Denpasar, baliilu.com
– Penanganan pandemi Covid-19 di berbagai belahan dunia memang menghasilkan
beragam jenis formula dalam penanganan, termasuk Pemkot Denpasar telah
melaksanakan bermacam cara dan inovasi guna mendukung percepatan penanganan
Covid-19.
Ahli Epidemiologi Universitas Udayana Prof. Dr. dr. DN
Wirawan, MPH berpendapat langkah strategis yang dipilih Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Covid-19 Kota Denpasar yang secara aktif dan masif melakukan tes
untuk menemukan kasus merupakan langkah yang tepat.
“Fokus untuk menemukan kasus yang sedang digencarkan Pemkot
Denpasar bersama GTPP merupakan langkah yang tepat untuk percepatan penanganan
Covid-19 saat ini, sehingga setelah ditemukan langsung dikarantina dan
isolasi,” ujarnya di Denpasar, Senin (6/7-2020).
Lebih lanjut dijelaskan, dalam penanganan pandemi Covid-19
saat ini ada dua cara yang dapat ditempuh. Pertama menemukan kasus aktif
sebanyak-banyaknya (active case finding)
secara agresif, lalu diisolasi. Yang kedua adalah pencegahan aktif di masyarakat
dengan cara menerapkan protokol kesehatan berupa cuci tangan, gunakan masker
dan jaga jarak aman.
“Pelaksanaan active
case finding hanya bisa dilaksanakan dengan testing dan tracing yang agresif di masyarakat,
sedangkan untuk pencegahan oleh masyarakat diperlukan kesadaran untuk
menerapkan secara disiplin,” jelasnya.
Pihaknya menjelaskan dalam penyampaian data, diperlukan data
jumlah tes yang dilaksanakan. Hal ini mengacu pada perhitungan jumlah positif
dibagi jumlah yang dites. Jika dalam dua minggu persentasenya bisa sekitar 10
persen, maka penanganannya sudah masuk dalam jalur yang benar (on the right tract).
“Kalau bisa persentasenya sekitar 10 persen itu sudah on the right tract, dan jika bisa di bawah
10 persen, berarti kita sudah hampir berhasil menangani wabah pandemi Covid-19
ini,” jelasnya.
Prof. Wirawan mengatakan patokan yang digunakan WHO dalam percepatan
penanganan pandemi Covid-19 ada tiga hal utama. Yakni ratio tracing sekitar 10-30 orang per satu kasus yang positif dan
jumlah penduduk yang dites PCR 1 per 1000 penduduk per minggu. Sedangkan
persentase positif (positive rate)
yang dianggap baik oleh WHO antara 3-12% .
“Untuk Denpasar, dengan jumlah penduduk sekitar 920.000,
maka yang minimal harus dites PCR sebanyak 920 orang dalam satu minggu, jika
perhitunganya 6 hari kerja, maka 150 orang dalam satu hari harus dites, bila
yang dites jumlahnya banyak dan yang positif dipisahkan (karantina), maka
penularan akan berkurang,” paparnya.
Pihaknya juga menyarankan beberapa hal guna mendukung
percepatan penanganan Covid-19 di Kota Denpasar, yakni tracing yang agresif dengan juga melibatkan sejumlah relawan yang
sudah dilaksanakan agar terus dilanjutkan. Kedua, melaksanakan test PCR yang
masif dengan target sekitar 150 orang dalam sehari. Serta meningkatkan upaya
pencegahan oleh masyarakat secara mandiri.
Sementara, jika dilihat dari perkembangan kasus positif yang
saat ini berjumlah 698 orang, jika dibandingkan dengan jumlah tes sebanyak
3.559, maka angka persentase positif berada di kisaran 16,8 persen.
“Bila bisa kita tingkatkan menjadi 900 orang yang tes dalam
1 minggu ini, dan yang positif segera dikarantina, kemungkinan bisa turun
menjadi sekitar 14%. Dengan syarat semua kegiatan pencegahan tetap dilakukan
dengan ketat, seperti kurangi kerumunan, masker, cuci tangan, mobilitas
masyarakat,” pungkasnya. (gs)