GUBERNUR KOSTER: Saat menjamu galla dinner peserta konferensi kebencanaan di Rumah Jabatan Gubernur Bali, Jaya Sabha, Denpasar pada Senin (13/1) malam. (Foto: Ist)
Denpasar,
baliilu.com – Sebagai salah satu tujuan wisata dunia dan pusat
pertumbuhan nasional, Bali sudah seharusnya memiliki manajemen penanggulangan bencana yang
baik. Terlebih Bali memiliki gunung
aktif (Gunung Agung) yang kapan saja bisa memuntahkan isinya menjadi bencana.
Demikian disampaikan Gubernur Bali Wayan
Koster saat menjamu galla dinner
peserta konferensi kebencanaan di Rumah Jabatan Gubernur Bali, Jaya Sabha,
Denpasar pada Senin (13/1) malam.
“Bali sebagai destinasi pariwisata dunia harus
memiliki kesiapsiagaan yang lebih baik dalam menghadapi bencana, termasuk
melakukan penanganan yang tepat saat terjadi maupun pascabencana,”
ungkapnya.
GUBERNUR KOSTER: Perlu perhatian serius dan komitmen untuk menangani kebencanaan secara baik khususnya di Provinsi Bali. (Foto: Ist)
Ditambahkan Gubernur asal Desa Sembiran, Tejakula, Buleleng ini, semua pihak perlu memberikan perhatian serius dan komitmen untuk menangani kebencanaan secara baik khususnya di Provinsi Bali.
“Kami di Bali dengan wilayah mencapai 5.646 km2, jumlah
penduduknya 4 juta, 8 kabupaten dan 1 kota, 57 kecamatan, 636 desa, 80 kelurahan dan 1.493 desa adat serta alam yang diisi dengan gunung
yang aktif, yakni Gunung Agung. Dan Gunung Agung pada 2017 lalu sempat terjadi erupsi
sehingga mengakibatkan gangguan terhadap kehidupan perekonomian di Bali
khususnya dunia pariwisata. Selain itu ada juga Gunung Batur, meski saat ini
belum ada kelihatan aktivitasnya tapi suatu saat tertentu sesuai siklusnya itu
akan terjadi,” jelasnya.
Menurut Gubernur Koster, Bali saat ini telah
memiliki sistem dan pengelolaan kebencanaan yang cukup bagus. Hal ini terbukti
saat mau pelaksanaan IMF-WBG 2018 yang lalu.
“Di Bali, kami punya BPBD yang menurut
penilaian Menko Maritim waktu mau IMF, itu termasuk yang bagus di
Indonesia,” ujarnya.
JAMU PESERTA KONFERENSI: Hadir Ny. Putri Suastini Koster, Menteri KPPN/Bappenas RI Suharso Monoarfa, Kepala BNPB Doni Monardo. (Foto: Ist)
Lebih jauh, Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini memiliki pandangan untuk menjadi determinan penyelenggaraan kepariwisataan yang berkualitas harus memiliki jaminan dalam pengelolaan kebencanaan yang baik. Sehingga wisatawan yang akan datang ke Bali pada saat-saat tertentu kalau terjadi bencana bisa mendapat penanganan dengan baik.
“Ketika mau IMF, itu termasuk yang
dipersiapkan dengan baik mitigasinya, kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi
dan bagaimana harus menangani, mengelola risiko dari bencana itu sendiri.
Menurut saya, kebencanaan ini harus dijadikan sebagai perencanaan sebagai satu
pendekatan pembangunan yang holistik supaya kita tidak tiba-tiba terjadi
bencana tidak punya kesiapan. Baik dari sisi keorganisasian, kemudian
sarana-prasarana, sumber daya manusia dan sistem untuk mengelolanya,”
imbuhnya.
Pada kesempatan ini Gubernur Koster menyambut
baik pelaksaanaan konferensi terkait kebencanaan di Bali. Ia berharap agar
kegiatan ini bisa berjalan dengan baik dan lancar.
Sementara itu, Wakil Rektor ITB, Miming
Miharja melaporkan jika acara konferensi di bidang kebencanaan ini adalah satu dari
serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB)
dalam rangka menyongsong 100 tahun salah satu pendidikan tinggi teknik di Indonesia ini.
“Pada satu abad ini adalah usia yang
tepat untuk merenung dan berkaca diri apa yang sudah dilakukan kemudian
memandang ke depan agenda apa yang harus disusun agar kontribusi dari ITB ini
lebih baik lagi untuk kebaikan dan kemaslahatan bangsa Indonesia. Tema
kebencanaan ini merupakan salah satu yang sangat strategis. Sebagaimana yang
kita ketahui Indonesia terletak pada ring
of fire dengan tantangan bencana yang luar biasa. Kita menyaksikan
bagaimana BNPD bekerja dengan sangat keras untuk mengatasi berbagai masalah.
Nah harapannya ITB bersama perguruan tinggi lain termasuk dari Udayana bisa
merumuskan hal-hal yang penting sebagai masukan BNPB dan tentu kita
semua,” terangnya.
Hadir pada kesempatan ini, Ny. Putri Suastini
Koster, Menteri KPPN/Bappenas RI Suharso Monoarfa, Kepala BNPB Doni Monardo. (*/balu1)
BERJUANG MELAWAN API: Tim gabungan yang terdiri dari BPBD Karangasem, Damkar Karangasem, KRPH Kubu, Bhabinkamtibmas, Babinsa, dan masyarakat setempat terus berjuang melawan api akibat kebakaran di lereng Gunung Agung, Kamis (28/9/2023). (Foto: ist)
Karangasem, baliilu.com – Tim gabungan yang terdiri dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karangasem, Damkar Karangasem, KRPH Kubu, Bhabinkamtibmas, Babinsa, dan masyarakat setempat terus berjuang melawan api akibat kebakaran di lereng Gunung Agung meski akses jalan menuju titik api sulit dijangkau dan jauh berada di atas.
Kalaksa BPBD Kabupaten Karangsem Ida Bagus Ketut Arimbawa kepada media mengatakan pada Kamis, 28 September 2023, pukul 08.00 Wita titik asap pertama kali terlihat di Lereng Gunung Agung, tepatnya di wilayah Dusun Juntal, Desa Kubu, Kecamatan Kubu. Belum diketahui penyebab pasti kejadian ini.
Arimbawa lanjut menjelaskan, dari informasi mengenai kebakaran ini diterima dari Babinsa Kubu yang melaporkan bahwa asap tebal terlihat di lereng Gunung Agung, yang berada dalam wilayah Dusun Juntal. Kawasan yang terbakar adalah Hutan Lindung di lereng Gunung Agung. Untuk lokasi kebakaran jauh dari pemukiman penduduk dan berada di tapal batas lahan penduduk.
Atas kejadian ini tim gabungan dikerahkan untuk memantau kebakaran. Namun, akses jalan menuju titik api sulit dijangkau dan jauh berada di atas.
Selain itu, sebuah kebakaran hutan melanda Wilayah Resort Pengelolaan Hutan (RPH) Daya/UPTD di KPH Bali Timur. Kejadian ini terjadi di Dusun Belong, Desa Ban, Kecamatan Kubu. Upaya pemadaman kebakaran hutan dilakukan oleh personel dari RPH Daya, Bhabinkamtibmas Desa Ban, Babinsa Desa Ban, anggota Kelompok Tani Hutan (KTH) Bukit Anyar, dan masyarakat setempat. Api telah menyebar ke wilayah bawah/utara dan atas/barat laut. Kendati upaya pemadaman berfokus di wilayah bawah/utara, upaya di lokasi atas/barat laut terhambat oleh jarak yang jauh dan medan yang terjal. Vegetasi yang terbakar termasuk sonokeling, akasia, rumput kering, dan semak belukar.
Hingga saat ini, Arimbawa mengatakan sebagian titik api telah berhasil dikendalikan, sementara beberapa masih menyala karena posisi yang sulit dan angin kencang. ‘‘Karena sudah sore, upaya pemadaman akan dilanjutkan esok hari, sementara pemantauan terus berlangsung,‘‘ ujar Arimbawa.
Luas kebakaran hutan yang terkena dampak diperkirakan mencapai 80 hektar. Penyebab kebakaran diketahui berasal dari kebakaran hutan di wilayah RPH Kubu yang apinya menyebar ke wilayah RPH Daya. Kerugian materil dan lingkungan belum dapat diestimasi hingga saat ini. (gs/bi)
EDUKASI RABIES: Sebanyak 1.200 orang siswa SD mengikuti kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) serangkaian peringatan World Rabies Day (WRD) atau Hari Rabies Sedunia, Rabu (28/9). (Foto: ist)
Denpasar, baliilu.com – Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Pertanian Kota Denpasar menggelar kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) serangkaian peringatan World Rabies Day (WRD) atau Hari Rabies Sedunia menyasar Sekolah Dasar di seluruh kecamatan di Kota Denpasar, Rabu (28/9). Sebanyak 1.200 orang siswa SD mengikuti kegiatan ini untuk mendapatkan edukasi seputar rabies ini.
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kota Denpasar, drh. Ni Made Suparmi saat dihubungi menjelaskan, kegiatan KIE ini sendiri secara nasional diprakarsai oleh Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner, Kementerian Pertanian RI yang bekerjasama dengan Australia Indonesia Health Security Partnership (AIHSP). Dimana, kegiatan ini dikemas dengan penyelenggaraan edukasi kepada sekitar 5.000 siswa SD di 5 Provinsi, yakni Bali, Sulawesi Selatan, NTT, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.
Lebih lanjut dijelaskan, dalam pelaksanaannya di Kota Denpasar, siswa yang mendapatkan edukasi seputar rabies tersebut berada pada jenjang kelas 4, kelas 5 dan juga kelas 6.
“Kami juga menggandeng pihak Disdikpora Kota Denpasar untuk menggelar KIE di 12 SD di empat Kecamatan se-Kota Denpasar. Adapun jumlah siswa sebagai peserta edukasi rabies sebanyak 1.200 orang, yang terdiri dari siswa kelas 4,5 dan 6,” jelasnya.
Pelaksanaan KIE di sekolah sekolah ini, lanjut Made Suparmi, turut juga melibatkan guru-guru pada tiap sekolah yang sebelumnya telah mendapatkan pembekalan materi tentang rabies dari AIHSP.
“Para guru yang sebelumnya telah mendapatkan pembekalan, juga kita libatkan dalam proses KIE ini. Melalui kegiatan ini, diharapkan akan memberikan dampak positif kepada anak-anak SD terkait dengan rabies, dan tentunya gigitan anjing dan kematian akibat penyakit rabies bisa dicegah sejak dini,” imbuhnya. (eka/bi)
Penanganan Sampah di Tukad Teba, Kecamatan Denpasar Barat beberapa waktu lalu. (Foto: ist)
Denpasar, baliilu.com – Pemkot Denpasar terus berkomitmen menjaga kebersihan sungai yang melintas di wilayah Kota Denpasar. Hal ini dilaksanakan dengan memasang jaring sampah di setiap perbatasan kota dan perbatasan desa/kelurahan. Bahkan, tindakan tegas tak segan akan dilayangkan, selain pembinaan simpatik dan dialogis, pelanggar akan dibawa ke meja hijau melalui Sidang Tipiring dengan denda maksimal Rp. 50 juta.
Kadis PUPR Kota Denpasar, AA Ngurah Bagus Airawata saat diwawancarai usai Rapat Koordinasi Penanganan Sampah dan Kebersihan Sungai di Kantor Walikota Denpasar pada Rabu (27/9) menjelaskan, pemasangan jaring sampah akan dilaksanakan guna membendung sampah di aliran sungai. Pemasangan jaring ini akan terus ditambah dan tersebar di setiap perbatasan wilayah yang dilewati sungai-sungai di Kota Denpasar.
“Setelah dilaksanakan evaluasi oleh Tim Prokasih PUPR Kota Denpasar, maka diketahui bahwa hampir setiap hari masih ditemui sampah di aliran sungai, terutama Tukad Teba ini, jadi kita sepakati memperbanyak jaring sampah,” ujarnya.
Lebih lanjut dijelaskan, pemasangan jaring sampah ini sebagai upaya mengidentifikasi dari mana sumber sampah tersebut. Sehigga nantinya desa/kelurahan yang mewilayahi bertanggung jawab untuk menjaga kebersihan sungai.
“Iya agar tidak di hilir yang menerima kiriman, jadi dari hulu kita pasang jaring, juga setiap perbatasan, dari sana kita bisa mengetahui sumber masalahnya, atau sampahnya dari mana, ini juga merupakan upaya menjaga kebersihan sungai untuk keberlanjutan mencegah banjir,” kata Airawata.
Sementara, Kasat Pol PP Kota Denpasar, AA Ngurah Bawa Nendra mengaku akan menindak tegas masyarakat yang kedapatan membuang sampah sembarangan, terlebih membuang sampah ke sungai. Hal ini mengingat pentingnya untuk bersama-sama menjaga kebersihan sungai.
Lebih lanjut dijelaskan, aliran sungai di Kota Denpasar banyak yang berada di wilayah pemukiman padat penduduk. Sehingga dalam melaksanakan pengawasan sangatlah sulit. Untuk itu, peranan masyarakat untuk bersama-sama melaksanakan pengawasan dan kesadaran peduli lingkungan sangatlah penting.
“Sinergitas dan kolaborasi semua pihak sangat penting dalam menjaga kebersihan, termasuk menjaga kebersihan sungai,” ujarnya.
Bawa Nendra menekankan, saat ini di Kota Denpasar telah ada Perda Nomor 1 Tahun 2015 tentang Ketertiban Umum. Dimana, dalam Pasal 58 dijelaskan bahwa bagi yang melanggar dapat dikenakan pidana kurungan paling lama 6 bulan dengan maksimal Rp 50 juta. Tak hanya itu, pelanggar juga dapat dikenakan sanski lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
“Kami bukan menakut-nakuti masyarakat, namun menegaskan bahwa kebersihan adalah tanggung jawab kita bersama, dan membuang sampah sembarangan merupakan tindakan melanggar Perda, sehingga mari bersama kita jaga kebersihan Kota Denpasar,” ujarnya. (eka/bi)