Denpasar, baliilu.com – Kepala Dinas Pariwisata
Daerah Bali, I Putu Astawa beserta jajarannya dan asosiasi pariwisata Bali
serta Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Bali melakukan persembahyangan
bersama di Pura Luhur Candi Narmada, Denpasar Jumat (31/1) untuk mendoakan masyarakat
terhindar dari wabah penyakit dan perekonomian semakin membaik. “Kami
bersembahyang bersama, Nunas ica agar cobaan wabah virus corona yang menyerang warga Wuhan, Tiongkok
ini tidak berimbas ke Bali,” terangnya.
Menurutnya, dalam artian agar penyebaran
penyakit yang menyerang pernafasan dan mematikan itu tidak sampai terjadi di
Bali. “Itu harapan dan doa kita dan sekaligus cobaan ini bisa cepat
berakhir. Karena kita sangat menyadari kepariwisataan adalah tulang punggung
perekonomian Bali,” ucap Astawa.
Ia juga menyatakan ini merupakan bentuk
simpati kita untuk warga Tiongkok. “Kami harap masalah cepat teratasi, dan
masyarakat bisa beraktivitas seperti semula,” imbuhnya.
Sementara itu Ketua Bali Liang (Komite
Tiongkok Asita Daerah Bali), Elsye Deliana yang turut hadir dalam
persembahyangan tersebut mengakui jika apa yang dilakukan Dinas Pariwisata Bali
beserta jajarannya dan stakeholder pariwisata adalah demi keamanan bersama.
Bukan hanya untuk travel agent semata, tetapi seluruh rakyat dan ekonomi
Bali.
“Saya diminta hadir pada doa ini.
Meskipun saya Khatolik tapi saya datang ke persembahyangan ini demi Bali kita.
Saya hadir dan berdoa supaya Tuhan melindungi Bali agar virus itu tidak sampai
ke Bali,” katanya.
Meksipun pihaknya dan pelaku industri lainnya
juga mengalami banyak kerugian karena kondisi ini, namun dia meyakini jika hal tersebut adalah salah
satu cobaan supaya ke depan pelaku industri lebih berhati-hati berbisnis dan
berperilaku di dunia pariwisata. Ditanya terkait pembatalan turis dari Tiongkok
ke Bali, disebutkan Elsye per data terakhir Rabu (29/1) terdapat sekitar 15
ribu pembatalan kunjungan ke Pulau Dewata.
“Kita masih terus mendata. Kondisi ini
sangat disayangkan padahal Februari akan banyak sekali insentif grup yang akan
datang ke Bali ada peserta 2 ribu, 5 ribu dan seribu peserta. Itu semua
sementara sekarang dicancel,” bebernya.
Dikatakan Elsye, kedatangan terakhir turis
Tiongkok ke Bali pada 26 Januari 2020 karena per 27 Januari 2020 tidak
diperbolehkan meninggalkan negaranya. Pemerintah Tiongkok berupaya mengurangi
penyebaran virus corona dengan tidak memperbolehkan warganya melakukan
perjalanan ke luar negeri.
“Kalau tanggal 26 Januari ke Bali
biasanya mereka di Bali 5 hari sampai 6 hari. Sampai tanggal 31 saya rasa sudah
pulang semua. Namun ada yang sebagian masih betah di Bali mungkin karena takut
kembali (ke negaranya) atau masih betah di Bali ini ada. Tapi tidak
banyak,” jelasnya.
Namun pihaknya memastikan sebagian besar turis
Tiongkok yang berwisata di Pulau Seribu Pura ini sudah pulang ke daerah
masing-masing. “Meski masih ada yang di Bali tapi saya rasa setelah
tanggal 1 Februari sudah tidak ada. Sementara Pemerintah Tiongkok memberikan
larangan sampai tanggal 19 Februari 2020. Tapi setelah itu dilihat lagi kondisinya
apa bisa terus diberlakukan atau masih bisa dikontrol penyakit itu,” imbuh
Elsye.
Menurut dia, Pemerintah Tiongkok cukup cepat
menangani wabah tersebut, misalnya dengan cepat membangun rumah sakit yang
menampung 1.300 orang dalam waktu singkat. Diharapkan pemerintah
setempat cepat menyelesaikan masalah yang menggemparkan dunia, untuk
memulihkan perekonomian bukan hanya Bali saja namun secara global.
Lebih lanjut Elsye menyatakan, periode Imlek
2020 yang menjadi penyebaran virus corona membawa sejumlah kerugian mengingat
momen ini adalah high season Imlek. Dimana pada periode itu, pihak hotel akan
meminta pembayaran lunas yang harus dipenuhi sebelum wisatawan tiba di Bali.
Namun karena wabah tersebut, terjadi pembatalan kedatangan padahal pihak travel
agent sudah membayar lunas ke hotel-hotel bersangkutan.
“Dengan kejadian ini kami sudah berbicara
dengan pihak hotel agar mau mengikuti imbauan pak Wagub Bali apa yang
sudah kita bayarkan itu. Kami tidak meminta refund tapi jangan dikenakan
cancellation fee tapi sebagai floating deposit untuk kedatangan wisatawan
berikutnya,” paparnya.
Ia pun mengapresiasi beberapa hotel yang
mematuhi imbauan Wakil Gubernur Bali untuk tidak mengenakan cancellation fee.
Meskipun ada juga yang tidak mau mengikuti imbauan, hal ini sangat disayangkan
karena pembatalan bukan kemauan pribadi namun faktor force majeure.
“Kerugian pembatalan ini tergantung harga
hotelnya misalnya bintang 3, 4 atau 5 dan 5 plus. Jika dipukul rata kerugian
300 dolar AS per orang untuk stay di Bali. Tinggal dikalikan saja. Itu
perkiraannya. Itu tidak termasuk tiket hanya tour fee di Bali. Kalau bintang 5
plus kamarnya mahal per malam bisa Rp 5 jutaan,” tutupnya. (*/balu1)