Thursday, 17 April 2025
Connect with us
https://www.baliviralnews.com/wp-content/uploads/2022/06/stikom-juni-25-2022.jpg

PARIWISATA

DR. Ketut Mardjana: Kembangkan Toya Devasya, Pertahankan Kearifan Lokal

BALIILU Tayang

:

de
KETUT MARDJANA: Bersama CEO Ayu Saraswati dan manajer Food and Beverage pertahankan kearifan lokal

SEJAK berdiri 17 tahun silam, Toya Devasya Natural Hot Spring yang berada di kaldera Batur Kintamani Bangli dari tahun ke tahun tak pernah henti melakukan pembenahan. Sehingga Toya Devasya Natural Hot Spring kini selain dikenal dengan permandian air panas alami di pinggir danau dengan view Gunung Abang, juga memiliki berbagai fasilitas berkelas yang menarik.

Mulai dari The Ayu Kintamani Villa dengan 12 kamar (8 deluxe, 2 family, 2 honeymoon) dengan private pool. Flamboyan Restaurant yang menyajikan menu buffet Western, Balinese, Chinese, Indonesian serta ala carte. Di Flamboyan Restaurant juga terdapat Coffee House yang menyediakan kopi Kintamani terbaik serta berbagai varian kopi serta kue-kue menarik. Untuk food and beverage juga terdapat makanan ringan seperti bakso, mie ayam, gado-gado, ayam geprek di food stall, juga terdapat aneka minuman seperti es kelapa muda dan es campur serta berbagai kudapan seperti pisang, tempe, tahu goreng.

de
KEJUTAN: Kedatangan tamu The Prediksi, meriah banget

Selain villa juga terdapat tenda untuk camping yang disebut Hiker’s Camp yang sering digunakan baik untuk nginap keluarga atau pasangan maupun kegiatan gathering perusahaan, instansi. Ayurvedic Spa juga siap memanjakan pengunjung yang ingin menyegarkan badan sehabis menikmati fasilitas adventure seperti bersepeda atau jeep tour. Fasilitas paling belakangan adalah dua waterbom yang bisa dinikmati pengunjung hanya dengan membayar tiket masuk serta fasilitas watersport di Danau Batur.

Di balik berbagai fasilitas berkelas yang menarik, General Manager Toya Devasya yang sekaligus owners DR. Ketut Mardjana  menandaskan hal yang betul-betul baru adalah bagaimana menyajikan satu culture budaya yang ada di lingkungan geopark, budaya yang ada di Indonesia, khususnya yang ada di Bali yang akan diperkenalkan dan dikembangkan terus.

Baca Juga  Desa Dauh Puri Kelod Gencarkan Patroli Wilayah, Sasar Hunian Non-Permanen
de
GM KETUT MARDJANA: Dampingi The Prediksi sarapan pagi

Karena itu, ada dua sasaran pengembangan pariwisata Toya Devasya. Pertama  pariwisata di bidang alam yang sudah merupakan buatan Tuhan yang indahnya luar biasa. Sedangkan yang kedua adalah budayanya. Di kawasan ini, lanjut Ketut Murdjana, adalah kawasan Bali Mula yang dikenal dengan Catur Sanak Bali Mula di antaranya ada Trunyan, Kayu Selem, Celagi, Songan yang  merupakan satu kawasan yang asal-muasalnya di sini. Begitu juga raja Bali yang pertama ada di kawasan geopark.

Culture ini akan terus digali yang akan dimunculkan ke permukaan, yang nanti pada gilirannya diwujudkan dalam bentuk pertunjukan yang bersifat kultural. Akulturasi budaya China dan Bali yang hari ini bisa disaksikan di Toya Devasya mulai buka dari 19 Januari-9 Februari 2020 bertepatan dengan tahun baru Imlek.  Akulturasi budaya Bali dan China ini tak terlepas dari adanya perkawinan raja Bali dengan putri Tionghoa.

Pertujukan yang mengedepankan kearifan local akan diagendakan secara berkala. Tidak menutup kemungkinan, bertepatan dengan hari raya Galungan akan digelar fragmen yang sesuai dengan tema galungan. Begitu juga saat ngembak geni serangkaian hari raya Nyepi di mana pertunjukannya sesuai dengan kultur penyepian. ‘’Seperti itulah yang akan kami upayakan untuk mengenalkan Bali secara lebih luas lagi, khususnya khawasan geopark dan tentunya Toya Devasya ini,’’ papar Ketut Mardjana.

Namun cukup memprihatinkan, di tengah persiapan Kintamani Festival yang sudah matang, ada suatu berita akan diadakan satu evaluasi karena adanya penyebaran virus corona. Ini yang sedikit membuat kita prihatin, yang tidak bisa diprediksi. ‘’Tetapi saya apreciate, pemerintah daerah yang begitu cepat melakukan action. Bagaimana memproteksi Bali sehingga tidak terkena virus corona. Mudah-mudahan sifatnya temporer saja. Dan setelah ini selesai akan semakin banyak lagi kunjungan ke Toya Devasya,’’ harap Ketut Mardjana.

Baca Juga  Sekda Dewa Indra Kerahkan ASN dan Tenaga Kontrak Sukseskan SP 2020

CO Ayu Saraswati menandaskan dengan kehadiran 13 artis ibukota yang dipimpin Andre Taulany tentunya berharap Toya Devasya makin dikenal. Walaupun tingkat kunjungannya cukup tinggi dan sudah banyak dikenal, tentunya berharap lebih banyak lagi melalui penggemar-penggemarnya. Pengunjung tidak terbatas wisatawan manca negara tetapi wisatawan Nusantara, temasuk juga dari bali. Rencana akan ada penambahan kamar dan  tahun ini fokus mengangkat kearifan local dengan cita-cita mempersembahkan suatu acara budaya di danau.

‘’Saya kebetulan bersama Bu Ayu hadir di China dalam rangka memperomosikan Bali Tourism Board. Pada kesempatan itu, kami menyaksikan perfoma danau yang luar biasa di Angchau. Pertunjukan tari-tariannya benar-benar spektakuler. Di sini juga tentu bisa dan kami akan mohon izin pada pemerintah daerah. Jika diizinkan menggelar pertunjukan di danau dengan menumbuhkan culture budaya Bali, maka kami akan kembangkan. Kalau ini terwujud, Bangli akan semakin dikenal,’’ tandas Ketut Mardjana.

Tentunya, ekosistem yang ada patut dijaga, dan bagaimana pemerintah turun tangan menjaga Danau Batur yang kita sucikan dan sekarang dikritik orang terlalu banyak kontaminasi. Pemerintah sangat well care dan mudah-mudahan pemerintah melakukan action untuk menjaga kelestarian ini.

Sebagai destinasi wisata yang sudah mendunia yang hadir di tengah masyarakat dengan kultur budaya yang kuat,  Toya Devasya menggunakan tenaga kerja yang 99,9 persen adalah orang lokal. Begitu juga produk-produk yang digunakan memanfaatkan dan menyerap dari masyarakat local mulai dari ikan, jeruk, sayur-mayurnya dll. Termasuk fokus mengangkat kembali budaya local yang saat ini sedikit tenggelam.

Toya Devasya mengangkat terong belanda, yang disajikan buat tamu-tamu yang camping, villa, welcome drink dengan terong belanda. Kita juga mengembangkan mujair menyat-nyat. Di sini tidak ada bahan beef, pork dan MSG. Berbagai makanan  dari Nusantara juga ada, makanan terbuat dari aneka lontong, beragam minuman yang disajikan mengikuti keinginan dari tamu-tamu. Begitu juga mengembangkan Ayuverdic spa. Adalah satu system terapi yang berdasarkan dari weda. Jadi ke depannya mulai dari makanannya yang sifatnya herbal. Kearifan local akan menjadi hal yang sangat diperhatikan.

Baca Juga  Wagub Cok Ace Minta Matangkan Program-program Pariwisata di Tatanan Kehidupan Era Baru

Rencananya, pertunjukan danau akan bersifat kolosal, melibatkan sanggar di wilayah ini. Mereka punya gagasan yang luar biasa. Ada permainan lampu, dll. Bagaimana perdagangan China ke daerah ini yang kemudian Raja Bali kawin dengan Putri China yang kemudian terjadi akulturasi budaya dan mungkin itu yang akan digali. ‘’Mudah-mudah pemerintah kabupaten dan provinsi mendukung penuh gagasan ini,’’ harap Ketut Mardjana. (Balu1)

Advertisements
nyepi dprd badung
Advertisements
dprd bali nyepi
Advertisements
stikom bali
Advertisements
iklan
Advertisement
Klik untuk Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

PARIWISATA

Prof. Dasi Astawa Dorong Pariwisata Inklusif Berkelanjutan, Terapkan Regulasi dan Pengawasan Ketat

Published

on

By

Prof. Dr. Nengah Dasi Astawa, M.Si.
Prof. Dr. Nengah Dasi Astawa, M.Si. (Foto: Hms SMSI Badung)

Badung, baliilu.com – Jika berbicara Quality Tourism dan Mass Tourism justru terkesan kapitalis, karena lebih dominan diprioritaskan wisatawan berduit yang berorientasi uang.

Menyikapi carut marutnya pengelolaan pariwisata Bali, maka ke depan diperlukan Pariwisata Inklusif Berkelanjutan (Inclusive Tourism) atau pariwisata kerakyatan yang memberikan kesempatan yang sama dan akses seluas-luasnya serta ramah lingkungan kepada semua makhluk hidup di dunia.

Mengingat, wisatawan dapat bepergian ke negara manapun, sembari menikmati kegiatan wisata, asalkan memenuhi syarat yang dipastikan tidak dilarang.

Apalagi, jumlah kunjungan wisatawan membludak ke Bali, yang ternyata tidak memilih hotel, tapi menginap di rumah rakyat dinyatakan bagus, dengan catatan wisatawan berlaku tertib, aman, nyaman dan punya aturan (regulasi).

Demikian disampaikan Prof. Dr. Nengah Dasi Astawa, M.Si., saat menerima audiensi pengurus Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Kabupaten Badung di Elemento Homestay di Jalan Raya Gerih, Gang Sandat Nomor 8 Sibangkaja, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Sabtu, 5 April 2025.

Audiensi dipimpin Ketua SMSI Kabupaten Badung I Nyoman Sarmawa didampingi Ketua Panitia Diskusi Nasional, I Nyoman Sunaya, Sekretaris Komang Purnama Sari, Bendahara Horacio Canto, Seksi Penggalian Dana, Nyoman Alit Sukarta, Seksi Humas & Publikasi, Putu Wiguna dan Seksi Perlengkapan, Made Sudiana. Turut hadir, Wakil Ketua Bidang Organisasi SMSI Provinsi Bali, Agustinus Apollonaris Daton.

Pada kesempatan tersebut, Prof. Dasi Astawa memberikan apresiasi dan mendukung penuh pelaksanaan Seminar Nasional yang diinisiasi oleh SMSI Kabupaten Badung dengan mengambil topik “Pariwisata Berkualitas dan Berkelanjutan”.

Meski demikian, Prof. Dasi Astawa menambahkan diperlukan juga Pariwisata Inklusif yang memberikan kesempatan yang sama atas kunjungan wisatawan ke negara manapun, termasuk Indonesia, khususnya Bali, asalkan memenuhi sejumlah kriteria yang ditentukan, termasuk penerapan regulasi hingga pengawasan ketat.

Baca Juga  Gubernur Koster: Susun Program yang Realistis agar Bali Bersih Narkoba

Menurutnya, pariwisata Bali semestinya berdasarkan tiga elemen besar meliputi destinasi wisata yang berada di darat, laut dan udara, termasuk Desa Wisata.

Kedua, akomodasi dan ikutannya, yakni hotel, restaurant, perbankan, pasar, rumah sakit, stasiun bus, biro perjalanan dan travel, termasuk airport.

Terakhir, adanya penerapan regulasi dan infrastruktur yang ranahnya pemerintah. Dibagi lagi menjadi infrastruktur dasar, seperti jalan raya, listrik, air, alat komunikasi dan sanitasi.

“Kalau sapras itu masuk kesehatan, pendidikan dan daya beli. Sapras rumah sakit dan sapras pendidikan beserta turunannya. Jadi, ketiga elemen dasar itu harus dipahami,” kata Prof. Dasi Astawa.

Tak hanya itu, Direktur Politeknik El Bajo Commodus, NTT ini juga menyatakan jika kualitas pariwisata diarahkan ke wisatawan berduit, dengan menginap di Hotel Nusa Dua, lalu wisatawan menyewa mobil mewah sekelas Alphard serta datang ke tempat lainnya, untuk berbelanja lagi ke tempat wisata lainnya sesuai jalur mereka, maka dipastikan orang Bali tidak mendapatkan bagian kue pariwisata.

Untuk itu, lanjutnya jangan disalahkan wisatawan dan juga jangan melemahkan rakyat, karena jika pariwisata berkualitas semuanya dominan berada di hotel berbintang, sementara semeton Bali tidak memperoleh apa-apa akibat dampak positif pariwisata.

Untuk itu, para wisatawan disinyalir berbondong-bondong menginap ke villa private, home stay dan sejenisnya milik semeton Bali, yang dirasakan memberikan nuansa kenyamanan bagi kebutuhan wisatawan terkini.

Akibatnya, hotel berbintang sepi di tengah jumlah kunjungan wisatawan yang semakin meningkat ke Bali, saat liburan hari raya keagamaan lalu, baik liburan Hari Raya Nyepi maupun Hari Raya Idul Fitri.

“Kemarin, saya ke Thailand di depan hotel berbintang, orang boleh berjualan kaki lima, tapi harus tertib, disiplin dan taat aturan. Jadi, hal itu aman dan nyaman. Jangan kita memposisikan diri kita adalah paling hebat, paling mahal dan paling dicari-cari, itu salah,” terangnya.

Baca Juga  Dalami Tiga Ranperda, DPRD Bali Gelar Rapat Kerja Gabungan dengan Eksekutif

Diingatkan pula, bahwa tidak ada negara yang membatasi orang masuk ke negara lain selama memenuhi syarat dan kriteria yang sudah ditentukan.

“Jika di negara orang melanggar dipastikan dideportasi. Itu urusan negara bukan urusan publik, tapi urusan aparat penegak hukum, sehingga perlu regulasi namanya supra struktur. Jangan cerdas dan pintar membuat supra struktur, undang-undang, regulasi dan lain sebagainya, tapi tidak dilaksanakan. Karena tidak dilaksanakan justru menyalahkan orang yang langgar aturan,” tegasnya.

Parahnya lagi, semakin banyak dibuat aturan bahkan di Bali dinyatakan kelebihan regulasi, sehingga dipastikan pembuat regulasi bisa melanggar aturan. Hal tersebut membuat penerapan regulasi di lapangan disinyalir tidak konsisten, termasuk pengawasan yang lemah.

“Dua yang lemah, yakni penerapan regulasi dan eksekutor tidak ada, siapa yang melakukan eksekusi. Apakah wisatawan menginap di hotel berbintang, hotel bintang satu, melati, home stay dan villa bodong, itu bukan kesalahan tamu atau wisatawan. Semua pelanggaran hukum itu adalah kesalahan eksekutor yang tidak menerapkan aturan. Jangan salahkan tamu. Saya pun jika ke Singapura tidak dihiraukan, saya akan frontal merokok dan buang sampah dimana-mana. Mengapa saya tertib ke Singapura, karena ada regulasi,” urainya.

Untuk itu, Inclusive Tourism diterapkan dengan memperhatikan keamanan, kenyamanan dan ketertiban disertai penerapan aturan atau regulasi, sanitasi, ekologis serta pembenahan infrastruktur dasar, seperti jalan raya, listrik, air dan aksestability atau wifi beserta sejenisnya.

“Itu harus diperhatikan, agar jangan sampai ada banjir dan masalah sampah. Jadi, regulasi itu menjadi faktor yang sangat penting diterapkan,” pungkasnya. (*/gs)

Advertisements
nyepi dprd badung
Advertisements
dprd bali nyepi
Advertisements
stikom bali
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

PARIWISATA

Fokus Destinasi Baru, Dispar Buleleng Targetkan 1,7 Juta Kunjungan Wisatawan

Published

on

By

pariwisata buleleng
Objek wisata Pantai di Buleleng. (Foto: Hms Buleleng)

Buleleng, baliilu.com – Target kunjungan wisatawan pada tahun 2025 dipatok sebesar 1,7 juta orang, yang terdiri dari 1 juta wisatawan domestik dan 700.000 wisatawan mancanegara. Suksesnya pencapaian target ini sangat bergantung pada pengembangan destinasi wisata baru yang dapat menawarkan pengalaman berbeda bagi para pengunjung. Demikian disampaikan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng Gede Dody Sukma Oktiva Askara, di ruang kerjanya, Jumat (7/2).

Lebih lanjut dijelaskan beberapa desa wisata potensial di wilayah Buleleng kini tengah digali lebih dalam, seperti Desa Julah, Desa Mayong, serta kawasan wisata Batu Ampar di barat. Pihaknya berharap, dengan pengembangan lebih lanjut, desa-desa ini dapat menarik lebih banyak wisatawan, tidak hanya dari Bali, tetapi juga dari luar daerah, dengan menyediakan pengalaman wisata yang unik dan menarik.

“Kabupaten Buleleng kini tengah fokus pada pengembangan daya tarik wisata untuk mendukung perkembangan sektor pariwisata di Bali Utara. Pengembangan daya tarik wisata baru menjadi kunci untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Buleleng,” ucapnya.

Ditambahkan, Turyapada Tower yang memanfaatkan keindahan alam dan budaya lokal, juga menjadi salah satu daya tarik wisata yang tengah dikembangkan. Dody mengungkapkan bahwa destinasi ini diharapkan dapat menjadi tambahan pilihan wisata yang lebih variatif, mendukung pertumbuhan ekonomi daerah, serta meningkatkan minat wisatawan.

Sementara itu, untuk mendukung pengembangan destinasi wisata ini, pembangunan infrastruktur dan konektivitas kawasan wisata juga menjadi perhatian serius. Salah satunya adalah perencanaan master plan untuk pengembangan kawasan wisata Pantai Binaria Lovina. Dinas Pariwisata Buleleng juga tengah bekerja untuk mengoptimalkan konektivitas kawasan wisata melalui konsep “Triple B” (Bali Utara, Bali Barat, dan Banyuwangi), yang akan mempermudah akses wisatawan ke beberapa destinasi unggulan.

Baca Juga  Gubernur Koster Harapkan Pemaknaan Sejarah Pura Tak Berhenti pada Generasi Tua

Dengan pengembangan daya tarik wisata yang menarik dan mendukung infrastruktur yang lebih baik, dirinya berkomitmen untuk menjadikan Buleleng sebagai destinasi unggulan yang mampu menarik perhatian wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

“Kami optimistis dapat mencapai target 1,7 juta wisatawan dengan berbagai strategi promosi yang telah dirancang, mengikuti tren global yang menunjukkan peningkatan minat masyarakat untuk berwisata,” pungkas Dody. (gs/bi)

Advertisements
nyepi dprd badung
Advertisements
dprd bali nyepi
Advertisements
stikom bali
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

PARIWISATA

Strategi Baru Jadikan Desa Wisata Julah Jadi Destinasi Unggulan

Published

on

By

Desa Julah
FGD: Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Buleleng saat menggelar FGD Desa Wisata Julah, Strategi Baru Jadikan Desa Tertua di Bali Destinasi Unggulan, di ruang pertemuan Kantor Desa Julah, Selasa (3/12). (Foto: Hms Buleleng)

Buleleng, baliilu.com – Desa Julah Kecamatan Tejakula, Buleleng-Bali, salah satu desa tertua di Bali, kembali menjadi sorotan dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Buleleng, Selasa (3/12).

Bertempat di ruang pertemuan Kantor Desa Julah, diskusi yang dipimpin langsung oleh Kepala Dispar Buleleng, Gede Dody Sukma Oktiva Askara, menghasilkan sejumlah strategi baru untuk mengembangkan potensi desa sebagai destinasi wisata unggulan.

Kadis Dody mengungkap bahwa Desa Julah disebut memiliki berbagai potensi wisata yang luar biasa. Kekayaan budaya seperti seni tari tradisional, kerajinan lokal, dan ritual adat menjadi daya tarik utama. Selain itu, panorama alam berupa persawahan hijau, pegunungan asri, serta lanskap pedesaan yang tenang menawarkan pengalaman wisata alam yang autentik. Sebagai salah satu desa tertua, nilai sejarah Desa Julah juga menyimpan cerita unik yang dapat menarik minat wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

Meskipun demikian, beberapa kendala seperti infrastruktur yang kurang memadai, seperti akses jalan yang sulit dan minimnya fasilitas pendukung wisata, menjadi penghambat utama. “Promosi Desa Julah yang masih terbatas juga membuat desa ini kurang dikenal luas. Selain itu, partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wisata dinilai perlu ditingkatkan agar manfaat pariwisata dapat dirasakan secara merata,” ujar Dody yang dikutip dari laman bulelengkab.go.id.

Melalui diskusi yang intens, beberapa langkah strategi disepakati untuk menjadikan Desa Julah destinasi unggulan, seperti perbaikan infrastruktur, paket wisata kreatif, promosi digital, pemberdayaan masyarakat dan.pelestarian lingkungan.

Sebagai tindak lanjutnya, akan dibentuk tim kerja yang melibatkan masyarakat, pemerintah desa, dan pihak terkait. Tim ini akan menyusun rencana pengembangan desa wisata yang dapat disampaikan kepada pemerintah dan pihak sponsor.

Baca Juga  Gubernur Koster: Susun Program yang Realistis agar Bali Bersih Narkoba

Mantan Camat Buleleng itu optimistis bahwa Desa Julah memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi destinasi wisata unggulan yang berkelanjutan. “Desa Julah tidak hanya menyimpan kekayaan budaya dan alam, tetapi juga sejarah panjang yang dapat menarik wisatawan. Dengan strategi yang tepat, desa ini dapat menjadi ikon wisata baru di Bali,” ujarnya.

Dengan semangat dan kolaborasi yang terjalin, Desa Julah siap menata langkah menuju masa depan pariwisata yang lebih cerah, menjadikannya kebanggaan baru bagi Buleleng. (gs/bi)

Advertisements
nyepi dprd badung
Advertisements
dprd bali nyepi
Advertisements
stikom bali
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca