Saturday, 8 February 2025
Connect with us
https://www.baliviralnews.com/wp-content/uploads/2022/06/stikom-juni-25-2022.jpg

BUDAYA

Benarkah Malam Siwaratri Sebagai Malam Peleburan Dosa?

Ini Penjelasan Penyuluh Agama Kabupaten Buleleng

BALIILU Tayang

:

I Kadek Satria, S.Ag, M.Pd.H selaku Penyuluh Agama Hindu Kantor Kementerian Agama Kabupaten Buleleng. (Foto: Hms Buleleng)

Buleleng, baliilu.com – Pemujaan kepada Dewa Siwa yang paling dikenal oleh masyarakat Hindu khususnya di Bali adalah perayaan Hari Siwaratri. Hari ini masyarakat Hindu khususnya di Bali merayakan Hari Suci Siwaratri, hari dimana kita sebagai umat akan melakukan pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewa Siwa. Siwa dalam Tri Murti adalah sebagai pemralina, yaitu mengembalikan segala sesuatu yang ada di alam ini ke asal mulanya.

Di dalam melaksanakan hari suci ini banyak diantara umat yang merasa penasaran seputar begitu hebatnya brata Siwaratri yang dilakukan oleh seorang Lubdaka dalam susastra Siwaratrikalpa, yang mampu mengantarkannya sebagai tujuan tertinggi umat yaitu menyatu ke alam siwa.

Bagaimanakah sesungguhnya pelaksanaan Siwaratri ini sehingga mampu memberikan kekuatan yang sangat hebat dalam rangka melebur karma kita?

Dalam catatan I Kadek Satria, S.Ag, M.Pd.H selaku Penyuluh Agama Hindu Kantor Kementerian Agama Kabupaten Buleleng, pada Senin (27/1) menyampaikan, dalam Kitab Siwa Purana, dikatakan keagungan Brata Siwaratri dalam bagian Jnana Samhita, yang mengisahkan tentang percakapan seorang Rsi dengan seorang bhakta yang sangat tekun bernama Suta. Dalam percakapannya itu terceritakan seorang manusia yang sangat jahat yang bernama Rurudruha yang pada akhirnya atmanya mampu mencapai pembebasan dan mencapai alam Siwa.

Dijelaskan oleh Kadek Satria, pada kitab lainnya yaitu kitab Skanda Purana juga mengisahkan tentang percakapan seorang murid yang bernama Lomasa, dengan gurunya yaitu para Rsi. Dalam diskusi itu diceritakan seorang manusia yang bernama Canda yang sangat jahat dan kejam dalam hidupnya yang juga pada akhirnya mendapatkan penyadaran, dan mencapai alam Siwaloka. Di dalam Garuda Purana juga ada yang memuat kehebatan Brata Siwarati yaitu pada percakapan Dewa Siwa dengan Dewi Parwati. Di dalam percakapan beliau itu Dewi Parwati menanyakan tentang brata yang paling baik dilakukan untuk melakukan peleburan dosa, dan jawaban Dewa Siwa adalah Brata Siwaratri.

Baca Juga  Pemkot Denpasar ‘’Ngaturang Bhakti’’ Siwaratri di Pura Agung Jagatnatha Denpasar

Terakhir adalah kitab Padma Purana yang mana menceritakan tentang seorang raja bernama Dilipa yang berdiskusi dengan Rsi Wasistha. Di sini diceritakan dalam diskusi tersebut tentang seorang pemburu bernama Nisada yang kemudian mampu mencapai pembebasan dengan cara melakukan Brata Siwaratri.

Teks suci Hindu yang memuat tentang keagungan Brata Siwaratri di atas memberikan kita penegasan bahwa adalah benar dengan melakukan yadnya dan Brata Siwaratri seseorang akan mampu menuju Siwa. Yang perlu digarisbawahi dalam Siwaratri ini adalah bahwa kita akan melakukan peleburan Dosa, yaitu meminimalkan perbuatan buruk kita dengan cara menebusnya dengan berbagai keluhuran atau dengan melakukan Brata. Brata yang dilakukan yaitu dengan Jagra (tidak tidur), Upawasa (berpuasa) dan Monobrata (perenungan dengan Meditasi) adalah brata yang akan utama apabila dilakukan dengan kesungguhan.

Lebih jauh, pertanyaannya mengapa Brata ini dilakukan pada Purwanining Tilem Kepitu? Tentu menjadi pertanyaan sebab bagaimana kita tercerahkan dalam kegelapan? Sehari sebelum Tilem Kepitu sering disebut dengan Purwanining Tilem Kepitu di dalam padewasan disebutkan sebagai malam yang paling gelap selama kurun waktu 1 tahun. Malam ini dipercaya sebagai malam perenungan dan peleburan segala macam dosa dengan cara melakukan Brata Siwaratri. Bagaimanapun juga bahwa kegelapan fikiran manusia mesti dicerahkan dengan pengetahuan dan kesucian.

“Siwa sebagai manifestasi dari Ida Sang Hyang Widh adalah pemberi dan penganugerah kecemerlangan fikiran itu. Secara nyata, kita yang terliputi oleh awidya (kegelapan) akan mampu tercerahi dengan Vidya (Sinar pengetahuan) apabila kita mampu menemukan penyadaran di malam Siwa itu (Atutur Ikang Atma Rijatinnya),” jelas Satria dikutip dari laman bulelengkab.go.id.

Pengujung saran Kadek Satria, lakukanlah Brata Siwaratri dengan kesungguhan dan bukan karena kemampuan, sebab dengan itu maka anugerah yang berlimpah dari Siwa akan mampu membebaskan atau menerangi kegelapan kita. Penyadaran adalah kunci dari segala yang menjadi tujuan Brata Siwaratri itu, sehingga sesungguhnyalah kesadaran itu muncul setiap hari, sehingga berkah Siwaratri pun akan kita dapatkan setiap hari. “Kita sadar sebagai manusia yang sangat perlu untuk bekerja, sadar dengan diri sebagai ciptaannya sehingga perlu memuja dan sadar bahwa segalanya itu perlu untuk kita syukuri. Rahajeng Nyanggre Rahinan Suci Siwaratri,” tutupnya. (gs/bi)

Baca Juga  Siwaratri, Lapas dan Rutan se-Bali Gelar Malam Perenungan Dosa

Advertisements
ucapan nataru
Advertisements
nataru
Advertisements
stikom
Advertisements
ucapan Imlek DPRD Badung
Advertisements
iklan fisioterapi
Advertisements
iklan

BUDAYA

Sekda Alit Wiradana Hadiri Peringatan “Jaya Stambha” 1111 Tahun Prasasti Blanjong

Published

on

By

prasasti blanjong
PERINGATAN "JAYA STAMBHA" : Sekretaris Daerah Kota Denpasar IB Alit Wiradana menghadiri pelaksanaan peringatan "Jaya Stambha" 1111 Tahun Prasasti Blanjong di Pura Dalem Blanjong, Desa Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan, Jumat (7/2). (Foto: Hms Dps)

Denpasar, baliilu.com – Sekretaris Daerah Kota Denpasar IB Alit Wiradana menghadiri pelaksanaan peringatan “Jaya Stambha” 1111 Tahun Prasasti Blanjong di Pura Dalem Blanjong, Desa Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan, Jumat (7/2).

Turut hadir dalam pelaksanaan tersebut Kadis Kebudayaan Kota Denpasar, Raka Purwantara, Ny. Putri Koster, Bendesa Adat Intaran, I Gusti Agung Alit Kencana serta pihak terkait lainnya.

Sekda Kota Denpasar, IB Alit Wiradana mengapresiasi pelaksanaan 1111 Tahun “Jaya Stambha” Prasasti Blanjong sebagai upaya memperingati keberadaan Prasasti Blanjong sebagai cagar budaya yang ada di Kota Denpasar. Dimana, Prasasti Blanjong ini merupakan bukti sejarah tentang awal keberadaan kerajaan Bali Kuno. Cagar budaya berfungsi sebagai saksi bisu perjalanan waktu, menyimpan nilai-nilai kultural, arsitektural, dan sejarah yang menjadi bagian integral dari suatu masyarakat.

Selain itu, lanjut Alit Wiradana, cagar budaya juga dapat menjadi sumber penelitian untuk memahami perkembangan peradaban manusia. Upaya pelestarian dan pengelolaan cagar budaya merupakan investasi dalam warisan budaya yang mendalam dan berkelanjutan.

“Dari keberadaan Prasasti Blanjong, Pemkot Denpasar telah melakukan langkah-langkah untuk terus menjaga dan melestarikan. Terlebih saat ini mendapat dukungan dari berbagai pihak dan komunitas yang ikut andil dalam menjaga cagar budaya agar tetap terjaga, serta mengedukasi masyarakat tentang pentingnya melestarikan warisan budaya untuk generasi mendatang khususnya di Kota Denpasar,” pungkas Alit Wiradana.

Sementara Ketua Panitia Pelaksana, I Wayan Sila Sayana, mengatakan kegiatan yang bertajuk “Jaya Stambha” Blanjong yang ke-1111 tahun ini sebagai pengingat keberadaan sebuah kota pelabuhan yang pernah ditancapkan pada Tahun Saka 835 di kawasan Sanur.

Lebih lanjut dalam peringatan 1111 tahun ini diisi dengan beberapa acara antara lain, pementasan Tari Topeng oleh Made Kara dari Rumah Topeng Sanur. Selain itu, juga diisi dengan diskusi terkait Prasasti Blanjong.

Baca Juga  Wabup Suiasa Hadiri Persembahyangan Siwaratri di Puspem Badung

“Yang mana tujuan dari pelaksanaan ini untuk meningkatkan kepedulian dan pengenalan kepada masyarakat terkait benda cagar budaya dan aksara, serta meningkatkan minat untuk belajar aksara kepada generasi muda,” ungkap Wayan Sila. (eka/bi)

Advertisements
ucapan nataru
Advertisements
nataru
Advertisements
stikom
Advertisements
ucapan Imlek DPRD Badung
Advertisements
iklan fisioterapi
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

BUDAYA

Karya Agung Mamungkah, Tawur Balik Sumpah Utama di Pura Dalem Lambing Sibang Kaja

Published

on

By

karya Pura Dalem Lambing
HADIRI KARYA: Wabup Suiasa saat menghadiri Karya Agung Mamungkah, Padudusan Agung, Menawa Ratna, Tawur Balik Sumpah Utama di Pura Dalem Desa Adat Lambing, Desa Sibangkaja Abiansemal, Selasa (4/2). (Foto: Hms Badung)

Badung, baliilu.com – Wakil Bupati Badung, I Ketut Suiasa menghadiri Karya Agung Mamungkah, Padudusan Agung, Menawa Ratna, Tawur Balik Sumpah Utama di Pura Dalem Desa Adat Lambing, Desa Sibangkaja, Kecamatan Abiansemal, Selasa (4/2).

Turut hadir Perbekel Sibang Kaja Nyoman Rai Sudani, Kabid Adat Dinas Kebudayaan, Bendesa Adat se-Desa Sibang Kaja, beserta krama agung Desa Adat Lambing.

Sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam meringankan beban masyarakat, Wabup menyerahkan Dana Hibah Aci bersumber dari APBD Induk Tahun 2025 sebesar Rp. 1,8 miliar yang diterima oleh Ketua Panitia Karya Putu Eka Sujaya.

Wabup dalam sambrama wacananya menyampaikan puji syukur dan mengapresiasi masyarakat Desa Adat Lambing mulai dari perencanaan sampai dengan puncak pelaksanaan Karya sudah bersatu padu, bergotong-royong untuk mensukseskan pelaksanaan Karya Agung Mamungkah, Padudusan Agung, Menawa Ratna, Tawur Balik Sumpah Utama Pura Dalem Desa Adat Lambing dengan aman dan lancar.

“Saya selama jadi Wakil Bupati baru kali ini menyaksikan prosesi Nyenuk yang sangat lengkap sekali, tahu prosesi Nyenuk apa makna dari prosesi itu, namun baru kali ini bisa menyaksikan prosesi nyenuk yang sangat lengkap seperti di Desa Adat Lambing. Terima kasih karena sudah diberikan pengalaman yang luar biasa, serta berharap bisa diadopsi sama masyarakat di Desa yang lain dan patut bersyukur karena rangkaian karya sudah labda karya sida sidaning don,” ujar Suiasa.

Ketua Panitia Karya Putu Eka Sujaya melaporkan pelaksanaan Karya Agung Mamungkah, Padudusan Agung, Menawa Ratna, Tawur Balik Sumpah Utama Pura Dalem Desa Adat Lambing ini merupakan karya yang dilaksanakan sebagai dampak musibah kebakaran yang terjadi pada bulan September 2023 yang mengakibatkan semua pelinggih beratap ijuk terbakar.

Baca Juga  Walikota Jaya Negara ‘’Ngaturang Bhakti‘‘ Siwaratri di Pura Agung Jagatnatha Denpasar

“Kami atas nama krama agung Desa Adat Lambing menghaturkan terima kasih karena Pemerintah Kabupaten Badung sudah banyak memberikan bantuan sehingga sangat meringankan beban dari masyarakat serta selalu berharap pemerintah akan selalu membantu terutamanya kegiatan yang dilaksanakan dalam pelestarian seni, adat dan budaya Bali khususnya di Desa Adat Lambing,” harapnya. (gs/bi)

Advertisements
ucapan nataru
Advertisements
nataru
Advertisements
stikom
Advertisements
ucapan Imlek DPRD Badung
Advertisements
iklan fisioterapi
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

BUDAYA

Bupati Tabanan Hadiri Upacara Ngaben Bersama Banjar Adat Bakisan Denbantas

Published

on

By

bupati tabanan
NGABEN BERSAMA: Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya, pada Selasa, 4 Februari 2025 saat menghadiri upacara Ngaben Bersama Banjar Adat Bakisan, Desa Denbantas, yang digelar di Balai Banjar Adat Bakisan, Desa Denbantas, Tabanan. (Foto: Hms Tbn)

Tabanan, baliilu.com – Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya, pada Selasa, 4 Februari 2025 menghadiri upacara Ngaben Bersama Banjar Adat Bakisan, Desa Denbantas, yang digelar di Balai Banjar Adat Bakisan, Desa Denbantas, Tabanan. Kehadirannya menunjukkan komitmennya terhadap pelestarian adat, agama, tradisi dan budaya. Kali ini bupati yang turut didampingi oleh Anggota DPRD Kabupaten Tabanan, Sekda dan para Pimpinan Perangkat Daerah terkait disambut hangat perangkat adat, krama adat dan jero mangku setempat.

Di kesempatan itu, Bupati Sanjaya menyampaikan apresiasinya terhadap masyarakat Banjar Adat Bakisan yang telah mengamalkan swadharma agama melalui pelaksanaan yadnya yang sakral dan penuh makna. Dimana puncaknya jatuh pada Rabu, 5 Februari 2025 mendatang.

Titiang atas nama pemerintah memberikan apresiasi terhadap masyarakat titiang driki. Banjar Adat Bakisan ngemargiang yang namanya swadharma agama, becik pisan. Titiang juga di pemerintah daerah Kabupaten Tabanan, baik Provinsi, sering menyampaikan, bahwa hidup kita di Bali ini beda dengan provinsi lainnya. Hanya di Bali ini ada 2 pemerintahan, pemerintahan dinas dan pemerintahan adat,” ujar Sanjaya.

Untuk itu, ia menegaskan komitmen Pemerintah Kabupaten Tabanan dalam menjaga keharmonisan antara pemerintahan daerah dan pemerintahan adat. Yang mana hal ini selaras dengan visi misi Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana di Kabupaten Tabanan menuju Tabanan Era Baru yang Aman, Unggul dan Madani.

“Bagaimana membangun keharmonisan jagat Bali niki secara sekala dan niskala. Apanya yang dibangun, kramanya, adatnya dan alam lingkungannya. Ini harus dijaga agar jagat Bali labdha karya antar,” tegas Sanjaya.

Dalam kesempatan itu, Sanjaya juga berpesan pentingnya melaksanakan yadnya yang satwika, yaitu yadnya yang dilakukan dengan penuh ketulusan dari krama masyarakat, dipuput oleh sulinggih, dan dihadiri oleh murdaning jagat. “Tiga elemen utama dalam yadnya sudah hadir di sini, sehingga upacara ini dapat disebut sebagai yadnya yang satwika. Saya hadir di sini untuk memberikan motivasi dan mendorong masyarakat agar terus melaksanakan yadnya dengan semangat gotong-royong, penuh kebersamaan, serta pakedek pakenyem,” tutupnya.

Baca Juga  Hari Raya Siwaratri, TP PKK Kota Denpasar Tirta Yatra di Pura Taman Pecampuhan Bangli

Di kesempatan yang sama, Gusti Putu Kariana selaku ketua panitia acara, menyampaikan ucapan terima kasihnya atas kehadiran Bupati Sanjaya beserta jajaran. Melalui laporannya, ia memaparkan upacara ngaben diikuti oleh 8 sawa dengan biaya Rp. 3.500.000 per sawa, 4 sawa neglangkir dengan biaya Rp. 750.000 per sawa, 12 orang metatah dengan biaya Rp.500.000 per orang, dan upacara telu bulanan diikuti oleh 14 orang dengan biaya 750.000 per orang. (gs/bi)

Advertisements
ucapan nataru
Advertisements
nataru
Advertisements
stikom
Advertisements
ucapan Imlek DPRD Badung
Advertisements
iklan fisioterapi
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca