Denpasar, baliilu.com
– Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) menyatakan dalam
penanganan Covid-19, Bali tak memilih untuk menerapkan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) sebagaimana yang ditempuh sejumlah daerah. Dengan
mengoptimalkan peran seluruh komponen, termasuk desa adat melalui pembentukan satgas
gotong-royong, Bali terbukti mampu membendung penyebaran Covid-19.
Demikian dikatakan Wagub Cok Ace ketika tampil sebagai pembicara
pada kegiatan seminar daring (webinar) yang dilaksanakan sebuah televisi nasional,
Kamis (25/6-2020). Webinar juga menampilkan tiga narasumber lainnya yaitu
Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta dan
Rektor Institut Pariwisata dan Bisnis Internasional (IPBI) I Made Sudjana.
Webinar diikuti oleh 450 peserta dan dapat langsung berinteraksi dengan para
narasumber.
Dalam kesempatan itu, Wagub Cok Ace juga menguraikan
kronologis masuknya Covid-19 ke daerah Bali. Merunut ke belakang, kasus positif
Covid-19 di daerah Bali pertama kali ditemukan, 4 Maret 2020. Di awal
perkembangannya, kasus positif Covid-19 didominasi oleh kasus imported case yang dibawa oleh pelaku
perjalanan dari negara-negara terjangkit.
Menurut Cok Ace, penambahan kasus positif dari imported case sejalan dengan kepulangan
Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Bali. Saat itu, penanganan Covid-19
difokuskan pada upaya lokalisir melalui pemeriksaan yang sangat ketat terhadap
PMI yang baru tiba. Bila dari hasil tes, PMI menunjukkan hasil positif,
penanganannya langsung diambil alih gugus tugas provinsi. Sementara yang hasil
tesnya negatif, diarahkan ke kabupaten/kota untuk menjalani proses karantina.
Namun seiring waktu, beberapa minggu terakhir terjadi tren
peningkatan kasus positif Covid-19 yang disebabkan transmisi lokal. Klaster
pasar menjadi episentrum penularan Covid-19 dan saat ini gugus tugas provinsi
dan kabupaten/kota sedang berupaya untuk menahan laju penyebaran pandemi ini.
‘’Memang perlu semangat dan tenaga lebih besar dalam
penanganan transmisi lokal. Saya berharap kasus Covid-19 tak makin bertambah
sehingga kita bisa melaksanakan time line
new normal yang telah dirancang yaitu dimulai 9 Juli 2020 mendatang,’’ ujar
Cok Ace.
Wagub Cok Ace menegaskan , kehidupan dengan tatanan baru di daerah
Bali akan dilaksanakan secara bertahap. Kami masih menginventarisir objek-objek
mana saja yang aman untuk dibuka. New normal jangan langsung dikaitkan dengan
pembukaan sektor pariwisata untuk wisatawan asing, karena sejumlah negara yang
menjadi market kita pun masih terikat dengan kebijakan yang saat ini masih
diberkukan seperti pembatasan untuk bepergian.
Tahap pertama new normal diperuntukkan bagi masyarakat
lokal. Misalnya rekreasi dan olah raga, dimana masyarakat lokal juga
membutuhkan. Inilah yang kita buka secara bertahap dan selektif.
Pelaku pariwisata di era new normal akan menghadapi
tantangan yang berat. Mereka harus mengeluarkan biaya lebih besar karena wajib
menerapkan protokol kesehatan untuk memberi rasa aman bagi wisatawan. Di pihak
lain, jumlah kunjungan wisatawan belum akan normal karena dibatasi oleh
protokol kesehatan dalam pesawat dan regulasi lainnya. Kita punya jumlah kamar
yang cukup banyak dan harus bersaing dengan kompetitor dalam dan luar negeri.
‘’Meski tantangan dan persaingan yang akan dihadapi ke
depannya sangat berat, saya berharap komponen pariwisata Bali tetap optimis. Di
tengah pandemi yang belum tahu kapan berakhir, kita tak bisa memilih antara
ekonomi dan kesehatan. Kita harus cerdas dan bijak agar keduanya tetap berjalan
secara selaras,’’ ungkapnya.
Agar tahapan yang telah dirancang pemerintah dapat terlaksana
sesuai jadwal, Cok Ace memohon dukungan seluruh masyarakat untuk disiplin
menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 seperti menggunakan masker,
rajin mencuci tangan, jaga jarak dan menjaga kesehatan.
Sementara itu, Bupati Giri Prasta dan Bupati Suwirta kompak
menyatakan dalam penanganan Covid-19 mereka satu komando dengan gugus tugas
provinsi dan nasional. Bupati Suwirta sangat berterima kasih atas dukungan
penuh gugus tugas provinsi dalam penanganan kasus transmisi lokal Pasar
Galiran. Rektor IPBI I Made Sudjana menilai langkah yang diambil Pemerintah
Daerah Bali dalam penanganan Covid-19 telah cukup efektif. (*/gs)