Denpasar, baliilu.com – Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) STIKOM Bali menjadi satu-satunya PTS Bidang IT di Bali dan Nusa Tenggara yang mendapat dana insentif dari Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi karena berhasil mencapai 8 Indikator Kinerja Utama (IKU). Atas prestasi itu, ITB STIKOM Bali berhak mendapatkan dana insentif sebesar Rp 300 juta.
“Tapi intinya, insentif ini bukan tujuan kami, kami hanya bekerja sesuai aturan, mencerdaskan kehidupan bangsa dan memberi manfaat kepada masyarakat luas. Kalaupun ada insentif, ya kami anggap sebagai bonus, bahwa apa yang kami laksanakan selama ini mendapat pengakuan dari pemerintah,” kata Rektor ITB STIKOM Bali, Dadang Hermawan, merendah, Sabtu (2/11/2024).
Dr. Dadang Hermawan yang sedang menghadiri acara penyerahan dana insentif tersebut di Jakarta, per telepon selularnya menjelaskan, prestasi yang diraih ini adalah bukti kepercayaan masyarakat kepada ITB STIKOM Bali dan kerja keras seluruh civitas akademika yang terjalin baik selama ini. Dadang Hermawan menyebut, kriteria utama dari IKU adalah lulusan perguruan tinggi haruslah mendapat pekerjaan yang layak.
“Alumni kami tidak ada yang menganggur, mereka pasti kerja sesuai bidang ilmunya atau membuka lapangan kerja sendiri. Kalaupun mereka baru diwisuda, mereka hanya butuh masa tunggu 3 bulan untuk memasuki dunia kerja,” kata Dadang Hermawan.
Selain dibekali ilmu dan pengetahuan teknologi informasi terkini, lulusan ITB STIKOM Bali juga dibekali dengan kemampuan soft skill sehingga mereka mempunyai nilai jual dan mudah beradaptasi di masyarakat.
Lebih jauh Dadang Hermawan memaparkan, IKU Perguruan Tinggi adalah implementasi dari Merdeka Belajar yang digulirkan oleh Mendikbudristek sebelumnya, Nadien Makarim, sebagai performansi perguruan tinggi untuk menentukan klasifikasi perguruan tinggi serta dukungan sumberdaya dan anggaran yang akan difasilitasi oleh pemerintah.
“IKU juga menjadi sistem pengukuran kinerja guna mengevaluasi performa perguruan tinggi di Indonesia. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas dan daya saing perguruan tinggi, serta memastikan bahwa tujuan pendidikan nasional tercapai,” kata Dadang Hermawan.
Adapun ke-8 IKU tersebut adalah lulusan mendapat pekerjaan yang layak, mahasiswa mendapat pengalaman di luar kampus, dosen berkegiatan di luar kampus, praktisi mengajar di dalam kampus, hasil kerja dosen digunakan oleh masyarakat, program studi bekerjasama dengan mitra kelas dunia, kelas yang kolaboratif dan partisipatif, dan terakhir adalah program studi berstandar internasional.
Kalau ditelisik lebih mendalam, apa yang ada dalam IKU adalah cerminan dari visi ITB STIKOM sejak berdiri pada 10 Agustus 2002 dan sudah dijalankan selama ini dengan baik, yakni menjadi perguruan tinggi unggulan dan berkualitas Internasional di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
“Untuk mencapai visi itu tertuang dalam misi kami. Diantaranya, melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi secara profesional dan berkualitas; berperan secara aktif dalam pengembangan di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada masyarakat sekitar, regional dan nasional terkait dengan pengembangan dan aplikasi bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; menjalin kerja sama dengan berbagai kalangan baik dalam maupun luar negeri dalam rangka pengembangan dan peningkatan kualitas ITB STIKOM Bali,” pungkas Dadang Hermawan.
Pembina Yayasan Widya Dharma Shanti, yang menaungi ITB STIKOM Bali, Prof. Dr. I Made Bandem, MA dihubungi terpisah, mengatakan sangat bangga dan mengapresiasi atas capaian ini.
“Kami di yayasan tentu sangat bangga dan mengapresiasi kinerja yang diraih ITB STIKOM Bali selama ini. Dan capaian terakhir ini menjadi lebih istimewa karena 8 indikator kinerja utama perguruan tinggi itu sudah yang menjadi komitmen kami ketika mendirikan ITB STIKOM Bali, yang secara operasional sepenuhnya kami percayakan kepada pak rektor (Dadang Hermawan-red). Karena beliau memang bertangan dingin, kami di belakang layar memberi arahan dan dukungan,” kata Prof. Made Bandem.
Menurutnya, keunggulan ITB STIKOM Bali karena menjadi satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang mengolaborasikan kecanggihan teknologi informasi dengan seni dan budaya, sehingga sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, terutama dalam mendukung pelestarian seni dan budaya.
“Banyak sekali aplikasi ciptaan mahasiswa dan dosen kami tentang seni budaya. Karena ilmu IT memang bisa masuk ke semua sektor kehidupan manusia, termasuk seni dan budaya. Dan yang membanggakan lagi, tidak ada alumni kami yang menganggur, mereka pasti kerja sesuai bidangnya,” tutup Prof. Made Bandem, yang juga mantan Rektor ISI Denpasar dan ISI Yogyakarta ini. (eka/bi)