harum.

Baca Juga  Perayaan Tumpek Wariga di Denpasar, Jaya Negara Haturkan Sesaji Bubur Sumsum dan Tanam Pohon Kelapa Upakara

Bubur-bubur tersebut ditempelkan pada batang pohon setelah sebelumnya batang sedikit ditoreh sembari mengucapkan “Kaki-kaki, Nini-nini, niki ke aturan bubuh, mangda mesin gembal, mebunga megambah, buin selae lemeng wenten upacara Galungan, mangda medon, mebunga, miwah mebuah nged, nged, nged,”

Hal ini dipercaya agar pohon dapat berbuah dan berbunga lebat, nantinya dapat dimanfaatkan dan dipersembahkan saat Hari Suci Galungan dan Kuningan mendatang.

Sekda Alit Wiradana dalam kesempatan itu, mengatakan rangkaian prosesi perayaan Tumpek Wariga di Kota Denpasar rutin dilaksanakan sebagaimana juga pelaksanaan upacara hari raya Tumpek lainnya.

“Prosesi perayaan Tumpek Wariga ini merupakan hari penghormatan kita kepada alam, lingkungan dan tumbuh-tumbuhan. Hal ini adalah penjabaran dari konsep Tri Hita Karana, yakni membangun hubungan harmonis antara manusia dengan alam,” ujar Alit Wiradana.

Lebih lanjut, Alit Wiradana juga berharap prosesi perayaan Tumpek Wariga dapat dijadikan momentum rasa berterima kasih kita kepada alam semesta yang telah memberikan limpahan hasil kekayaan alam sehingga kita sebagai umat manusia dapat memanfaatkannya untuk hidup dan menjalankan aktivitas dengan baik.

“Penghormatan ini bisa dalam bentuk menyucikan tumbuh-tumbuhan dan memuliakannya melalui serangkaian prosesi upacara,” tambahnya.

Sementara itu, Kabag Kesra Setda Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Surya Antara saat ditemui mengatakan rangkaian prosesi perayaan Tumpek Wariga oleh Pemkot Denpasar kali ini dipuput oleh Ida Pedanda Gde Putra Keniten Telaga dari Griya Telabah, Denpasar.

“Prosesi upacara di Rahina Tumpek Wariga biasanya dilakukan masyarakat di lokasi tegalan atau kebun dan ladang. Umat Hindu menghaturkan sesaji berupa canang dan berbagai bubur dari tepung beras dipersembahkan untuk Dewa Sangkara, yang merupakan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi sebagai dewa tumbuh-tumbuhan. Kita semua berharap melalui prosesi perayaan Tumpek Wariga ini sebagai rasa terima kasih kita kepada alam atas limpahan karunianya dan alam memberikan kebaikan kepada kita semua,” ujarnya. (eka/bi)

Baca Juga  Pemkot Denpasar Gelar Persembahyangan dan ‘’Nguduh Sarwa Tumuwuh‘‘ Peringati Hari Tumpek Wariga

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
itb stikom bali
Advertisements
iklan

BUDAYA

Pemkot Denpasar “Ngaturang Bhakti Pujawali” di Pura Luhur Uluwatu

Published

on

By

Pujawali pura uluwatu
BHAKTI PUJAWALI: Wakil Walikota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa saat melaksanakan bhakti Pujawali di Pura Luhur Uluwatu, Badung pada Anggarakasih Medangsia, Selasa (13/5). (Foto: Hms Dps)

Badung, baliilu.com – Pemerintah Kota Denpasar ngaturang bhakti serangkaian Pujawali Pura Luhur Uluwatu pada Anggarakasih Medangsia, Selasa (13/5). Berbaur bersama pemedek dan masyarakat yang tangkil, Wakil Walikota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa didampingi Penglingsir Puri Agung Jro Kuta, I Gusti Ngurah Jaka Pratidnya. Usai melaksanakan bhakti pujawali, tampak Wawali Arya Wibawa mengikuti prosesi mulang pakelem di Kawasan Pantai Pura Uluwatu.

Diiringi suara gambelan dan kidung, pelaksanaan pujawali berlangsung khidmat. Tampak silih berganti masyarakat datang untuk ngaturang bhakti. Diawali dengan pangilen Topeng Wali, rangkaian pujawali diakhiri dengan persembahyangan bersama yang dipuput Ida Pedanda Gede Sari Arimbawa, Griya Tegal Sari Denpasar dan Ida Pedanda Gede Isana Manuaba, Griya Lebah Abiansemal, Badung.

Panglingsir Puri Agung Jro Kuta selaku Pengempon Pura Luhur Uluwatu, I Gusti Ngurah Jaka Pratidnya yang akrab dipanggil Turah Joko didampingi Bandesa Adat Pecatu, I Wayan Sumerta mengatakan bahwa, rangkaian acara pujawali diawali dengan prosesi nedunang Ida Bhatara Dewa Agung Sakti dari Pura Pererepan Desa Adat Pecatu yang selanjutnya menuju pura Luhur Uluwatu. Kemudian dilanjutkan prosesi ngaturang pujawali di Luhur Pura Uluwatu.

Lebih lanjut Jaka Pratidnya menambahkan, setelah pujawali, pada hari Rabu (14/5) sampai dengan hari Jumat (16/5) akan dilanjutkan dengan bakti penganyar berturut-turut dari Kecamatan Kuta Utara dan Kecanatan Kuta. Sedangkan penyineban dilaksanakan oleh Kecamatan Kuta Selatan bersama Desa Adat Pecatu dan Puri Agung Jro Kuta.

“Dengan melakukan srada bhakti kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa, astungkara mudah-mudahan seluruh umat di Bali pada khususnya dan Indonesia pada umumnya dijauhkan dari marabahaya serta diberikan kekuatan dan keselamatan sehingga semua umat bisa rahayu, serta keseimbangan alam semesta tetap terjaga,” ujar Turah Joko sembari menekankan pelaksanaan pujawali di Pura Luhur Uluwatu juga meminimalisir penggunaan plastik sekali pakai. Sehingga diimbau untuk tidak menggunakan plastik untuk membawa sarana upacara atau banten.

Baca Juga  Serangkaian Rahina Tumpek Wariga, Kelurahan Pemecutan Tanam Pohon Bambu Tangkal Erosi di Bantaran Tukad Badung

Sementara, Wakil Walikota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa mengatakan bahwa pujawali ini merupakan momentum bagi seluruh masyarakat untuk selalu eling dan meningkatkan srada bhakti kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa. Pujawali ini juga diharapkan menjadi sebuah momentum untuk menjaga keharmonisan antara parahyangan, palemahan, dan pawongan sebagai implementasi dari Tri Hita Karana.

“Dengan pelaksanaan pujawali ini mari kita tingkatkan rasa sradha bhakti kita sebagai upaya menjaga harmonisasi antara parahyangan, pawongan, dan palemahan sebagai implementasi Tri Hita Karana,” ujar Arya Wibawa.

Tampak hadir pula dalam kesempatan tersebut Bupati Badung, I Wayan Adi Arnawa, Wakil Bupati Badung, Bagus Alit Sucipta, dan Sekda Kabupaten Badung, Ida Bagus Surya Suamba. (eka/bi)

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
itb stikom bali
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

BUDAYA

Dampingi Gubernur Bali, Walikota Jaya Negara Hadiri Puncak Karya Ngusaba Desa di Pura Penataran Agung Penatih

Published

on

By

Walikota Jaya Negara
HADIRI KARYA: Gubernur Bali, Wayan Koster bersama Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara dalam kesempatan menghadiri Puncak Karya Ngusaba Desa di Pura Penataran Agung Penatih, Desa Adat Penatih, Denpasar Timur, Selasa (13/5). (Foto: Hms Dps)

Denpasar, baliilu.com – Gubernur Bali, Wayan Koster, didampingi Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, menghadiri Puncak Karya Ngusaba Desa di Pura Penataran Agung Penatih, Desa Adat Penatih, Denpasar Timur, Selasa (13/5).

Upacara yang dilangsungkan pada Purnama Jiyestha ini dihadiri pula oleh Kabag Kesra Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Surya Antara, Camat Denpasar Timur, Ketut Sri Karyawati, Penglingsir Puri Penatih, Jero Bendesa Adat se-Kota Denpasar, serta tokoh masyarakat setempat.

Dalam sambutannya, Gubernur Koster mengapresiasi semangat gotong-royong warga dalam pelaksanaan upacara, yang dinilainya sebagai wujud pelestarian adat, budaya, dan kearifan lokal Bali. Gubernur Koster menegaskan pentingnya upacara seperti ini dalam memperkuat identitas budaya Bali, sejalan dengan visi pembangunan “Nangun Sat Kerthi Loka Bali“.

“Saya berharap upacara berjalan lancar, membawa kebahagiaan sekala-niskala, dan memperkuat daya saing Bali,” ujar Gubernur Wayan Koster.

Walikota Jaya Negara juga memberikan apresiasi kepada krama Desa Adat Penatih atas semangat menyama braya yang ditunjukkan dalam menyukseskan upacara ini.

“Saya menyampaikan terima kasih atas kehadiran dan dukungan Gubernur Bali dalam Karya Ngusaba Desa di Pura Penataran Agung Penatih,” ujar Jaya Negara.

Sementara itu, Jro Bendesa Adat Penatih, I Wayan Ekayana, menjelaskan bahwa Karya Ngusaba Desa yang dilaksanakan setiap 10 tahun ini diawali dengan ngaben massal dan dilanjutkan dengan rangkaian penganyaran seperti nyurud ayu, mepandes untuk 125 orang, mesakapan ke pasih 200 orang, mawinten 75 orang, dan negteg pulu 50 orang.

“Seluruh rangkaian ini sebagai implementasi Tri Hita Karana. Dukungan penuh juga datang dari Pemkot Denpasar dan dana punia masyarakat yang telah mencapai lebih dari Rp 1 miliar,” ujarnya. (eka/bi)

Baca Juga  Serangkaian Rahina Tumpek Wariga, Kelurahan Pemecutan Tanam Pohon Bambu Tangkal Erosi di Bantaran Tukad Badung

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
itb stikom bali
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

BUDAYA

Walikota Jaya Negara Hadiri Upacara ‘’Pedudusan’’ Pura Pererepan Ratu Ayu Dalem Penatih, Pedungan

Published

on

By

Walikota Jaya Negara
TINJAU PERSIAPAN UPACARA: Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara berkesempatan meninjau persiapan upacara, dan menandatangani prasasti Penabeng Pura sebagai tanda peresmian hasil pemugaran seluruh Pelinggih Pererepan Ratu Ayu Dalem Penatih, Puseh Kanginan, Desa Adat Pedungan, pada Purnama Jiyestha, Senin (12/5). (Foto: Hms Dps)

Denpasar, baliilu.com – Proses pemugaran seluruh Pelinggih Pererepan Ratu Ayu Dalem Penatih, Puseh Kanginan, Desa Adat Pedungan, telah usai dilaksanakan. Kali ini bertepatan dengan Purnama Jiyestha, Senin (12/5), Pengempon Pura Pererepan Ratu Ayu Dalem Penatih, Puseh Kanginan, Desa Adat Pedungan, menggelar upacara Pedudusan, Ngenteg Linggih, dan Mecaru Rsi Gana di pura setempat.

Rangkaian acara dihadiri langsung Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, serta berkesempatan meninjau persiapan upacara, dan menandatangani prasasti Penabeng Pura sebagai tanda peresmian hasil pemugaran.

Dalam kesempatan tersebut, Jaya Negara menyampaikan apresiasinya terhadap hasil pemugaran yang dinilai sangat baik.

“Dengan dilaksanakannya upacara ini, semoga para pengempon dan krama Desa Adat Pedungan selalu diberikan kerahayuan,” ungkapnya.

Sementara Ketua Panitia Karya, I Nyoman Kertajaya, menjelaskan bahwa seluruh pelinggih telah diperbaiki secara menyeluruh. Beberapa pelinggih yang dipugar antara lain, pelinggih Taman, Pertiwi, Tajuk, Taksu, Menjangan Sliwah, Gunung Agung, Gunung Rata, Ratu Mayun Kembar, Batu Selem, Kuri Agung, Pemayun Bagus, Gedong Batu, Gedong Pratima, Pengadang-ngadang, dan Bale Gong.

Seluruh pembiayaan pemugaran, yang mencapai kurang lebih Rp 400 juta, berasal dari dana swadaya keluarga besar Arya Wang Bang Pinatih Banjar Puseh, Desa Adat Pedungan.

“Semoga dengan memperbaiki pura ini dan menggelar upacara dengan tulus, para pengempon dan masyarakat mendapatkan kerahayuan,” tambah Kertajaya.

Secara historis, Pura Pererepan Ratu Ayu Dalem Penatih memiliki nilai spiritual tinggi. Berdasarkan babad, pura ini didirikan dari kisah leluhur keluarga Arya Wang Bang Pinatih yang menikah ke Dalem Kepala dan memiliki keturunan yang kemudian menikah ke Pura Puseh Kawan, Desa Pakraman Pedungan. Dalam perjalanan hidupnya, leluhur tersebut sempat hendak kembali pulang setelah diminta berbagi pasangan (dimadu), namun dilarang oleh anak beliau. Akhirnya, beliau bersedia tetap tinggal dengan syarat dapat hidup berdampingan dengan keluarganya. Kisah ini menjadi dasar berdirinya pura dan diwariskan secara turun-temurun oleh para pengempon.

“Dengan rampungnya pemugaran dan suksesnya pelaksanaan upacara, Pura Pererepan Ratu Ayu Dalem Penatih diharapkan menjadi pusat spiritual yang semakin kokoh, sekaligus warisan budaya yang tetap lestari bagi generasi mendatang,” ujarnya. (eka/bi)

Baca Juga  Rahina Tumpek Wariga, Sekda Adi Arnawa Melaksanakan Persembahyangan Bersama

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
itb stikom bali
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca