Denpasar,
baliilu.com – Gubernur Bali Wayan Koster mengajak
segenap krama Bali, khususnya generasi muda agar tidak bosan-bosannya menggunakan Bahasa Bali
dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Ajakan tersebut disampaikan Gubernur Koster
saat membuka penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali di Panggung Ksirarnawa, Taman
Budaya Art Centre Denpasar pada Sabtu (1/2).
“Belajar bahasa Inggris itu perlu, bahasa
Jepang perlu, bahasa China juga perlu, tapi bahasa Bali lebih penting lagi.
Tidak boleh ditinggalkan seiring kemajuan zaman sebagai bagian dari peradaban
dan kebudayaan Bali,” ungkap Gubernur Koster.
Gubernur Koster menyatakan Bulan Bahasa Bali
adalah satu program prioritas yang dijalankan Pemerintah Provinsi Bali yang
bertujuan untuk melestarikan serta memperkuat keberadaan bahasa, aksara dan
sastra Bali. “Gelaran ini juga sekaligus sebagai implementasi program Nangun
Sat Kerthi Loka Bali, melalui program Semesta Berencana menuju Bali Era Baru,”
ujar pria Kelahiran Sembiran, Kabupaten Buleleng ini.
Bahasa Bali disebutnya merupakan pengikat
kebudayaan dan masyarakat Bali, yang menjadi jati diri serta identitas bagi
masyarakat Bali. “Untuk itu, bahasa Bali juga jadi salah satu dasar untuk
rencana pembangunan Bali,” katanya.
Menurut mantan anggota DPR RI tiga periode
tersebut, di tengah perkembangan global dewasa ini dengan kemajuan ilmu dan
teknologi yang jika tidak disikapi dengan baik, berpotensi mengikis kesadaran
masyarakat lokal akan bahasa dan aksara Bali. Untuk itu diperlukan kebijakan
dan langkah khusus untuk mempertahankan dan menguatkan eksistensi bahasa,
aksara dan sastra Bali di tengah kemajuan zaman saat ini.
Pemerintah Provinsi Bali diuraikan Gubernur
Koster telah melakukan berbagai langkah untuk memastikan keberadaan bahasa dan
aksara Bali tetap ajeg di masyarakat. Antara lain melalui Peraturan Gubernur
(Pergub) Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa,
Aksara dan Sastra Bali. “Salah satunya dengan mewajibkan papan nama kantor
hingga usaha untuk menggunakan aksara Bali, dengan posisi di atas huruf
latin-nya. Termasuk pula di dalamnya penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali setiap
memasuki bulan Februari,” jelasnya.
NYURAT LONTAR: Gubernur dan Ny. Putri Koster nyurat lontar.
Ia mengharapkan, Bulan Bahasa Bali ini bisa dijalankan dan diresapi segenap warga masyarakat terutama para siswa sekolah, anak-anak hingga remaja. “Mari lestarikan bahasa, aksara dan sastra Bali untuk mengembalikan posisi Bali sebagai Padma Bhuana, sebagai pusat peradaban dunia,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan
Provinsi Bali, I Wayan ‘Kun’ Adnyana menjelaskan gelaran yang dilaksanakan untuk
kedua kalinya ini, antara lain diawali oleh festival nyurat lontar dengan aksara Bali massal yang diikuti 2.020 peserta. Artinya,
ini sebuah gerakan menyemesta yang melibatkan berlapis komponen masyarakat,
mulai dari penyuluh, pendidik, peserta didik, hingga masyarakat umum.
Ditambahkan akademisi ISI Denpasar ini,
penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali Tahun 2020 mengambil tema ‘Melarapan Bulan
Bahasa Bali Nyujur Atma Kertih’. Tema ini mengandung visi untuk memuliakan dan
menyucikan jiwa atau atma. Adapun kegiatan Bulan Bahasa Bali selama sebulan
penuh dari tanggal 1 hingga 27 Februarai 2020. Meliputi 14 pagelaran seni
budaya, 5 sarasehan yang melibatkan penekun susastra dan penyuluh bahasa Bali,
15 pameran berbasis industri kreatif, pengembangan dan pemajuan bahasa, aksara,
dan sastra Bali.
Selain itu, ada 17 lomba yang berkaitan dengan
bahasa, aksara, dan sastra Bali. Terakhir, agenda penyerahan penghargaan Bali
Kerthi Nugraha Mahottama kepada tokoh perseorangan atau pun lembaga yang
berdedikasi dalam pelestarian pengembangan bahasa, aksara, dan sastra Bali.
Dalam
kesempatan tersebut Gubernur Koster yang didampingi pula Ny Putri Suastini
Koster berkesempatan turut nyurat lontar aksara Bali bersama ribuan peserta.
Nampak pula dalam acara tersebut, Ketua DPRD
Bali Nyoman Adi Wiryatama, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana
Sukawati bersama Ny Cok Putri Haryani Ardhana Sukawati dan Sekda Provinsi Bali
Dewa Made Indra. (*/balu1)
NANGLUK MERANA: Sekda Surya Suamba saat mengikuti prosesi upacara “Nangluk Merana” dan “Caru Pekelem” di Pura Mas Ceti Ulun Tanjung Petitenget Kelurahan Kerobokan Kelod, Jumat (14/3). (Foto: Hms Badung)
Badung, baliilu.com – Mewakili Bupati, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Badung Ida Bagus Surya Suamba melaksanakan persembahyangan bersama di Pura Mas Ceti Ulun Tanjung Petitenget Kelurahan Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta Utara Badung, Jumat (14/3). Persembahyangan bersama ini merupakan serangkaian upacara Nangluk Merana dan Caru Pekelem di Pantai Petitenget yang dipuput oleh Ida Pedanda Gede Putra Telaga saking Griya Sanur.
Sembahyang bersama ini juga diikuti Wakil Ketua I DPRD Kabupaten Badung Anak Agung Ngurah Ketut Nadi Putra, Ketua DWP Badung Nyonya Oliviana Surya Suamba, PHDI Badung, Perwakilan MDA Badung, pejabat di lingkup Pemkab Badung, Camat se-Kabupaten Badung, Bendesa Adat Kerobokan, Pekaseh se-Badung beserta warga setempat.
Upacara Nangluk Merana dan Caru Pekelem diselenggarakan oleh Pemkab Badung dengan tujuan untuk menangkal atau menghilangkan bencana alam, wabah, atau hal-hal buruk yang dapat mengganggu kehidupan manusia dan lingkungan. Upacara Nangluk Merana memiliki makna yang mendalam, sebagai upaya umat Hindu untuk memohon kepada Ide Sang Hyang Widhi Wasa agar senantiasa memberikan keselamatan bagi alam Bali beserta isinya.
Dalam sambrama wacananya Sekda Surya Suamba mengajak warga selalu ngrastiti bhakti kepada lda Sang Hyang Widhi Wasa. “Saya hadir mewakili Bupati Badung dalam acara Nangluk Merana, upacara ini merupakan salah satu di antaranya dapat dipilih untuk dilaksanakan sebagai penolak hama dan bencana. Mari bersama-sama selalu memohon kepada Beliau agar kita semua diberikan kesehatan dan kebahagiaan serta keseimbangan alam semesta,” ujarnya.
Bendesa Adat Kerobokan menyampaikan ucapan terima kasih kepada Sekda Badung yang sudah hadir dalam acara tersebut. “Terima kasih kepada Bapak Sekda dan semua warga yang sudah berkesempatan hadir di acara Nangluk Merana serta Pekelem ini dan ikut mendoakan semoga berjalan lancar. Kami sampaikan juga adapun sarana mapakelem berupa sapi, bebek hitam dan ayam. Sarana upakara yang dihaturkan adalah padudusan agung, dan tawur balik sumpah yang melibatkan Bendesa Adat se-Kabupaten Badung, Pekaseh, dan Kelian Subak Abian. Semoga dengan telah dilaksanakan upacara Nangluk Merana dan Caru Pekelem ini mendapatkan kasukertan jagat Bali,” harapnya. (gs/bi)
KARYA MELASPAS: Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara saat menghadiri ‘’Karya Melaspas’’ Pratima dan Archa di Pura Penataran Agung dan Pura Dalem Kahyangan Penatih bertepatan dengan Purnama Sasih Kesanga, Jumat (14/3). (Foto: Hms Dps)
Denpasar, baliilu.com – Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara menghadiri Karya Melaspas Pratima dan Archa di Pura Penataran Agung dan Pura Dalem Kahyangan Penatih bertepatan dengan Purnama Sasih Kesanga, Jumat (14/3). Karya ini dilaksanakan setelah proses perbaikan (ngodakin) Pratima dan Archa di pura tersebut tuntas dikerjakan.
Tampak hadir pula Anggota DPRD Provinsi Bali AA Ngurah Gede Marhaendra Jaya, Camat Denpasar Timur Ketut Sri Karyawati, Kabag Kesra Setda Kota Denpasar Ida Bagus Alit Surya Antara, serta undangan lainnya.
Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara dalam kesempatan tersebut memberikan apresiasi atas kekompakan krama Desa Adat Penatih dalam melaksanakan karya ini. Hal ini menunjukkan bahwa spirit Vasudhaiva Kutumbhakam dan menyama braya terlaksana erat oleh krama. Hal ini juga menjadi sebuah momentum untuk menjaga keharmonisan antara parahyangan, palemahan, dan pawongan sebagai impelementasi dari Tri Hita Karana.
“Dengan pelaksanaan Karya Melaspas Pratima dan Archa di Pura Penataran Agung dan Pura Dalem Kahyangan Penatih ini mari kita tingkatkan sradha bhakti kita sebagai upaya menjaga harmonisasi antara parahyangan, pawongan, dan palemahan sebagai impelementasi Tri Hita Karana,” ujar Jaya Negara.
Bendesa Adat Penatih I Wayan Ekayana mengatakan bahwa Karya Melaspas Pratima dan Archa di Pura Penataran Agung dan Pura Dalem Kahyangan Penatih ini dilaksanakan setelah proses perbaikan (ngodakin) Pratima dan Archa di pura tersebut tuntas dikerjakan. Hal ini sebagai momentum untuk bersyukur serta menguatkan sradha bhakti atas anugrah Ida Sang Hyang Widi Wasa.
Dikatakannya, seluruh rangkaian karya kali ini dipuput Ida Pandita Dukuh Nabe Acarya Dhaksa. Selanjutnya, setelah pelaksanaan Karya Melaspas Pratima dan Archa di Pura Penataran Agung dan Pura Dalem Kahyangan Penatih ini nantinya akan dilanjutkan dengan Karya Ngusaba Desa dan Pujawali.
TANDA TANGAN PRASASTI: Gubernur Bali Wayan Koster menandatangani prasasti saat menghadiri pelaksanaan Karya Melaspas lan Pecaruan Wantilan Desa Adat Kesiman, di Pantai Padanggalak, Jumat (14/3). (Foto: Hms Dps)
Denpasar, baliilu.com – Bertepatan dengan Rahina Purnama Sasih Kesanga, Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara menghadiri pelaksanaan Karya Melaspas lan Pecaruan Wantilan Desa Adat Kesiman, di Pantai Padanggalak, Jumat (14/3).
Tampak hadir pula dalam kesempatan ini, Gubernur Bali Wayan Koster yang juga sekaligus meresmikan Wantilan Segara ditandai dengan Pemukulan Kempur dan tanda tangan prasasti disaksikan oleh Ketua DPRD Kota Denpasar I Gusti Ngurah Gede, Anggota DPRD Provinsi Bali I Gusti Ngurah Gede Marhaendra Jaya, Sekda Kota Denpasar IB Alit Wiradana, Bendesa se-Kota Denpasar dan para tokoh setempat.
Adapun upacara ini dilaksanakan karena telah rampungnya pembuatan Bale Wantilan Segara Desa Adat Kesiman di Pantai Padanggalak. Selain itu, momentum ini juga digunakan sebagai kesempatan tatap muka antara Walikota Jaya Negara dengan masyarakat desa setempat, dan juga untuk menyerahkan punia.
“Pelaksanaan upacara keagamaan ini juga salah satu bentuk untuk meningkatkan sradha bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang ada di setiap umat,” ujar Walikota Jaya Negara di sela-sela pelaksanan upacara Pemelaspasan.
Lebih lanjut Walikota Jaya Negara menyampaikan apresiasinya atas pelaksanaan upacara Pemelaspasan yang dilaksanakan dari komunitas masyarakat seperti banjar dan desa adat, dalam melaksanakan secara Menyama Braya yang tidak terlepas dari semangat gotong-royong melalui semangat Vasudhaiva Kutumbakam dalam penyelenggaraan upacara tersebut.
“Dalam menjalankan fungsi pemberdayaannya, Pemkot Denpasar tidak terlepas dari sektor keagamaan. Hal lain yang mesti kita apresiasi adalah kemandirian masyarakat untuk penyelenggaraannya, sehingga manfaat upacara keagamaan yang dikenal dengan istilah Tri Guna Karya serta Satwika Karya dapat kita peroleh dengan baik,” kata Jaya Negara.
Walikota Jaya Negara juga mengharapkan, setelah dilaksanakannya upacara Pemelaspasan dan Pecaruan Wantilan Segara Desa Adat Kesiman di Pantai Padanggalak ini seluruh masyarakat dapat memanfaatkannya terutama untuk prosesi ibadah memohon kerahayuan. Kedepannya wantilan ini bisa diharapkan digunakan juga untuk masyarakat yang melaksanakan melasti di Pantai Padanggalak.
“Tentu pelaksanaan yadnya ini sebagai sarana peningkatan nilai spiritual sebagai umat beragama. Kami berharap ke depan, upacara yadnya ini dapat memberikan energi positif yang juga dapat mendorong hal-hal baik bagi umat, serta menetralisir hal-hal negatif di lingkungan desa setempat,” katanya.
Sementara Bendesa Adat Kesiman I Ketut Wisna mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah Provinsi Bali dan Kota Denpasar, terutama Bapak Gubernur Bali dan Walikota Denpasar yang telah berkenan hadir dan memberikan stimulannya.
“Saya mengucapkan terimakasih karena Bapak Gubernur Bali dan Bapak Walikota Denpasar sudah berkenan hadir dan meresmikan serta menyaksikan langsung prosesi pemelaspasan lan pecaruan Wantilan Segara Desa Adat Kesiman,” paparnya.
Sebagai informasi, upacara ini sendiri dipuput oleh Ida Pedanda Gede Oka Bajing saking Griya Bajing Kesiman dan Ida Pedanda Istri Jelantik Gianyar saking Griya Gede Batuan Sukawati Gianyar.
“Semoga dengan adanya wantilan segara ini bisa menjadi tempat serba guna untuk masyarakat kami di Kesiman dan untuk masyarakat yang melaksanakan pemelastian nantinya,” ungkap Wisna. (eka/bi)