WAGUB COK ACE: Membuka Pesamuhan Agung II Manca Agung Trah Dalem Shri Aji Tegal Besung di Pura Dalem Samprangan Gianyar, Minggu (19/1/2020). (Foto:ist)
Gianyar, baliilu.com – Di zaman yang disebut kaliyuga ini sangat dibutuhkan tindakan nyata untuk mempererat rasa persaudaraan. Demikian sambutan Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) saat menghadiri Pesamuhan Agung II Manca Agung Trah Dalem Shri Aji Tegal Besung di Pura Dalem Samprangan Gianyar, Minggu (19/1/2020).
Dalam sambutan singkatnya, Wagub Cok Ace
menyampaikan rasa syukur karena hampir selalu
bisa hadir dalam kegiatan pesamuhan yang digelar trah dalem. “Ini
tentunya tidak terlepas dari restu Ida Betara sehingga saya selalu bisa
hadir,” imbuhnya.
Lebih lanjut Cok Ace menandaskan sepaham dengan tiga kewajiban yang menjadi pedoman kertha semaya trah
dalem yaitu selalu ingat leluhur, tak pernah surut untuk belajar dan tidak
pernah berhenti dalam upaya menyatukan pasemetonan. Bila ketiga hal itu bisa
dilaksanakan dengan baik, ia yakin pasemetonan trah dalem dapat menjadi suri
tauladan masyarakat luas.
Terkait dengan pentingnya menjaga semangat persatuan dalam ikatan persaudaraan, Cok Ace mencontohkan alur cerita dalam epos Mahabrata. Selain menyajikan hal positif yang patut ditiru, Mahabrata juga bisa dijadikan bahan renungan bagi manusia agar jangan sekali-kali menyulut peperangan antar saudara.
“Pemicu permusuhan dalam saudara itu
biasanya ketamakan, kekuasaan dan harta. Mari kita jadikan bahan renungan untuk
mempererat tali persaudaraan,” ucapnya sembari mengajak sameton yang
tergabung dalam kertha semaya trah dalem untuk meningkatkan peran dalam
mendukung pelaksanaan program pembangunan yang merupakan penjabaran visi Nangun
Sat Kerthi Loka Bali.
Sementara itu, Ketua Umum Manca Agung Shri Aji
Tegal Besung Bali, Dewa Nyoman Oka dalam sambutannya menguraikan sejarah
kelahiran Manca Agung Warih Ida Dalem Tegal Besung.
Dituturkannya, pada tahun 1352 Bali dipimpin
oleh Ida Dalem Sri Aji Kresna Kepakisan. Setelah 21 tahun jadi raja, tahun 1373
tahta diserahkan kepada Ida Dalem Sri Agra Samprangan. Istri kedua Ida Dalem
Sri Aji Kresna Kepakisan, Ni Gusti Ayu Kuta Waringin melahirkan putra Ida I
Dewa Tegal Besung.
“Setelah Dalem Samprangan jadi raja dalam
7 tahun, 1380 beliau tidak melaksanakan tugas sebagai raja maka saat itu
diangkat I Dewa Ketut Ngulesir di Gelgel,” imbuhnya.
Sehingga tahun 1380 ada raja kembar di
Samprangan dan di Gelgel. Tiga tahun berikutnya Ida Dalem Agra Samprangan wahyu
keprabon, maka adik paling bungsu yaitu Ida Dewa Tegal Besung dijadikan raja
dengan gelar Ida Dalem Shri Aji Tegal Besung.
“Tahun 1383 sampai 1401 masih ada dua
raja di Samprangan dan Gelgel. Tahun 1401 diadakan rekonsiliasi dan Ida Dalem
Sri Semara Kepakisan diangkat sebagai raja, sedangkan Ida Dalem Shri Aji Tegal
Besung jadi yua raja,” katanya.
Sebelum meninggal, Ida Dalem Shri Aji Tegal Besung
memanggil kelima putranya dari perkawinan dengan Ni Luh Pemaron. Kelima
putranya diberi nasehat yang lebih dikenal dengan bhisama dari Ida Dalem Tegal
Besung.
“Ada tiga spirit trah Ida Dalem Tegal
Besung yaitu diwajibkan ingat leluhur dengan bersembahyang di Dalem Samprangan
dan di Besakih. Spirit kedua, trah Dalem Tegal Besung jangan berhenti belajar
dan ketiga jagalah persaudaraan di antara semeton, jangan melupakan semeton
dimana pun berada,” imbuhnya.
Menurut Dewa Nyoman Oka, saat ini sejarah Manca
Agung trah Ida Dalem Shri Aji Tegal Besung telah dibukukan. Buku yang disusun
oleh AA Gede Mayun ini mengacu pada hasil penelitian pada artikel tradisional
(lontar) dan buku ilmiah yang ada. Buku ini diharapkan bisa menjadi pedoman
bagi pasemetonan manca agung yang hingga saat ini terus melakukan konsolidasi
organisasi. Kepengurusan manca agung telah terbentuk di seluruh kabupaten/kota.
“Sedangkan di tingkat kecamatan baru terbentuk di lima cabang
kepengurusan,” tandasnya.
Di sisi lain, Pengageng Ageng Kertha Semaya Trah
Dalem Provinsi Bali Drs. Dewa Made Suamba Negara, MSi mengingatkan agar semeton
manca agung menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan mendukung pelaksanaan
program-program pemerintah. Ketua Panitia Pasamuhan Dewa Putu Gede Suarjaya
dalam laporannya mengatakan bahwa kegiatan ini diikuti tak kurang dari 1.200
semeton trah agung dari kabupaten/kota se-Bali.
Pasamuhan bertujuan mengevaluasi kegiatan yang
sudah berjalan dan membahas program setahun ke depan. Pasamuhan manca agung
juga diisi dengan pemberian wejangan oleh Ida Shri Bhagawan Putra Natha Nawa
Wangsa Pemayun dan penyerahan hadiah berbagai lomba serangkaian festival manca
agung. (*/balu1)
PUJAWALI: Pjs. Walikota Denpasar, I Dewa Gede Mahendra Putra bersama Sekda Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Wiradana saat melaksanakan Bhakti Pujawali di Pura Dalem Sakenan, Desa Adat Serangan, Denpasar bertepatan dengan Hari Suci Kuningan, Sabtu (5/10). (Foto: Hms Dps)
Denpasar, baliilu.com – Jajaran Pemkot Denpasar melaksanakan persembahyangan serangkaian Pujawali di Pura Dalem Sakenan, Desa Adat Serangan, Denpasar bertepatan dengan Hari Suci Kuningan, Sabtu (5/10).
Pelaksanaan bhakti pujawali dihadiri langsung Pjs. Walikota Denpasar, I Dewa Gede Mahendra Putra, bersama Sekda Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Wiradana dan Anggota DPRD Kota Denpasar, I Wayan Suadi Putra.
Tampak hadir pula Panglingsir Puri Kesiman, AA Ngurah Gede Kusuma Wardana, Ketua DWP Kota Denpasar, Ny. Widnyani Wiradana bersama pimpinan OPD serta masyarakat dan pemedek yang datang silih berganti sejak pagi hari untuk melaksanakan persembahyangan.
Diiringi suara kidung dan gambelan, pelaksanaan upakara diawali dengan sesolahan Tari Topeng Wali, dilanjutkan dengan Tari Rejang Dewa, dan diakhiri dengan Topeng Sidhakarya. Puncak Pujawali dilaksanakan dengan persembahyangan bersama seluruh pemedek.
Panglingsir Puri Kesiman, AA Ngurah Gede Kusuma Wardana didampingi IB Gede Pidada selaku Prawartaka Karya menjelaskan, pelaksanaan Pujawali di Pura Sakenan Kota Denpasar dilaksanakan setiap enam bulan sekali pada Saniscara Kliwon Wuku Kuningan atau Hari Suci Kuningan. Dimana, pelaksanaan pujawali kali ini tetap berlangsung seperti biasa dengan tetap memegang teguh tatwa.
âSecara tatwa pelaksanaan upakara tetap sama, dimana nantinya Ida Bhatara Nyejer selama 3 hari,â ujarnya sembari mengimbau agar pemedek datang bergantian hingga upacara Penyineban pada Selasa (8/10) mendatang.
Pjs. Walikota Denpasar, I Dewa Gede Mahendra Putra usai persembahyangan mengatakan bahwa pelaksanaan Bhakti Piodalan ini dilaksanakan sebagai wujud sradha bhakti umat kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa untuk menciptakan kerahayuan jagat. Sehingga sudah sepatutnya seluruh elemen masyarakat, utamanya krama untuk menjadikan ini sebagai sebuah momentum dalam menjaga keharmonisan antara parahyangan, palemahan, dan pawongan sebagai impelementasi dari Tri Hita Karana.
“Dengan pelaksanaan upacara ini mari kita tingkatkan rasa sradha bhakti kita sebagai upaya menjaga harmonisasi antara parahyangan, pawongan, dan palemahan sebagai implementasi Tri Hita Karana,” ujar Dewa Mahendra sembari mengucapkan Rahajeng Rahina Kuningan bagi umat se-Dharma dimanapun berada.
Lurah Serangan, Ni Wayan Sukanami menambahkan, rangkaian Pujawali di Pura Dalem Sakenan, Desa Adat Serangan telah dimulai pada Kamis, 3 Oktober 2024 lalu yang diawali dengan mareresik atau bersih-bersih, ngiyas dan mamenjor. Dilanjutkan pada Jumat, 4 Oktober 2024 dilaksanakan prosesi Ngelungan Ida Bhatara ke Pura Pesamuhan Agung sedangkan Puncak Pujawali dilaksanakan hari ini, Sabtu (5/10) bertepatan dengan Hari Suci Kuningan. Selanjutnya, bhakti Penganyar dilaksanakan secara berturut pada 6 dan 7 Oktober 2024 serta upacara Penyineban dilaksanakan pada Selasa, 8 Oktober 2024.
Lebih lanjut dijelaskan, untuk mengantisipasi membludaknya pemedek yang tangkil, pihaknya mengimbau agar masyarakat yang hendak tangkil dapat memanfatkan waktu bhakti penganyar. Dimana, selama tiga hari Ida Bhatara Nyejer masyarakat dapat melaksanakan persembahyangan pujawali. Tak hanya itu, pihaknya juga telah menyiapkan dua titik sebagai kantong parkir untuk mengantisipasi krodit lalu lintas, keduanya yakni Parkir di Kawasan Pura Dalem Sakenan dan Parkir di Kawasan Lapangan I Wayan Bulit Serangan.
âJadi kami mengimbau masyarakat untuk tidak fokus ke satu hari saja untuk tangkil, bisa memanfaatkan saat bhakti penganyar, dan untuk parkir agar dapat menuju dua titik yang disediakan oleh panitia untuk menghindari kemacetan lalu lintas di sekitar pura,â ujarnya. (eka/bi)
KARYA NGERATEP: Sekretaris Daerah Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Wiradana saat menghadiri Karya Ngeratep, Ngurip, Melaspas lan Pasupati Sesuhunan Ida Ratu Ayu Mas Rangda di Pura Kahyangan Desa Adat Sanur, bertepatan Rahina Kuningan, pada Sabtu (5/10). (Foto: Hms Dps)
Denpasar, baliilu.com – Sekretaris Daerah Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Wiradana menghadiri Karya Ngeratep, Ngurip, Melaspas lan Pasupati Sesuhunan Ida Ratu Ayu Mas Rangda di Pura Kahyangan Desa Adat Sanur, bertepatan Rahina Kuningan, pada Sabtu (5/10).
Upacara ini dilaksanakan karena telah rampungnya prosesi ngodakin Ida Sesuhunan pura setempat. Hadir dalam kesempatan tersebut, Anggota DPD RI, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, Wakil Ketua DPRD Kota Denpasar, Ida Bagus Yoga Adi Putra, Bendesa Adat Sanur, serta tokoh masyarakat setempat.
Sekda Kota Denpasar, IB Alit Wiradana ditemui di sela-sela kegiatan mengatakan, pelaksanaan Karya Ngeratep, Ngurip, Melaspas lan Pasupati Sesuhunan di Pura Kahyangan Desa Adat Sanur merupakan momentum seluruh masyarakat selalu ingat dan meningkatkan srada bhakti kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa.
“Sudah sepatutnya seluruh elemen masyarakat, terutama krama menjadikan ini sebagai sebuah momentum dalam menjaga keharmonisan antara parahyangan, palemahan, dan pawongan sebagai impelementasi dari Tri Hita Karana. Dan dari pelaksanaan upacara ini mari kita tingkatkan rasa sradha bhakti kita menjaga harmonisasi antara parahyangan, pawongan, dan palemahan,â ujar Alit Wiradana.
Sementara Kelihan Pemaksan Ratu Ayu Mas Rangda, Pura Kahyangan Desa Adat Sanur, Mangku Badjra saat ditemui mengatakan, rangkaian pelaksanaan upacara Karya Ngeratep, Ngurip, Melaspas lan Pasupati Sesuhunan Ida Ratu Ayu Mas Rangda di Pura Kahyangan Desa Adat Sanur ini telah dimulai dari tanggal 19 Agustus 2024 lalu, yang diisi dengan upacara munggel dan nyimpen. Pada 2 September 2024 diisi dengan upacara ngerakit, dan saat ini, pada Saniscara Kliwon, Sabtu, 5 Oktober 2024 dilaksanakan Ngeratep, Ngurip, Melaspas, Pasupati, Nodya, serta Ngerehan yang dilaksanakan di Petunon Desa Adat Sanur.
“Tentu kami berharap dengan dilaksanakan upacara ini seluruh masyarakat khususnya warga Desa Adat Sanur kedepannya dapat dianugrahi kerahayuan,” ungkap Mangku Badjra. (eka/bi)
HADIRI UPACARA NGERATEP: Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara bersama Wakil Walikota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa dalam kesempatan menghadiri pelaksanaan upacara ââNgeratep Pelawatanââ Pura Desa dan Puseh, Desa Adat Denpasar, Jumat (20/9). (Foto: Hms Dps)
Denpasar, baliilu.com – Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara, turut hadir dan berpartisipasi dalam pelaksanaan upacara Ngeratep Pelawatan Ida Ratu Gede dan Ida Ratu Ayu di Pura Desa dan Pura Puseh, Desa Adat Denpasar, Jumat (20/9).
Upacara ini merupakan bagian dari rangkaian upacara Ngusabha Desa, Ngusabha Nini, Mupuk Pedagingan, Pedudusan Agung, dan Tawur Balik Sumpah di Pura Desa dan Pura Puseh Desa Adat Denpasar.
Upacara Ngeratep dipuput oleh Ida Pedanda Geriya Tegal Sari dan dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Wakil Walikota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa, Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Denpasar I Ketut Suteja Kumara, Penglingsir Puri Agung Denpasar, dan tokoh masyarakat Desa Adat Denpasar.
Walikota Jaya Negara di sela-sela rangkaian upacara Ngeratep menyatakan rasa bahagianya karena dapat ikut serta dalam pelaksanaan upacara Ngeratep Pelawatan dan berharap seluruh rangkaian upacara berjalan dengan lancar hingga akhir.
“Kami turut berbahagia dapat turut serta dalam rangkaian upacara Ngusabha Desa di Desa Adat Denpasar, astungkara pelaksanaan upacara dapat berjalan lancar dan labda karya hingga akhir upacara nanti,” ujar Walikota Jaya Negara.
Di akhir acara, Walikota Jaya Negara juga menyerahkan punia sebagai bentuk dukungan dari Pemerintah Kota Denpasar untuk kelancaran pelaksanaan upacara tersebut. Hadir pula menyerahkan punia, dari Bank BPD Bali Cabang Utama Denpasar, serta dari PT Pelindo.
Sementara Bendesa Adat Denpasar, Anak Agung Ngurah Alit Wirakesuma, menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung pelaksanaan upacara Ngeratep Pelawatan. Ia secara khusus mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kota Denpasar, melalui Walikota dan Wakil Walikota Denpasar, yang telah menghaturkan punia dalam rangkaian upacara Ngusabha Desa.
Pelaksanaan upacara Ngeratep Pelawatan yang dimulai sejak pagi dilanjutkan dengan upacara Pemelaspasan dan Pemasupatian pada sore harinya. Di malam hari, akan digelar upacara Masuci di Setra Badung Denpasar.
“kami mengajak seluruh masyarakat Desa Adat Denpasar untuk bersama-sama menghaturkan sembah bakti demi kelancaran rangkaian upacara Ngusabha Desa, Ngusabha Nini, Mupuk Pedagingan, Pedudusan Agung, dan Tawur Balik Sumpah di Pura Desa dan Pura Puseh hingga puncak acara yang akan berlangsung pada bulan November 2024,” ujar Bendesa Adat, Anak Agung Ngurah Alit Wirakesuma. (eka/bi)