Denpasar, baliilu.com – Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Kota Denpasar kembali menggelar pelatihan membuat banten upacara Agama Hindu. Pelatihan dengan tema ‘’Banten Penyambutan’’ ini dibuka Seketaris WHDI Luh Made Kusuma Dewi di Gedung Wanita Santi Graha Denpasar, Sabtu (3/4/2021).
Pelatihan membuat banten berlangsung selama empat hari dengan melibatkan pengurus WHDI desa/kelurahan se-Kota Denpasar. Untuk hari pertama dan kedua telah dibuka secara resmi oleh Ketua WHDI Kota Denpasar Ny. Sagung Antari Jaya Negara.
Kusuma Dewi menyebutkan pelatihan kali ini melibatkan WHDI Kecamatan Denpasar Timur. Pelatihan tetap pada disiplin prokes yakni dengan penggunaan masker, penggunaan selop tangan dan menjaga jarak. Meski dalam masa pandemi Covid-19 anggota WHDI harus selalu produktif, salah satunya dengan melaksanakan pelatihan.
“Setiap pelaksanaan pelatihan peserta dibatasi masing- masing kecamatan hanya 20 orang dan setiap kegiatan berlangsung kami selalu menekankan pada prokes,” ungkapnya.
Lebih lanjut Kusuma Dewi mengaku memilih materi Banten Sambutan karena banten ini sangat sering dibuat oleh para ibu setiap otonan, maupun pada Hari Suci Galungan dan Kuningan. Pada pelatihan ini pihaknya menekankan kembali pada cara pembuatan, bahan, hingga simbol dan arti dari setiap tatanan pembuatan banten sambutan ini.
Dengan dilaksanakan pelatihan ini diharapkan ibu-ibu anggota WHDI kecamatan dapat memahami pembuatan Banten Sambutan serta simbol-simbol yang ada dalam setiap isian Banten Sambutan. Tidak hanya pelatihan ini, Dewi juga mengharapkan dapat memberi bekal keterampilan kepada peserta untuk membuat banten sendiri, karena umum diperlukan dalam setiap upacara Agama Hindu. Selain itu juga lebih dapat memaknai banten hasil karya sendiri.
“Dari pelatihan ini diharapkan ada timbal balik ibu-ibu WHDI kepada lingkungan dalam membuat Banten Sambutan. Kalau bisa buat Banten Sambutan sendiri alangkah baiknya,” harap Dewi.
Dewi menambahkan membuat banten apabila ditekuni juga dapat membuka peluang wirausaha dari segi ekonomis.
Pada kesempatan yang sama narasumber Ni Wayan Sukerti mengatakan, setiap tatanan membuat banten ada arti dan simbol yang sesuai dengan Sastra Agama Hindu. Khususnya di Kota Denpasar, Banten Penyambutan adalah sarana upacara untuk anak yang giginya telah tanggal atau istilah Bali-nya maketus.
“Ini sudah biasa dibuat masyarakat di Denpasar, serta banten ini sangat penting sekali sesuai dengan sastra Agama Hindu,” ujarnya.
Di samping itu ada juga masyarakat yang menghaturkan Banten Sambutan pada saat Hari Suci Galungan dan Kuningan serta pada peringatan hari lahir atau otonan.
“Isian dari Banten Sambutan ini di antaranya beras, buah-buahan, nasi, air suci atau tirta, canang hingga sarana lainnya. Cara penempatan seperti penyeneng, buah-buahan dan sampian sudah ada aturan sesuai sastra dan ini tentu harus tepat tidak boleh salah karena upakara ini sebagai persembahan suci kepada Ista Dewata,” pungkas Sukerti. (ayu/eka)