Denpasar, baliilu.com
– Dalam sebuah wawancara dengan televisi local Bali, Senin siang
(30/3-2020), Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan dalam waktu dekat ada puluhan
ribu warga Bali yang bekerja di luar negeri akan pulang ke Bali. Mereka yang
pulang atas keinginan sendiri dan kebijakan pemerintah setempat, ada sebagai
pekerja kapal pesiar, spa, kuliah atau bekerja di bidang tertentu. ‘’Dalam
waktu dekat pekerja Bali di kapal pesiar di Italia akan balik ke Bali. Jumlahnya
mencapai sekitar ratusan orang,’’ ujar Gubernur Koster.
Untuk menangani kedatangan PMI asal Bali ini, Pemerintah
Provinsi Bali melalui Satgas Covid-19 sudah menyiapkan pintu penerimaan di
bandara I Gusti Ngurah Rai. Dimana, mereka melalui jalur khusus dengan seleksi
sesuai protap yang akan diawasi dengan ketat dengan protokol kesehatan.
Satgas Covid-19 juga sudah menyiapkan karantina yang tempatnya representatif. Seperti di Balai Pendidikan Latihan Pegawai dan Pejabat Struktural, di Balai Latihan Kesehatan milik Provinsi Bali, di Balai Latihan Kementrian PU, di Balai Latihan milik Perhubungan yang tempatnya cukup memadai dan layak dipakai.
‘’Kita memiliki sekitar 1.000 tempat tidur dengan kamar yang layak ber AC, jadi lebih baik daripada karantina di Pulau Natuna. Kemudian konsumsinya disiapkan secara gratis oleh Pemerintah Provinsi Bali, tenaga medis, tenaga keamanan. Jadi saya minta yang pulang ini akan dikawal dengan ketat oleh polisi dan TNI dan harus tertib tidak boleh ada yang melawan,’’ tegas Gubernur Koster.
Dikatakan, jika warga Bali itu datang dari negara yang terjangkit
akan dikarantina kemudian akan diperiksa dengan rapid tes. Kalau negative maka dibolehkan pulang.
Sementara itu terkait informasi ada eksodus dari luar Bali
ke Bali pasca hari suci Nyepi, Gubernur Koster
sudah mengecek langsung melalui petugas Perhubungan dan juga melalui
jajarannya yang ada di partai dan dengan satgas yang ada di wilayahnya, ternyata
yang dari luar masuk ke pintu pelabuhan Gilimanuk itu adalah orang Bali yang
waktu hari suci Nyepi pergi pulang kampung ke Jawa.
Usai Nyepi mereka lantas balik kembali ke Bali. Mereka ada
yang menggunakan sepeda motor, bus, ada mobil pribadi. Setelah diperiksa memang
adalah warga yang tinggal di Bali, alamatnya di Bali, mereka balik ke Bali. ‘’Kalau
dibilang mencapai 42 ribu itu nggak bener. Saya sudah memiliki daftar lengkap
berapa orang yang menyebarang dengan jalan kaki, kendaraan pribadi, bus itu
totalnya ada sekitar 11 ribu,’’ ungkapnya.
Jika dibandingkan dengan tahun lalu, lanjut Gubernur, terjadi penurunan yang sangat jauh. Orang yang keluar Bali yang kemudian balik ternyata tidak semua balik mungkin masih menunda, walaupun sudah selesai hari raya Nyepi. ‘’Mereka tidak balik karena juga nggak kerja, sekolah juga tidak. Jadi sebagian besar belum balik. Memang ada yang balik, tapi tidak sebanyak tahun lalu,’’ ujarnya.
Jadi Gubernur memohon kepada semua pihak, masyarakat Bali
jangan menilai bahwa itu orang baru yang datang ke Bali. Mereka adalah warga Bali
yang waktu Nyepi mereka sedang pulang kampung ke daerahnya di Jawa. ‘’Setelah
nyepi balik lagi. Sebagai orang Bali di sini dia punya hak dan kita layani.
Jangankan dari dalam negeri yang dari luar negeri saja balik ke Bali harus kita
izinkan, kita tangani sesuai dengan protokol kesehatan,’’ tegas Koster seraya
mengatakan jangan sampai panik, ini kan orang Bali karena memang tinggal di Bali.
Sementara itu terkait penutupan pintu masuk melalui darat,
udara dan laut sejauh ini kewenangan untuk melakukan lockdown sesuai arahan kebijakan bapak presiden, kewenangan pusat.
Jadi pemerintah daerah tidak boleh lockdown
atau menutup wilayahnya secara total dari berbagai akses pintu masuk
transportasi. Karena segala sesuatu yang diputuskan dijadikan sebagai kebijakan
harus sinkron dengan kebiijakan Pusat. ‘’Untuk membatasi interaksi pergerakan
masyarakat yang keluar Bali atau masuk ke Bali sifatnya hanya imbauan,’’
ujarnya.
Menurut Gubernur, imbauan tersebut sudah berjalan dengan baik. Sekarang ini kita ngerem bagaimana pergerakan orang luar Bali yang mau masuk ke Bali. Untuk ini, aksesnya ada di bandara, dan pelabuhan adalah kewenanagan pemerintah pusat.
‘’Kemarin saya sudah berkirim surat kepada Pak Menteri Perhubungan agar melakukan pengawasan secara ketat dan melakukan seleksi pada semua pintu masuk akses ke Bali. Baik melalui bandara maupun melalui pelabuhan. Saya sudah WA secara langsung Pak Menteri Perhubungan yang sekarang dijabat Menko Maritim, beliau sudah merespons kemudian saya langsung juga kemarin malam telpunan dengan Pak Dirjen Hubungan Laut dan Dirjen Hubungan Darat mengenai untuk memperkuat pengawasan para penumpang atau juga kendaraan yang masuk ke Bali lewat darat.,’’ katanya
Gubernur meminta agar diseleksi secara ketat harus melakukan protokol kesehatan. ‘’Beliau sudah menyanggupi sekarang mulai hari ini dalam pelaksanaan. Saya menganjurkan di semua pintu masuk pelabuhan agar membuat posko untuk melakukan koordinasi pelaksanaan tugas di lapangan, menyiapkan ruang isolasi sekiranya ada penumpang atau warga yang setelah diperiksa ternyata demam harus diisolasi,” ujarnya.
Tentunya dengan imbauan ini, lanjut Gubernur, kita berharap orang yang masuk ke Bali akan berkurang kecuali ada kepentingan khusus seperti yang dikecualikan penanganan logistik, suplay pangan sandang papan, kemudian juga penanganan kesehatan, keamanan atau tugas pemerintah pusat dan daerah atau juga masyarakat yang memiliki keperluan atau kepentingan sangat darurat. ”Tetapi menurut saya, kalau tujuannya untuk berkunjung atau berwisata ke Bali atau melakukan kegiatan yang tidak penting saya minta supaya langsung dicegat saja di pelabuhan,’’ tegasnya. (*/gs)