Tuesday, 20 May 2025
Connect with us
https://www.baliviralnews.com/wp-content/uploads/2022/06/stikom-juni-25-2022.jpg

NEWS

Baligivation 2025: Kolaborasi Nyata BI dan Pemerintah Wujudkan Bali Pulau Digital

BALIILU Tayang

:

Baligivation
LUNCURKAN BALIGIVATION: Suasana sesi talkshow saat Bank Indonesia meluncurkan Bali Digital Innovation Festival (Baligivation) 2025 dengan tema ”Mewujudkan Bali Pulau Digital untuk Meningkatkan Inklusivitas” pada 30 April 2025 di Gedung Ksirarnawa, Art Center Denpasar. (Foto: Hms BI)

Denpasar, baliilu.com – Sebagai salah satu upaya untuk mendorong digitalisasi sebagai salah satu strategi utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Bali, Bank Indonesia resmi meluncurkan Bali Digital Innovation Festival (Baligivation) 2025 dengan tema ”Mewujudkan Bali Pulau Digital untuk Meningkatkan Inklusivitas” pada 30 April 2025 di Gedung Ksirarnawa, Art Center Denpasar.

Peluncuran ini sekaligus menandai berlakunya Surat Edaran (SE) Gubernur Bali Nomor 10 Tahun 2025, tanggal 15 April 2025, tentang Optimalisasi Implementasi Transaksi Non-Tunai di Provinsi Bali.

Kegiatan ini dihadiri oleh Gubernur Bali Wayan Koster, yang diwakili oleh Staf Ahli Kelompok Kerja Percepatan Pembangunan Bali Made Artana, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja; Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Fitria Irmi Triswati; dengan salah satu narasumber adalah Direktur Konten Digital Kementerian Ekonomi Kreatif RI Yuana Rochma Astuti; serta mitra kerja BI se-Provinsi Bali.

Pada kegiatan yang diikuti oleh 1.000 peserta (daring maupun luring) ini, Gubernur Bali Wayan Koster, yang dalam kesempatan ini diwakili oleh Made Artana, menyampaikan apresiasi atas kolaborasi penyelenggaraan kegiatan Baligivation yang menjadi wujud nyata komitmen dalam mempercepat transformasi digital di Bali. Langkah ini sejalan dengan program strategis pemerintah Provinsi Bali untuk membawa Bali menjadi Pulau Digital. Bali telah menunjukkan capaian tertinggi dalam Indeks Elektronifikasi Pemerintah Daerah Provinsi Bali di mana seluruh wilayah di Bali telah mencapai kategori digital, yang berarti sebagian besar penerimaan dan belanja daerah di Bali telah dilaksanakan secara non-tunai, yang menjadi landasan kuat percepatan realisasi Bali Pulau Digital.

Lebih lanjut, Made juga menyampaikan dengan berlakunya SE Gubernur Bali No. 10 tahun 2025, yang mengimbau seluruh perangkat daerah/ASN, lembaga, instansi, pelaku usaha dan UMKM, serta masyarakat untuk memaksimalkan penggunaan pembayaran nontunai, termasuk QRIS, diharapkan menjadi katalisator perluasan dan percepatan digitalisasi di Provinsi Bali.

Baca Juga  Inflasi Bali Terkendali, Sinergi Terus Diperkuat Jelang Akhir Tahun

Sementara itu, Erwin Soeriadimadja, menyampaikan bahwa pelaksanaan kegiatan Baligivation dan launching SE Gubernur Bali bertujuan untuk memberikan daya dorong yang kuat untuk memperkuat digitalisasi, serta menciptakan inklusivitas sehingga tercipta pemerataan pertumbuhan agar tidak ada daerah yang tertinggal.

Lebih lanjut, Erwin menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam membangun ekosistem digital yang kuat, terutama melalui penguatan strategic collaboration, strategic ownership, dan strategic connectivity. Ke depan, komitmen ini perlu diwujudnyatakan melalui 4 langkah, yaitu (1) komitmen untuk memperkuat langkah dan penguatan regulasi, salah satunya melalui SE Gubernur Bali Nomor 10 Tahun 2025; (2) komitmen untuk meningkatkan akseptansi digital dari banjar digital, dan ekosistem lainnya; (3) perbaikan infrastruktur; serta (4) peningkatan edukasi dan membentuk ekosistem pelindungan konsumen.

Komitmen Bali untuk mendorong digitalisasi ini juga diapresiasi oleh Fitria Irmi Triaswati, yang menekankan apiknya sinergi dan kolaborasi BI dengan pemerintah setempat dalam pelaksanaan Baligivation 2025 dan launching surat edaran, yang bisa menjadi contoh bagi provinsi lain.

Event BALIGIVATION 2025 ini menandai inovasi pembayaran yang tiada henti di Provinsi Bali, ditandai dengan total merchant dan pengguna QRIS di Provinsi Bali mencapai mencapai 959 ribu merchant dan 1,09 juta pengguna. Dari sisi volume, transaksi QRIS di Provinsi Bali bulan

Januari hingga Maret 2025 mencapai 27,92 juta transaksi dengan nominal sebesar Rp 2,74 Triliun. Kunjungan wisman di Bali turut menjadi penyumbang dengan tingginya transaksi QRIS Antarnegara khususnya volume transaksi inbound pada Maret 2025 yang tercatat 6.503 transaksi dengan nominal Rp 1,38 miliar.

Selain peluncuran SE Gubernur Bali, Bank Indonesia bersama BPD Bali juga mengenalkan QRIS TAP untuk menggaungkan inovasi sistem pembayaran yang baru saja diluncurkan pada 14 Maret 2025 yang lalu. QRIS TAP berbasis Near Field Communication (NFC) memberikan opsi cara pembayaran baru yang cepat, mudah, murah, aman, dan handal bagi masyarakat, khususnya dalam mendukung layanan publik dan transaksi ritel secara digital.

Baca Juga  BI Bali QRIS-kan Klungkung, Selain Higienis dan Mudah juga Beri Keuntungan bagi Pedagang dan UMKM

Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan sesi talkshow dengan narasumber Direktur Konten Digital Kementerian Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Yuana Rochma Astuti; Direktur Utama Bank BPD Bal I Nyoman Sudharma; serta illustrator dan creativepreneur Dewa Gede Raka Jana Nuraga, dimana talkshow ini mengangkat diskusi mengenai bagaimana perkembangan digitalisasi secara nasional dan di Bali, serta dampak positifnya terhadap UMKM dan inklusivitas di Bali.

Peluncuran Baligivation 2025 ini akan ditindaklanjuti dengan roadshow di seluruh kota/kabupaten Bali dan perhelatan berbagai perlombaan, diantaranya lomba cerdas cermat, banjar digital, dan inovasi digital di bidang ketahanan pangan, pariwisata, dan pelindungan konsumen. Perlombaan ini secara detail dapat diakses di www.baligivation.com.

Melalui program dan kegiatan Baligivation 2025 diharapkan dapat mendukung penguatan ekonomi keuangan digital Indonesia dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. (gs/bi)

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
itb stikom bali
Advertisements
iklan
Advertisement
Klik untuk Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

NEWS

I Ketut Kariasa Adnyana Desak Kajian dan Koordinasi Matang Sekolah Rakyat

Published

on

By

Ketut Kariasa
Anggota Komisi VIII DPR RI, I Ketut Kariasa Adnyana dalam agenda Rapat Kerja Komisi VIII dengan Menteri Sosial Saifullah Yusuf di Gedung Nusantara II, Senayan, Jakarta, Selasa (20/5/2025). (Foto : dpr.go.id)

Jakarta, baliilu.com – Program Sekolah Rakyat yang diinisiasi oleh Presiden Prabowo Subianto menuai perhatian serius dari Komisi VIII DPR RI. Menanggapi, Anggota Komisi VIII DPR RI, I Ketut Kariasa Adnyana, menyoroti soal belum adanya persetujuan anggaran dari parlemen terkait program tersebut, serta potensi risiko keberlanjutan akibat skema pembiayaan dan regulasi yang belum jelas.

Demikian hal tersebut disampaikan dirinya dalam agenda Rapat Kerja Komisi VIII dengan Menteri Sosial Saifullah Yusuf di Gedung Nusantara II, Senayan, Jakarta, Selasa (20/5/2025). Program yang berada di bawah Kementerian Sosial ini diketahui hingga kini memasuki tahap survei dan persiapan infrastruktur, namun belum memperoleh persetujuan Komisi VIII DPR secara formal mengenai anggaran operasionalnya.

“Program ini sangat bagus dan kami setuju dengan tujuannya tapi jangan sampai karena belum ada persetujuan anggaran dari DPR, lalu jalan duluan. Itu tidak sesuai dengan tata cara penganggaran negara,” ujar Ketut.

Perlu diketahui, Sekolah Rakyat adalah sekolah berasrama gratis yang ditujukan bagi anak-anak miskin ekstrem, khususnya dari desil 1 dan 2 menurut data DTSEN (Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional). Program ini mencakup pendidikan menyeluruh, mulai dari kebutuhan dasar, pendidikan formal, hingga pengembangan karakter.

Walaupun begitu, Ketut mengingatkan bahwa biaya pendidikan per siswa dalam program Sekolah Rakyat yang bisa mencapai Rp 48 juta per tahun ini merupakan sebuah angka yang besar dalam konteks anggaran sosial. “Dengan hampir 28 juta penduduk miskin, program ini hanya bisa menjangkau sebagian sangat kecil. Kalau tidak ada regulasi yang mengikat, jangan sampai berhenti di tengah jalan karena beban biaya yang tinggi,” terangnya.

Belajar dari Pengalaman Serupa

Baca Juga  BI Bali Dorong Pelestarian Wastra & Keberlanjutan Industri Kreatif Dalam Bali Fashion Trend 2024

Ketut membandingkan dengan pengalaman di masa lalu, seperti sekolah rakyat yang pernah dijalankan oleh perusahaan PT Sampoerna di Bali. Meskipun output-nya sangat positif—menurunkan kemiskinan dan menaikkan angka partisipasi pendidikan— akan tetapi, berdasarkan pengamatannya, program tersebut akhirnya diserahkan ke pemerintah daerah karena PT Sampoerna tidak sanggup membiayai secara berkelanjutan.

“Di Bali saja yang pertumbuhan ekonominya cukup baik, pemda juga kelabakan ketika harus mengambil alih sekolah itu. Ini jadi pelajaran bahwa Sekolah Rakyat harus dipikirkan betul keberlanjutannya dan jangan hanya dibebankan ke satu-dua pihak,” kata Ketut.

Politisi Fraksi PDI-Perjuangan itu menegaskan, harus ada koordinasi intensif antar-instansi dan dengan pemerintah daerah. Sebab, program Sekolah Rakyat melibatkan banyak kementerian—termasuk Kementerian PU untuk infrastruktur dan Kementerian Sosial untuk operasional.

Ia juga mengingatkan agar keberadaan Sekolah Rakyat tidak mengganggu fungsi Unit Pelaksana Teknis (UPT) atau sentra sosial yang selama ini menjalankan tugas penanggulangan kemiskinan dan layanan disabilitas. “Jangan sampai balai sosial yang bagus malah dialihfungsikan secara mendadak untuk program ini tanpa persiapan. Ini bisa menciptakan konflik dan mencoreng niat baik program tersebut,” tegasnya.

Menutup pernyataannya, Ketut menekankan pentingnya regulasi yang kuat agar program ini tidak hanya bergantung pada anggaran negara, tetapi juga membuka ruang bagi keterlibatan swasta secara terstruktur. Oleh karena itu, ia mengusulkan agar ke depan dilakukan kajian dampak secara menyeluruh serta uji coba di berbagai daerah dengan pendekatan kolaboratif.

“Kalau ini hanya mengatasi kemiskinan di satu kecamatan saja, tidak akan menyentuh akar masalah. Harus ada pemerataan, dan program harus dikawal dari sisi hukum dan anggaran,” pungkas legislator Fraksi PDI-Perjuangan itu. (gs/bi)

Baca Juga  BI Bali Bersama Komisi XI DPR RI Serahkan PSBI 1.000 Paket Sembako Bantuan Tanggap Darurat Bencana di Karangasem
Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
itb stikom bali
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

NEWS

Tekan Inflasi, TP PKK Jembrana Salurkan Ribuan Bibit Cabai dan Terong

Published

on

By

TP PKK Jembrana
TP PKK Jembrana saat menanam bibit cabai dan terong di salah satu sudut halaman rumah. (Foto: Hms Jembrana)

Jembrana, baliilu.com – Dalam upaya menekan laju inflasi serta memperkuat ketahanan pangan keluarga, Tim Penggerak PKK Kabupaten Jembrana menyalurkan ribuan bibit cabai dan terong kepada warga di lima kecamatan. Penyaluran dilakukan secara maraton oleh Ketua TP PKK Jembrana, Ny. drg. Ani Setiawarini Kembang Hartawan, mulai Rabu (14/5) hingga Selasa (20/5).

Kegiatan ini diawali di Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, kemudian berlanjut ke Desa Manggissari (Kecamatan Pekutatan), Desa Manistutu (Kecamatan Melaya), Desa Tegal Badeng Barat (Kecamatan Negara), dan ditutup di Desa Air Kuning (Kecamatan Jembrana). Masing-masing desa menerima 100 bibit cabai dan 100 bibit terong, dengan total 1.000 bibit tanaman yang disalurkan.

Menurut Ny. Ani Setiawarini, bantuan ini merupakan bagian dari program unggulan PKK yaitu Aku Hatinya PKK (Amalkan dan Kukuhkan Halaman Asri, Teratur, Indah dan Nyaman), yang bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan rumah sebagai sumber pangan keluarga.

Bantuan tersebut berasal dari Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Pemerintah Provinsi Bali dan ditujukan kepada kader PKK di seluruh desa di Jembrana. Program ini tidak hanya menyasar aspek ekonomi, namun juga memperkuat semangat kemandirian masyarakat dalam menghadapi tekanan ekonomi, terutama dalam situasi inflasi yang belum stabil sepenuhnya.

“Program ini diharapkan dapat mendorong masyarakat memanfaatkan lahan pekarangan untuk menanam tanaman pangan. Minimal dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan jika hasilnya melimpah bisa dijual untuk menambah penghasilan keluarga,” ujar Ny. Ani Setiawarini. (gs/bi)

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
itb stikom bali
Advertisements
iklan
Baca Juga  BI Bali QRIS-kan Klungkung, Selain Higienis dan Mudah juga Beri Keuntungan bagi Pedagang dan UMKM
Lanjutkan Membaca

NEWS

Brida Susun Roadmap Kopi Buleleng, Gandeng Akademisi Perguruan Tinggi

Published

on

By

kopi buleleng
Ketua tim pelaksana penyusunan roadmap pengembangan komoditas kopi Arabika dan Robusta, Buleleng, I Wayan Rideng. (Foto: Hms Buleleng)

Buleleng, baliilu.com – Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Kabupaten Buleleng mulai menyusun roadmap pengembangan komoditas kopi Arabika dan Robusta, guna meningkatkan optimalisasi pengelolaan potensi perkebunan kopi di Kabupaten Buleleng.

Kegiatan penyusunan roadmap berlangsung di Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Kabupaten Buleleng, Selasa (20/5) melibatkan akademisi dan para pemangku kepentingan di Kabupaten Buleleng. Tahap saat ini adalah diskusi atas Laporan Antara.

Ketua Tim Pelaksana, I Wayan Rideng, mengatakan terdapat kesenjangan besar antara potensi yang dimiliki Buleleng dengan nilai tambah yang dirasakan oleh sebagian petani di lapangan. “Kami menemukan bahwa hasil kopi dari Buleleng justru dinikmati oleh pihak lain. Beberapa pelaku usaha menggunakan kopi Buleleng tetapi memasarkan dengan merek dari daerah lain,” ujar akademisi dari Universitas Warmadewa itu.

Menurutnya, kopi Bali—terutama yang telah memiliki branding seperti Kintamani—telah diakui kualitasnya dan bahkan menduduki peringkat kedua secara nasional setelah Kopi Gayo dari Aceh. Sayangnya, kopi milik petani di Buleleng banyak yang belum memiliki identitas merek yang kuat sehingga tak mampu bersaing di pasar.

“Petani kita hanya mendapatkan ‘ampasnya’, tidak memperoleh keuntungan maksimal. Hal ini membuat petani menjadi lesu dan kehilangan semangat,” kata Rideng.

Berdasarkan data, luas area perkebunan kopi di Buleleng mencapai 2.854 hektar untuk jenis Arabika dan 10.272 hektar untuk Robusta. Namun, masih terdapat 700,98 hektar lahan yang belum menghasilkan, yang menunjukkan potensi besar yang belum tergarap maksimal.

Rideng menambahkan, Brida Kabupaten Buleleng menggandeng tim akademisi menyusun peta jalan (roadmap) dan program aksi konkret guna memberdayakan petani kopi. Tujuannya tidak hanya untuk meningkatkan produksi dan kualitas, tetapi juga memperkuat daya saing dan nilai jual kopi lokal sebagai produk unggulan daerah.

Baca Juga  Dari Hasil Survei, Kinerja Penjualan Eceran Bali Bakal Terus Meningkat

Langkah ini diharapkan mampu menggairahkan kembali sektor perkebunan kopi di Buleleng dan membawa kesejahteraan yang lebih adil bagi para petani. (gs/bi)

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
itb stikom bali
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca