GUBERNUR KOSTER: Berterima kasih atas dikeluarkannya stimulus kebijakan countercyclical dampak Covid-19 dalam Peraturan OJK RI No. 11/POJK.03/2020 dan Bank Indonesia yang juga menurunkan suku bunga pinjaman.
Denpasar, baliilu.com – Terkait dikeluarkannya stimulus
kebijakan countercyclical dampak Covid-19
dalam Peraturan OJK RI No. 11/POJK.03/2020 dan Bank Indonesia yang juga menurunkan suku bunga pinjaman dari 475
menjadi 450, Gubernur Bali Wayan Koster mewakili Pemerintah Provinsi Bali dan
masyarakat Bali mengucapkan terima kasih kepada pemerintah
pusat, kepada
Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia dan juga Bank Indonesia yang telah
mengeluarkan kebijakan untuk menolong dan meringankan beban pelaku usaha kecil, mikro, menengah, koperasi serta masyarakat secara
umum di Bali dalam rangka mempertahankan perekonomian di Bali sebagai dampak corona virus disease (Covid-19).
‘’Mudah-mudahan kejadian ini cepat berlalu, bisa kita lewati dengan baik nanti pada saat perayaan hari suci Nyepi tanggal 25
Maret yang akan datang. Mudah-mudahan semuanya
akan berjalan dengan baik. Badai pasti berlalu,’’ ujar Gubernur Koster optimis saat
konferensi pers bersama Kepala OJK Regional VIII Bali
Nusra Eliyanus Pongsoda, Kepala
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho, Ketua DPC PHRI Badung I
Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya di gedung Jaya Sabha, Denpasar, Kamis
(19/3-2020).
Gubernur Koster menegaskan
betapa pentingnya kebijakan ini untuk menahan dampak
negatif yang bisa memperparah keadaan akibat dari Covid-19 terhadap dunia pariwisata dan perekonomian Bali secara
keseluruhan. ‘’Karena itu kebijakan ini
menurut saya sangat penting dan perlu diketahui oleh masyarakat dan
dimanfaatkan oleh masyarakat secara baik. Saya memohon sekali lagi pada perbankan agar
berjalan dengan baik dan masyarakat juga bisa mengaksesnya dengan baik dengan
kemudahan-kemudahan yang diberikan,’’
harap Gubernur Koster.
Gubernur Koster juga
berharap agar dunia perbankan di Bali dan juga bank-bank umum lainnya agar
melaksanakan kebijakan OJK dan juga kebijakan dari Bank Indonesia yang sangat membantu di dalam
menghadapi situasi akibat dari dampak Covid-19.
‘’Para pegawai hotel
yang mungkin tidak dapat bayaran penuh atau kebetulan ada pinjaman-pinjaman di bank bisa bernegosiasi
dengan bank untuk misalnya memperpanjang masa cicilannya, menurunkan suku bunganya, dan juga
kemudahan-kemudahan lainnya,’’
kata Koster.
Begitu
juga bagi debitur atau nasabah umum lainnya termasuk pengusaha kecil, menengah dan koperasi, lanjut Gubernur Koster, bisa
melakukan restrukturisasi misalnya cicilan pokoknya bisa diperpanjang, dikurangi, ditangguhkan, kemudian suku
bunganya bisa diturunkan, tempo pembayarannya bisa diperpanjang. Tapi tentu dengan sikap yang positif, sehingga apa yang diberikan
kebijakan ini bisa dijalankan dengan baik untuk memulihkan perekonomian di Provinsi Bali.
Gubernur Koster juga menegaskan
kebijakan ini juga
sangat membantu kreditur sekaligus debitur, khususnya
pegawai hotel, travel dan semua pihak terkait untuk bisa melakukan negosiasi penurunan
suku bunga dan kemudahan lainnya. Dalam kondisi yang serba tidak menentu ini, pihak
travel, pengusaha hotel, property dan swasta dapat melakukan restrukturisasi
untuk memperbaiki manajeman bahkan menyusun pelayanan yang lebih baik ke depannya. ‘’Industri
pariwisata yang mengalami penurunan hingga 20% dapat digunakan secara bijak
oleh pelaku usaha untuk membenahi kondisi internal di perusahaannya masing-masing,’’ harap Gubernur.
Sementara itu, Kepala OJK Regional VIII Bali Nusra, Eliyanus Pongsoda mengatakan di tengah kerisauan masyarakat luas saat semakin berkembangnya penyebaran corona virus disease (Covid-19) di Indonesia khususnya di Bali, pihak Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia telah mengeluarkan stimulus perekonomian nasional sebagai kebijakan countercyclical dampak penyebaran Covid-19. Kebijakan ini dituangkan dalam Peraturan OJK RI No. 11/POJK.03/2020 yang berlaku sampai 31 Maret 2021.
‘’Oleh karena itu, perbankan atau koperasi sejak
peraturan OJK dikeluarkan hari ini (19/3-red) diharapkan
mengambil kebijakan khusus atau
langkah-langkah relaksasi bagi debitur yang mengalami
kesulitan dalam pembayaran kreditnya pada pihak bank,’’ ujar Eliyanus Pongsoda.
Eliyanus melanjutkan
dalam peraturan OJK diatur dua pokok yakni pengaturan relaksasi
kualitas aset dan pengaturan relaksasi restrukturisasi.
‘’Nanti tentu
teman-teman dari industri perbankan akan membuat suatu mekanisme, bagaimana implementasi
pelaksanaan di masing-masing perbankan dan nanti akan kita monitor dilaporkan
kepada otoritas
jasa keuangan,’’ ujarnya.
Lanjut dikatakan,
pengaturan relaksasi kualitas aset berlaku untuk kredit
yang maksimum 10 miliar, yang restrukturisasi berlaku untuk kredit yang di atas 10 miliar. ‘’Kepada
para debitur perbankan nanti teknisnya akan didiskusikan dengan teman-teman
perbankan dan debitur. Tentu dalam melakukan relaksasi teman-teman perbankan agar tetap memperhatikan
asas prinsip-prinsip
kehati-hatian,’’ ungkap Eliyanus.
Kebijakan ini, imbuh Eliyanus berlaku untuk debitur yang terdampak penyebaran Covid-19 termasuk debitur
usaha mikro, kecil, dan menengah. Bank
dapat memberikan kredit atau pembiayaan dan / atau menyediakan dana lain yang
baru untuk debitur.
Sementara itu, Kepala BI Kantor Perwakilan Bali, Trisno Nugroho menandaskan untuk menjaga
pertumbuhan ekonomi di tengah masyarakat Bali yang saat ini mengalami penurunan
drastis akibat anjloknya tingkat kunjungan wisatawan dan turunnya jumlah hunian
kamar hotel, maka pihak Bank
Indonesia memberi keringanan bagi debitur terkait suku
bunga pinjaman yang diturunkan dari 475 menjadi 450.
Selain itu kredit atau pembayaran non tunai
(QRIS) tetap diberlakukan dengan maksud mempermudah transaksi bagi masyarakat
luas. Jumlah uang kartal yang tersedia di pasaran hingga saat ini masih
memadai. ‘’Untuk
melindungi masyarakat dari segala aspek dan ruang, maka uang yang masuk ke Bank Indonesia saat ini
juga akan dikarantina oleh Bank Indonesia,’’ ujar Trisno Nugroho
Ketua DPC PHRI Badung
I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya menambahkan akibat beberapa
negara melarang warganya untuk berwisata ke Indonesia
berdampak pada tingkat hunian hotel saat ini rata-rata di Bali sudah turun
sampai 20% . Dari 146.000 hotel yang ada di
Bali, 70% di Kabupaten Badung. ‘’Maka dari itulah
dengan kebijakan ini mudah-mudahan bisa menghindari beban yang sangat berat bagi
pengusaha hotel, termasuk karyawannya. Kita sangat mengharapkan agar segera bank-bank melakukan kebijakan
OJK sesuai arahan pak Gubernur Bali. Sekali lagi terimakasih pak Gubernur, OJK dan Bank
Indonesia,’’ ujar Suryawijaya. (GS)
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja. (Foto: gs)
Denpasar, baliilu.com – Survei Konsumen Bank Indonesia pada Agustus 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi Bali meningkat. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Provinsi Bali di bulan Agustus 2024 yang tercatat sebesar 139,8, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 138,6 dan tetap terjaga pada area optimis (indeks > 100).
Optimisme konsumen yang meningkat ini sejalan dengan tingkat inflasi yang terkendali dan peningkatan kunjungan wisatawan pada peak season pariwisata di Bali. Sementara itu, sejalan dengan IKK Bali, IKK nasional tercatat sebesar 124,4, meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 123,4.
Survei Konsumen merupakan survei bulanan Bank Indonesia untuk mengetahui tingkat keyakinan konsumen mengenai kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi konsumen terhadap kondisi perekonomian ke depan.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja, menyampaikan bahwa meningkatnya Keyakinan Konsumen di Bali pada Agustus 2024 ditopang oleh capaian Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). Meningkatnya IKE dipengaruhi oleh seluruh komponen pembentuknya, terutama pada Indeks Penghasilan Saat Ini dibandingkan 6 bulan lalu yang tumbuh 4,1% dari 133,5 menjadi 139,0 dan Indeks Konsumsi Barang Kebutuhan Tahan Lama Saat Ini dibandingkan 6 bulan lalu tumbuh 3,02% dari 116,0 menjadi sebesar 119,5.
Di sisi lain, keyakinan konsumen tertahan IEK yang melambat dari 146,3 menjadi 145,5 atau turun -0,6% (mtm). Hal ini disebabkan oleh komponen pembentuk IEK yakni Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 bulan mendatang yang tercatat menurun -3,1% (mtm) menjadi sebesar 142,5. Di sisi lain, penurunan IEK tertahan oleh kenaikan Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja 6 bulan mendatang yang tumbuh 1,1% (mtm) menjadi sebesar 143,0 dan Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha 6 bulan mendatang yang tumbuh 0,3% (mtm) menjadi sebesar 151,0. Meskipun demikian, capaian tersebut secara umum masih berada pada zona optimis. Ekspektasi konsumen yang tetap terjaga di masa mendatang mempengaruhi perkembangan konsumsi rumah tangga ke depan, perkembangan investasi, meningkatnya produktivitas dan daya saing serta membuka peluang mendorong pertumbuhan ekonomi Bali yang tetap kuat. Hal ini tetap perlu diiringi dengan sejumlah langkah untuk menjaga daya beli masyarakat.
Untuk itu, Bank Indonesia bersama Pemerintah Provinsi Bali melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota se-Bali senantiasa berkoordinasi erat guna mengawal stabilitas pasokan dan harga komoditas guna menjaga tingkat inflasi Provinsi Bali tetap pada rentang kisaran target 2,5%±1%. (gs/bi)
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja. (Foto: Dok baliilu)
Denpasar, baliilu.com – Kinerja penjualan eceran di Provinsi Bali pada Agustus 2024 diprakirakan melanjutkan peningkatan dari bulan sebelumnya, tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Bali pada Agustus 2024 yang diprakirakan sebesar 116,7 atau secara tahunan tumbuh 12,3% (yoy).
Hal ini menunjukkan kinerja penjualan eceran di Provinsi Bali masih tetap terjaga atau berada di level optimis (>100). IPR Bali tetap dalam tren peningkatan selama 31 (tiga puluh satu) bulan terakhir. Survei Penjualan Eceran (SPE) Bali merupakan survei bulanan terhadap 100 penjual eceran/pengecer di Kota Denpasar dan sekitarnya yang bertujuan untuk memperoleh informasi dini mengenai arah pergerakan pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja, menyampaikan bahwa perkiraan meningkatnya penjualan eceran tersebut didorong oleh pertumbuhan Sub-Kelompok Suku Cadang dan Aksesori meningkat sebesar 4,5% (mtm), Barang Budaya dan Rekreasi sebesar 4,2% (mtm), Peralatan Informasi dan Komunikasi sebesar 3,5% (mtm) dan Bahan Bakar Kendaraan Bermotor sebesar 3,2% (mtm). Hal ini sejalan dengan peningkatan jumlah wisatawan pada peak season sehingga mendorong meningkatnya kegiatan pariwisata di Bali.
Sementara itu pada Juli 2024, IPR tercatat sebesar 114,8 atau secara tahunan tumbuh 11,9% (yoy). Peningkatan kinerja penjualan didorong oleh kenaikan permintaan dalam rangka persiapan tahun ajaran baru 2024/2025.
Sejalan dengan Bali, penjualan eceran secara nasional pada Juli 2024 juga mengalami pertumbuhan sebesar 4,5% (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Penjualan eceran di Bali diprakirakan terus mengalami peningkatan pada Oktober 2024 dan Januari 2025. Responden memprakirakan penjualan pada 3 dan 6 bulan ke depan akan mengalami kenaikan yang ditunjukkan oleh Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) Oktober 2024 dan Januari 2025 tercatat masing-masing sebesar 184,0 dan 194,0 atau lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat 178,0 dan 190,0.
Dalam menjaga kinerja penjualan eceran dan tingkat konsumsi masyarakat, Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bali senantiasa berkoordinasi erat dalam menjaga stabilitas harga komoditas agar daya beli masyarakat tetap terjaga dan ekonomi Bali tetap tumbuh kuat. (gs/bi)
CAPACITY BUILDING: Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja (nomor 2 dari kiri) didampingi Deputi Kepala Perwakilan BI Bali Diah Utari (nomor 2 dari kanan), dan Advisor Perwakilan BI Bali Butet Linda H Panjaitan (paling kanan) saat acara ’’Ngeraos Sareng Media dan Capacity Building’’ di Hotel Mahagiri Nusa Lembongan, Nusa Penida, Klungkung, Kamis, 12 September 2024. (Foto: gs)
Nusa Lembongan, Klungkung, baliilu.com – Pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan II 2024 tumbuh melambat menjadi 5,36% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang sebesar 5,98% (yoy). Namun pertumbuhan ekonomi Bali lebih tinggi dibandingkan nasional yang tumbuh sebesar 5,05% (yoy) dan menempati peringkat 7 (tujuh) dari 34 Provinsi di Indonesia.
‘’Saya rasa ini (pertumbuhan ekonomi Bali) luar biasa dan merupakan hasil kerja keras dari berbagai pihak,’’ ucap Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja saat acara ’’Ngeraos Sareng Media dan Capacity Building’’ di Hotel Mahagiri Nusa Lembongan, Nusa Penida, Klungkung, Kamis, 12 September 2024.
Dengan pertumbuhan ekonomi Bali yang sangat luar biasa di atas nasional ini, sehingga untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, menurut Erwin sangat perlu memperkuat quality tourism.
’’Sektor pariwisata sekitar 45% memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi Bali, jadi ke depan, kami melihat bahwa sektor pariwisata ini harus terus diperkuat,’’ ujarnya.
Erwin melihat ada 4 hal penting terkait quality tourism yakni pertama adalah bagaimana kita terus menerapkan sustainable practice, dimana pembangunan wisata harus menjaga keseimbangan lingkungan, pembangunan infrastrukturnya harus go green dan harus tetap melindungi kultur budaya lokal dengan mengedepankan keseimbangan antara alam dan budayanya. Kedua harus melakukan empower komunitas lokal dengan membuka lapangan pekerjaan dan menciptakan benefit bagi masyarakat lokal. Selanjutnya quality of service, dimana atraksinya harus menarik, amenitiesnya harus bagus dan juga akses kepada spot pariwisata juga harus semakin bagus dan yang terakhir ini sangat penting policy dan juga regulasi dari pemerintah yang memang mendukung terciptanya quality tourism.
Dan dari sisi pariwisata kita juga melihat bahwa sertifikasi CHSE dan juga peran dari asosiasi harus terus diperkuat supaya homestay, atraksi ataupun travel bisa bersama-sama bergabung di dalam asosiasi untuk mitigasi resiko dan juga bisa bersama-sama menciptakan pariwisata yang berkualitas di pulau Bali.
Kemudian untuk memperkuat base pertumbuhan ekonomi Bali, sebut Erwin dengan mendorong sektor pertaniannya harus maju. Kenapa? Karena Bali itu dulunya sebagai lumbung pangan dan harusnya kembali lagi sebagai lumbung pangan dan Bali ini sangat menjaga keseimbangan antara alam budaya dan juga manusianya.
’’Saya pikir keseimbangan pertumbuhan ekonomi Bali ini perlu dijaga yaitu dengan mendiversifikasikan pertumbuhan ekonomi Bali kepada sektor-sektor pertanian yang berpotensi besar menjadi bagian dari pertumbuhan ekonomi,’’ ucapnya.
Erwin menegaskan untuk menggerakkan ataupun meningkatkan sektor pertanian di Provinsi Bali ada 3 kunci penting buat Provinsi Bali ke depan. Pertama adalah terus meningkatkan produktivitas dari sektor pertanian, seperti penggunaan bibit unggul dan pupuk organik yang harus menjadi perhatian dari langkah TPID. Kedua, mendorong pertanian yang lebih sustain dan berkelanjutan. Tentunya penciptaan ekosistem pertanian ini menjadi sangat penting sekali. ’’Ke depan kami harapkan dukungan dari peraturan daerah atau regulasi yang bisa mengamankan alih fungsi lahan sehingga lahan pertanian itu tetap terjaga,’’ ujarnya.
Jika berbicara sektor pertanian, tentunya tidak hanya pertanian dalam arti padi saja, kita juga terus mendorong sektor pertanian dari sisi perikanan dan hortikultura yang juga menjadi kekuatan dari Provinsi Bali. Dan yang ketiga, hilirisasi di sektor pertanian, menjadi penting sekali.
Kunci ketiga memperkuat ekonomi di Bali adalah digitalisasi yang harus terus dikembangkan. Dari sisi pemerintah kita melihat bahwa elektronifikasi transaksi pemerintah daerah yang tujuannya membuat transparansi, lebih acountable yang ujung-ujungnya adalah untuk meningkatkan pendapatan daerah.
Selain mendorong digitalisasi dari sektor pemerintah daerah, juga digitalisasi di sisi retail, salah satunya adalah melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) yang memberikan pelayanan yang CEMUMUAH, yakni cepat, mudah, murah, aman dan handal.
Data terakhir menunjukkan bahwa sudah ada 1 juta lebih pengguna QRIS, transaksinya tumbuh sebesar 7,59 juta transaksi dengan nominal tumbuh sebesar 1,1 triliun. Jumlah merchantnya adalah 850 ribu QRIS, dimana akselerasi dari QRIS ini harus terus ditingkatkan mengingat konsentrasi dari QRIS ini masih di kota-kota besar. Dan untuk digitalisasi kita juga terus mendorong penggunaan kartu kredit Indonesia di dalam perbelanjaan transaksi pemerintah.
Hadir pada acara media Gathering Bank Indonesia tersebut sebagai narasumber wartawan senior Dahlan Iskan, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Diah Utari, dan Advisor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Butet Linda H Panjaitan dan puluhan awak media sobat BI Bali. (gs/bi)