Thursday, 21 September 2023
Connect with us
https://www.baliviralnews.com/wp-content/uploads/2022/06/stikom-juni-25-2022.jpg

BUDAYA

Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari Peguyangan Denpasar: Tempat Jalan Hidupkan Daya Dalam Tubuh

BALIILU Tayang

:

de
PELINGGIH HYANG SIWA: Posisi di Tengah-tengah Menghadap ke Empat Punjuru Mata Angin

BALI dijuluki pulau seribu pura, karena memang memiliki banyak pura yang diperkirakan berjumlah 12.000-an lebih. Namun dari seluruh pura yang berdiri di Bali, Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari Pengideran Dewata Nawa Sangha yang berada di wilayah Banjar Pondok Desa Peguyangan  Kaja Kecamatan Denpasar Timur Denpasar terbilang unik. Secara struktural pura ini berbeda dari pura-pura lainnya walaupun pola yang dipakai sudah begitu dikenal yakni pengider-ider dewata nawa sanga.

Untuk mengenal lebih jauh keberadaan Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari Pengideran Dewata Nawa Sangha, baliilu menemui Jro Dewa Niang Mangku yang sekaligus pengempon tunggal pura yang diperkirakan dibuat sejak 10 keturunan nenek moyangnya atau sekitar abad ke-17-18. 

de
JRO DEWA NIANG MANGKU: Pengempon Tunggal Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari

Dari penuturan Jro Dewa Niang Mangku dan juga mengutip dari hasil penelitian Kajian Estetika Hindu yang dilakukan Dr. Drs. I Nyoman Linggih, M.Si dan Dr. Dewa Ketut Wisnawa, S.Sn, M. Ag dari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar tahun 2019 perihal ‘’Sasolahan Legong Dedari di Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari Pengideran Dewata Nawa Sangha’’, bahwa pura ini dibangun oleh leluhurnya  Dewi Ibu sesuai yang tersurat di bancangah Dewa Manggis Kuning yang disimpan di pura. Disebutkan Dewa Alit dari Peraupan beristri dengan Jro Manoraga dari Kadua. Setelah medwijati bergelar Dewi Ibu.

de
DR. DRS. I NYOMAN LINGGIH, M.SI: Bersama Dr. Ketut Wisnawa, S.Sn, M. Ag Meneliti Sasolahan Legong Dedari di Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari Pengideran Dewata Nawa Sangha

Jro Dewa Niang Mangku menuturkan bahwa Jro Manoraga yang bergelar Dewi Ibu konon memiliki kelebihan dari manusia biasa. Memiliki kesaktian yaitu ketika hamil jika beliau merasa letih membawa kandungannya, ia dapat menitipkan anak kandungannya pada bunga teratai. Itu sebab di pura ini selalu ada bunga teratai sampai kini.

Setelah putranya lahir keanehan kembali terlihat, dimana putranya lahir tanpa pusar. Baik Jro Manoraga dan putranya keduanya sama-sama sakti, disegani orang-orang dan mampu menyembuhkan orang dari berbagai macam penyakit. Dewi Ibu ini juga memiliki jnana yang tinggi. Konon bisa pulang pergi ke sorga. Apa yang dilihat di sorga  lalu dibuat di dunia. Maka, dibuatlah Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari Pengideran Dewata Nawa Sangha.

Baca Juga  Wayan Koster Minta Bebaskan Bali dari Tengkulak agar Petani tak Merugi
de
TAMPAK DEPAN: Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari Beradadi Jalan Antasura Denpasar Tampak dari Depan

Pada saat membuat pura tersebut tidak dilakukan oleh manusia biasa melainkan para pengayah atau orang-orang yang datang membantu namun entah dari mana asalnya. Serempak datang pengayah dari rimur, selatan, barat, utara dan setiap sudut bersorak sorai. Lalu secara tak kasat mata Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari tiba-tiba selesai dibangun. Setelah wafat Dewi Ibu konon dikubur di jaba Pura Dalem Kahyangan dan setelah beberapa hari dibongkar kembali, jasadnya sudah tidak ada hanya tersisa kwangen dan diyakini Jro Manoraga yang bergelar Dewi Ibu ini moksa.

Secara etimologis, seperti yang dituturkan Dr. Linggih, bahwa Catur Kanda Pat Sari Pengideran Dewata Nawa Sangha berarti empat ajaran utama tentang atau untuk mencapai kesaktian atau kemasyuran yang merupakan sinar suci dari sembilan dewata nawa sanga yang menduduki sembilan penjuru mata angin.

Kanda pat lanjut Linggih merupakan salah satu aliran spiritual dan kebhatinan yang berkembang di Bali yang di dalamnya menguraikan berbagai teori tentang kehidupan manusia dari awal hingga akhir serta kekuatan yang diberkahi dewa untuk melindungi manusia dari berbagai macam gangguan.

de
PELINGGIH HYANG SIWA: Sebagai Sentral dari Pelinggih-pelinggih Dewata Nawa Sanga yang Ada

Dalam kanda pat sari disebutkan ada banyak intisari/kekuatan/daya dalam tubuh manusia yang harus mendapat perhatian yakni intisari yang perlu dihidupkan, dikembangkan karena sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Ada kekuatan yang perlu dikendalikan karena kekuatan tersebut dapat merusak atau mendukung kehidupan manusia, ada intisari yang patut dilindungi karena dapat menentukan hidup-matinya manusia.

Intisari/kekuatan atau daya dalam tubuh manusia itulah yang disebut sarining merta. Cara menghidupkan, mengembangkan, mengendalikan dan melindungi sarining merta tersebut yakni dengan meditasi yang diturunkan oleh Bhatara Siwa dan merupakan meditasi khusus yang disebut meditasi sarining merta agar dapat membuka, membangkitkan dan menghidupkan tirta amerta (panca tirtha) yang ada dalam diri manusia.

de
PURA LUHUR CATUR KANDA PAT SARI: Asri, Dikelilingi Taman Dengan Pohon Teratai Berwarna-warni Sesuai Arah Mata Angin

Dalam prakteknya tirta amerta itu diposisikan di empat penjuru mata angin dan di tengah-tengah utama mandala pura sebagai pusatnya dan dilindungi oleh panca dewata. Tirta Kamandalu terletak di utara pada tetamanan Hyang Wisnu, Tirta Sanjiwani berada di timur pada tetamanan Hyang Iswara, Tirta Pawitra terletak di selatan pada tetamanan Hyang Brahma, Tirta Kundalini terletak di barat pada tetamanan Hyang Mahadewa dan Tirta Hamerta Kesuma terletak di tengah pada pelinggih Hyang Siwa. Konsep padma buana sebagai stana dewata nawa sanga dalam bentuk mikro diterapkan di Pura Catur Kanda Pat Sari Pengideran Dewata Nawa Sangha.

Baca Juga  Walikota Rai Mantra Kembali Tegaskan Warga Denpasar Tidak Pulang Kampung

Sesuai bancangah Dewa Manggis Kuning tersurat bahwa sepuluh generasi di atas keluarga Jro Dewa Niang Mangku ialah Anak Agung Manggis yang bersaudara dengan Anak Agung Manggis Dimade dan Anak Agung Manggis Rirangki. Beberapa dekade terakhir pura ini diempon dan disungsung oleh desa-desa yang berada di sekitar pura. Namun kemudian pengempon dan penyungsung-nya mulai menyusut sampai akhirnya yang menjadi pengempon saat ini hanyalah keluarga Jro Dewa Niang Mangku yang terdiri dari tiga orang. Suaminya Dewa Made Suci dan putranya Dewa Rai Anom.

Berbagai peristiwa keluarga membuat pura tidak terawat. Baru pada tahun 1995 pura direnovasi. Renovasi kembali dilakukan tahun 2007 setelah mendapat perhatian dari penekun spiritual dan mulai saat itu pula lingkungan pura ditata dan pelinggih dipugar sesuai keadaan aslinya.

Dari pengamatan baliilu struktur pelinggih di Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari Pengideran Dewata Nawa Sangha sebagai berikut. Pertama: pelinggih Hyang Siwa yang berada tepat di tengah-tengah berbentuk bangunan sama sisi menghadap ke empat penjuru mata angin dengan 7 tangga masing-masing sisinya.

de
PELINGGIH HYANG ISWARA: Berada di Sisi Timur Menghadap ke Pelinggih Hyang Siwa ke Barat

Kedua: pelinggih Hyang Iswara  berbentuk padma capah, pada pelinggih ini terdapat 5 buah padma kecil serta di bagian depan terdapat arca Hyang Iswara. Pelinggih ini terdapat di bagian timur pelinggih Bhatara Siwa menghadap ke barat. Di belakang pelinggih Hyang Iswara terdapat pelinggih tetamanan berupa padmasari dan pengaruman. Ada 7 arca yang ditempatkan di masing-masing sudut dan di sebelah kanan pelinggih padmasari ada sebuah sumur kecil  sebagai tempat memohon tirta yang disebut Tirta Sanjiwani. Areal pelinggih tetamanan dikelilingi kolam lengkap dengan teratai putih. Di luar kolam terdapat perantenan.

de
PELINGGIH HYANG ISWARA TAMPAK BELAKANG: Pelinggih Hyang Iswara Tampak dari Belakang, Ada Pelinggih Tetamanan

Ketiga: pelinggih Hyang Maheswara berada di sudut tenggara yang berbentuk dugul tumpang 8.

Baca Juga  Gubernur Koster Sampaikan Selamat Menjalankan Ibadah Puasa kepada Umat Muslim
de
PELINGGIH BRAHMA: Berada di Sisi Selatan Menghadap ke Pelinggiuh Hyang Siwa ke Utara

Keempat: pelinggih Hyang Brahma yang berada di sisi selatan menghadap ke pelinggih Hyang Siwa. Pelinggih berbentuk padma capah dengan 9 padma kecil di depannya ada arca Hyang Brahma. Di areal tetamanan ini juga ada sumur kecil sebagai tempat memohon Tirta Kamandalu. Di luar areal bagian belakang ada perantenan.

de
PELINGGIH TETAMANAN HYANG BRAHMA: Menghadap ke Selatan

Kelima: pelinggih Hyang Rudra berada di posisi barat daya berbentuk pelinggih dugul tupang 3.

de
PELINGGIH HYANG MAHADEWA; Berada di Sisi Barat Menghadap Ke Pelinggih Hyang Siwa

Keenam: pelinggih Hyang Mahadewa terletak di sisi barat menghadap ke timur ke pelinggih Hyang Siwa  berbentuk padma capah, terdapat 7 buah padma kecil di depannya ada arca Hyang Mahadewa. Di areal pelinggih tetamanan terdapat sumur kecil sebagai tempat memohon Tirta Kundalini. Di bagian belakang di luar areal tetamanan terdapat perantenan.

de
PELINGGIH TETAMANAN HYANG MAHADEWA: Menghadap ke Arah Barat

Ketujuh: pelinggih Hyang Sangkara terdapat di sudut barat laut berupa pelinggih dugul tumpang tiga menghadap ke tenggara.

de
PELINGGIH HYANG WISNU: Berada di Sisi Utara Pelinggih Menghadap Ke Arah Pelinggih Hyang Siwa

Kedelapan: pelinggih Hyang Wisnu berada di sisi utara menghadap ke selatan berbentuk padma capah dengan 4 buah padma kecil di depannya terdapat arca Hyang Wisnu. Di areal pelinggih tetamanan terdapat sumur kecil sebagai tempat memohon Tirta Pawitra. Di bagian belakang di luar areal tetamanan terdapat perantenan.

de
PELINGGIH TETAMANAN HYANG WISNU: Pelinggih Menghadap ke Arah Utara

Kesembilan: pelinggih Hyang Sambu terletak di sisi timur laut menghadap ke barat daya berupa pelinggih dugul tumpang 6.

de
PELINGGIH RATU AYU MAS MEKETEL: Pelinggih Ratu Ayu Mas Meketel Saat Upacara di Pura Luhur

Selain sembilan pelinggih utama terdapat pelinggih Ratu Ayu Mas Meketel yang berada di antara pelinggih Hyang Wisnu dan Hyang Sambu  berupa piasan saka pat menghadap ke selatan. Pelinggih ini difungsikan sebagai tempat dilinggihkannya Ida Sesuhunan Ratu  Ayu Mas Meketel berupa rangda ketika lunga saat upacara piodalan.

de
PELINGGIH RATU KIDUL DAN DEWI KWAM IM: Berada di Sisi Paling Selatan

Pelinggih tambahan yang belum lama dibangun yakni pelinggih Ratu Kidul dan pelinggih Dewi Kwam Im yang berada di sisi paling selatan menghadap ke utara. *balu01

Advertisements
galungan dprd badung
Advertisements
galungan pemprov
Advertisements
dprd bali
Advertisements
iklan galungan PDI Perjuangan Bali
Advertisements
hut ri
Advertisements
hut bali dprd badung
Advertisements
iklan
Advertisement
Klik untuk Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BUDAYA

Jaya Negara Hadiri Pelaksanaan Pitra Yadnya dan Atma Wedana Desa Adat Bekul

Published

on

By

walikota jaya negara
SERAHKAN PUNIA: Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara menyerahkan punia saat menghadiri puncak upacara Pitra Yadnya lan Atma Wedana yang dilaksanakan di Bale Peyadnyan Desa Adat Bekul, pada Selasa (19/9). (Foto: ist)

Denpasar, baliilu.com – Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara menghadiri puncak upacara Pitra Yadnya lan Atma Wedana yang dilaksanakan di Bale Peyadnyan Desa Adat Bekul, pada Selasa (19/9). Pelaksanaan karya tersebut merupakan wujud Sradha Bhakti umat kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa serta membantu sesama Umat Hindu.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut Anggota DPRD Kota Denpasar, I Putu Gede Menala Wisnawa, tokoh masyarakat, IGN Gede Marhaendra Jaya, serta keluarga peserta upacara Pitra Yadnya lan Atma Wedana.

Di sela-sela upacara tersebut Walikota Denpasar, IGN Jaya Negara mengapresiasi kepada pihak Desa Adat Bekul yang telah menyelenggarakan upacara Pitra Yadnya lan Atma Wedana ini. Dimana, upacara ini merupakan penyucian roh leluhur yang telah tiada agar dapat menyatu dengan Tuhan.

Lebih lanjut dikatakannya, selain penyucian roh leluhur, secara tidak langsung pelaksanaan ini juga dapat meningkatkan rasa kekeluargaan serta mampu mengurangi biaya dan tenaga dalam pelaksanaan upacara tersebut. Hal ini sejalan dengan spirit Vasudhaiva Khutumbamam yang bermakna kita semua bersaudara.

“Kami sangat mendukung pelaksanaan upacara ini, dan berharap dapat secara berkelanjutan dilaksanakan sehingga dapat memberikan dampak yang positif dalam pelaksanaan yadnya atau korban suci di kalangan masyarakat,” pungkas Jaya Negara.

Sementara Bendesa Adat Bekul, I Made Yuliarta saat ditemui mengatakan, pelaksanan upacara Pitra Yadnya Lan Atma Wedana secara massal ini merupakan upacara rutin yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali di Desa Adat Bekul.

Lebih lanjut, rangkaian dalam upacara tahun 2023 ini telah dimulai dari tanggal 22 Agustus 2023 lalu yang diisi dengan upacara Matur Piuning Karya di Pura Kayangan Tiga dan Pura Prajapati. Dan saat ini merupakan puncak acara yang diisi dengan upacara Melaspas Sekah, Mepurwa Daksina, dan Rsi Bojana. Yang mana dalam upacara ini diikuti sebanyak 47 peserta Ngaben Nyekah dan 24 Ngelangkir.

“Kami mengucapkan banyak terimakasih atas dukungan dan kehadiran dari Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, dan kami berharap dengan dukungan ini pelaksanaan ini dapat terus berlanjut sehingga dapat memberikan dampak yang positif bagi masyarakat,” pungkas Made Yuliarta. (eka/bi)

Baca Juga  Kunjungan Objek Wisata Meningkat, Gubernur Minta Semua Pihak tak Terpengaruh Ajakan tak Patuhi Prokes

Advertisements
galungan dprd badung
Advertisements
galungan pemprov
Advertisements
dprd bali
Advertisements
iklan galungan PDI Perjuangan Bali
Advertisements
hut ri
Advertisements
hut bali dprd badung
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

BUDAYA

Bupati Giri Prasta Hadiri Karya Atma Wedana Banjar Juwuk Legi Baturiti

Published

on

By

giri prasta
KARYA ATMA WEDANA: Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta menghadiri Karya Atma Wedana Ngaben Massal dan Manusa Yadnya Kinembulan Banjar Juwuk Legi, Desa Adat Batunya, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan Minggu (17/9). (gs/bi)

Tabanan, baliilu.com – Sebagai wujud komitmen Pemerintah Kabupaten Badung dalam melestarikan adat agama tradisi seni dan budaya, Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta menghadiri Karya Atma Wedana Ngaben Massal dan Manusa Yadnya Kinembulan Banjar Juwuk Legi, Desa Adat Batunya, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan Minggu (17/9).

Karya yang diikuti 44 sawa dan 40 orang mepandes, turut dihadiri Perbekel Desa Batunya Made Riasa, Bendesa Adat Batunya Nyoman Wirawan serta krama pemilik sawa. Sebagai bentuk motivasi dan perhatian, Bupati Giri Prasta menyerahkan bantuan dana secara pribadi sebesar Rp. 40 juta.

Dalam sambrama wacana-nya Bupati Giri Prasta menyampaikan rasa syukur karena dapat hadir sekaligus mendoakan agar pelaksanaan upacara Atma Wedana dan Manusa Yadnya Kinembulan Desa Adat Batunya bisa berjalan lancar sesuai tatanan yang ada sebagai wujud bakti atau penghormatan terhadap para leluhur.

“Saya merasa bersyukur dapat hadir, sekaligus ikut mendoakan agar pelaksanaan Karya Atma Wedana dan Manusa Yadnya Kinembulan di Desa Adat Batunya bisa berjalan lancar dan labda karya, terlebih upacara Atma Wedana ini merupakan wujud penghormatan atau rasa bakti terhadap leluhur,” ujarnya.

Pihaknya juga mengajak semeton semua untuk selalu berlandaskan Tri Hita Karana atau tiga penyebab kebahagiaan, yang pada intinya mengajarkan tentang keseimbangan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan. Ketiga keseimbangan tersebut merupakan penyebab terjadinya kebahagiaan, dan juga semua harus selalu berpedoman dengan ajaran Agama Hindu berlandaskan Dharmaning Leluhur, Dharmaning Agama dan Dharmaning Negara. Dimana Dharmaning Leluhur mengingatkan kita untuk selalu ingat kepada leluhur, Dharmaning Agama mengingatkan untuk selalu ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan srada bakti dalam semua kegiatan. Dan Dharmaning Negara mengingatkan untuk berperan aktif mendukung program pemerintah dan pembangunan, begitu juga pemerintah akan selalu mengayomi paiketan untuk saling bersinergi berjalan bersama di dalam kemajuan dan kesejahteraan masyarakatnya.

Baca Juga  Gubernur Koster Sampaikan Selamat Menjalankan Ibadah Puasa kepada Umat Muslim

“Dengan dilaksanakan dharmaning ini, diharapkan bisa mempererat persaudaraan dan persatuan pasemetonan yang ada agar tidak terpecah-belah, seraya berharap rangkaian karya dapat berjalan dengan lancar labda karya sida sidaning don gemah ripah loh jinawi,” imbuhnya.

Sementara manggala karya Made Sudarma menyampaikan terima kasih atas kehadiran Bupati Badung Nyoman Giri Prasta dan undangan lainnya dalam upacara Karya Atma Wedana dan Manusa Yadnya Kinembulan ini. Dimana persiapan dimulai dari bulan Juli 2023 dan menghabiskan waktu kurang lebih tiga bulan.

“Dimulai dengan matur piuning, dan kemarin tanggal 16 September dilaksanakan ngeplugin dan ngeringkes, dilanjutkan tanggal 22 September 2023 meajar-ajar ke Danau Beratan dan terakhir tanggal 24 September 2023 dilaksanakan ngunggahin ke masing-masing merajan,” jelasnya. (gs/bi)

Advertisements
galungan dprd badung
Advertisements
galungan pemprov
Advertisements
dprd bali
Advertisements
iklan galungan PDI Perjuangan Bali
Advertisements
hut ri
Advertisements
hut bali dprd badung
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

BUDAYA

Roadshow, Bupati Tabanan ‘’Nyaksi’’ Pitra Yadnya Ngaben Massal di Desa Selanbawak dan Kedungu

Published

on

By

bupati tabanan
NYAKSI: Bupati Tabanan Dr. I Komang Gede Sanjaya, S.E.,M.M disambut warga saat hadir Nyaksi Pitra Yadnya Ngaben Massal yang berlangsung secara roadshow di Desa Selanbawak dan Desa Adat Kedungu, Senin (18/9). (Foto: ist)

Tabanan, baliilu.com – Bupati Tabanan Dr. I Komang Gede Sanjaya, S.E., M.M. hadir Nyaksi Pitra Yadnya Ngaben Massal yang berlangsung secara roadshow di Desa Selanbawak dan Desa Adat Kedungu. Hal ini membuktikan komitmen yang terus dikedepankan pemerintah, dalam upaya mendukung pembangunan sekaligus berkontribusi dalam tren pelaksanaan karya yang berlangsung di masyarakat Tabanan, Senin (18/9).

Dalam karya pertama, Bupati Sanjaya hadir sebagai Murdaning Jagat dalam Karya Pitra Yadnya Sawa Prenawa lan Atma Wedana di Banjar Adat Manik Gunung, Desa Adat Kekeran, Desa Selanbawak dan dilanjutkan dengan Upacara Ngaben Massal Toya Pranawa di Desa Adat Kedungu, Desa Belalang, Kediri, Tabanan. Saat itu hadir Anggota DPRD RI, Anggota DPRD Provinsi, Anggota DPRD Kabupaten Tabanan, Asisten 3, para OPD terkait di lingkungan Pemkab, Camat, Perbekel serta Bendesa Adat setempat.

Karya yang berangkat atas asas kebersamaan dan gotong-royong ini, mendapat perhatian dan apresiasi yang sangat baik dari orang nomor satu di Tabanan yang saat itu Nyaksi bersama jajaran pemerintah. Sebab dalam konsep agama Hindu, pelaksanaan Pitra Yadnya Atiwa-tiwa Ngaben ini merupakan yadnya yang sangat penting untuk dilakukan. Ini merupakan kewajiban bagi manusia untuk membayar “hutang” kepada leluhur.

Dalam konsep Tri Rna, Sanjaya menjelaskan, kewajiban sebagai umat Hindu yakni untuk membayarkan “hutang” kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, hutang kepada Rsi dan Leluhur, dan hutang kepada sesama. “Hutang” namun tidak semata-mata menjadikannya beban, tetapi lebih menjadi kewajiban yang harus dituntaskan. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya tidak boleh gratis. Harus ditetapkan biaya berapapun, sebagai wujud pengorbanan kita. Makna pengorbanan, tidaklah harus dengan biaya yang besar dan sarana upacara yang mahal. Karenanya, Sanjaya sangat mengapresiasi pelaksanaan Karya Agung secara kolektif, yang didasari oleh konsep kebersamaan dan biaya yang bervariasi dan sangat terjangkau.

Baca Juga  Ahli Epidemiologi DN Wirawan Sebut Langkah Pemkot Tangani Covid-19 Sudah Benar

Karya kolektif ini kemudian menjadi tren yang diadopsi sangat baik oleh masyarakat Tabanan di masing-masing desa. Perhatian pemerintah terhadap kebersamaan masyarakat ini, dibuktikannya dengan hadir “melengkapi” karya sebagai murdaning jagat, di masing-masing upacara, baik Karya Dewa Yadnya, Pitra Yadnya, Manusa Yadnya, Rsi Yadnya dan Butha Yadnya agar karya yang diselenggarakan menjadi Satwika atau utamaning utama. Ungkapan apresiasinya juga disampaikan manakala karya kolektif atau massal ini sudah terkonsepkan dengan baik oleh masing-masing desa, masuk ke dalam perarem adat dan bahkan telah rutin dilaksanakan.

“Saya selaku Bupati, Murdaning Jagat, Ritatkala wenten upacara sekadi mangkin, seminimal mungkin tiang harus hadir di tengah-tengah masyarakat, tujuannya untuk memberikan persepsi tentang yadnya-yadnya yang ada di Bali maupun yang ada di Tabanan,” ucap Sanjaya siang itu. Pemerintah hadir ikut gotong-royong, seraya berharap, budaya yang ngerombo yang harmonis ini bisa menjadi contoh bagi daerah lain.

Puncak acara kedua karya sama-sama akan dilaksanakan pada Selasa (19/9), dengan total peserta di Desa Selanbawak diikuti oleh 10 Sawa Ngaben, 8 Sawa Nyekah, 1 Sawa Ngelungah dan 11 Sawa Maparisudha dengan biaya untuk ngaben sebesar 8 juta rupiah dan urunan dari 126 KK. Sementara itu, di Desa Adat Kedungu, jumlah peserta diikuti oleh 31 Sawa dengan biaya ngaben sebesar 5 juta rupiah per sawa, dan 5 diri peserta Ngelungah, 25 diri peserta Ngelangkir, dan 4 diri peserta Nyambutin.

Kehadiran jajaran pemerintah saat itu disambut sangat hangat oleh para krama desa, disampaikan oleh I Ketut Deger Setiasa, selaku Bendesa Adat Kedungu. Hadirnya Bupati saat itu menambah semangat bagi krama untuk melaksanakan yadnya. “Matur Suksma ring Bapak Bupati dan undangan sekalian yang sudah datang atas kesediaan beliau bisa datang ke Desa Adat Kedungu untuk menyukseskan Ngaben Massal kami, wenten 31 Sawa Agung, dan kurang lebih 30 yang Ngelungah dan Ngelangkir. Semuanya dari adat dan urunan masing-masing sawa, total biaya habis sampai 150 juta,” ujar Ketut Deger. (gs/bi)

Baca Juga  Gubernur Koster Tegaskan Perda RZWP3K sebagai Implementasi Kearifan Lokal Segara Kertih

Advertisements
galungan dprd badung
Advertisements
galungan pemprov
Advertisements
dprd bali
Advertisements
iklan galungan PDI Perjuangan Bali
Advertisements
hut ri
Advertisements
hut bali dprd badung
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca