Badung,
baliilu.com – Gerakan literasi di Bali nampak masih
sunyi-senyap, di mana minat masyarakat untuk menulis maupun membaca karya
sastra masih terbilang sangat kurang. Padahal di Bali sendiri, budaya literasi
sudah ada sejak dahulu kala di mana para leluhur, bahkan sudah menanamkan
literasi dari sejak lahir sampai manusia itu meninggal.
Misalnya, sejak anak lahir sudah
dilaksanakan ritual dengan menggoreskan aksara pada pembungkus ari-ari dengan
maksud untuk mewariskan literasi pada generasi untuk dilanjutkan pada
kehidupannya. Namun dengan masuknya era modernisasi saat ini, maka budaya
literasi mulai terkikis.
“Bahkan generasi milenial saat ini,
ketika membaca suatu karya sastra atau suatu tulisan, tidak ada usaha untuk
memahami lebih jauh arti dari tulisan tersebut. Untuk itu banyak anak-anak saat
ini yang mudah terkena hoaks, maka dari itu budaya literasi di Bali harus lebih
digalakkan lagi sebagai upaya mengembangkan kemampuan pemahaman generasi muda
di Bali,” demikian diungkapkan oleh Ketua TP PKK Provinsi Bali Ny Putri
Koster saat menjadi narasumber pada acara Lit Writing Club, Museum Becak
Indonesia, Hotel Losari, Badung pada Sabtu (1/2/2020).
Lebih lanjut, Ny Putri Koster yang juga
menggemari karya sastra puisi mengatakan bahwa pandangan masyarakat pada
umumnya tentu saja menempatkan tulisan sebagai alat inskripsi pikiran atau
perasaan, sehingga tulisan itu sebagai wahana yang dapat mengabadikan tidak
hanya pikiran dan perasaan penulisnya, tetapi di dalamnya sekaligus terkandung
nilai-nilai yang dapat dijadikan panutan bagi penikmatnya.
Justru dengan diciptakannya tulisan,
nilai-nilai itu dapat hidup dan bertahan sepanjang masa untuk diwariskan dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Pada masyarakat Bali, melalui bahasa
tulis mampu terlihat segala aspek kehidupan manusia baik fisik maupun mental
spiritual. Selain itu, bahasa tulis nantinya juga mampu sebagai perekam budaya
masyarakat Bali.
Jika suatu saat, lanjut seniman multitalenta
ini, bahasa lisan tidak digunakan lagi, dengan demikian bahasa tulis dapat
menembus batas ruang dan waktu serta lintas generasi. Untuk itu, kegiatan baca
tulis dapat sebagai implementasi kegiatan literasi, yang sangat diharapkan
selalu diteruskan dari generasi ke generasi khususnya pada generasi muda Bali
saat ini guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan membuka cakrawala
berpikir positif untuk kemajuan kehidupan.
“Maka saat ini Pemerintah Provinsi Bali terus
berupaya menggencarkan kegiatan literasi khususnya di sekolah-sekolah.
Kendati demikian, kegiatan literasi bukan saja menjadi tanggung jawab sekolah,
namun menjadi tanggung jawab bersama yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Semua itu harus bersinergi untuk mencapai tujuan bersama, tujuan nasional yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Literasi nasional akan berhasil jika literasi
dimantapkan di daerah-daerah dengan potensi lokal yang kaya dengan muatan
budaya yang adiluhung, salah satunya daerah Bali,” ujarnya.
Dalam acara yang dihadiri oleh para komunitas
menulis di Bali atau “Lit Writing Club” tersebut juga dilakukan launching novel
karya dari Mina Megawati yang berjudul “Dari High Heels ke Sendal Jepit”. (*/balu1)