Connect with us
https://www.baliviralnews.com/wp-content/uploads/2022/06/stikom-juni-25-2022.jpg

BUDAYA

Legong Dedari di Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari Denpasar: Penetralisir Alam Menuju Harmonisasi

BALIILU Tayang

:

de
RATU AYU MAS MEKETEL: Saat-saat Bersama Penari Legong Dedari Napak Pertiwi (FT: I Nyoman Linggih)

LEBIH dari 60 tahun sesolahan Legong Dedari tenggelam karena tidak ada yang meneruskan. Sampai penduduk Banjar Pondok Desa Peguyangan Kaja Denpasar, dimana Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari Pengideran Dewata Nawa Sangha berada, suatu ketika merasakan ada satu keanehan di wilayahnya. Kematian secara beruntun terjadi hingga 8 kali berturut-turut, perpecahan di antara anggota banjar, kehilangan sesari di balai banjar, dan keanehan lainnya.

Setelah warga nunasang  akhirnya penduduk Banjar Pondok nangiang kembali sesuhunan Ratu Ayu Mas Meketel untuk mesolah yang diiringi tari Legong Dedari. Pertama kali mesolah pada April 2018 dan kemudian setelah direkonstruksi oleh Tim ISI Denpasar kembali mesolah pada September 2019.

de
NAPAK PERTIWI: Sebelum Mesolah, Ratu Ayu Mas Meketel dan Gelungan Sakral Legong Dedari Napak Pertiwi (FT: I Nyoman Linggih)

Sesolahan Legong Dedari ditarikan tiga kali dalam setahun. Saat Tumpek Wayang (dua kali setahun) ketika piodalan di Pura Balai Banjar Pondok Peguyangan Kaja yang digelar saat mesineb pada Selasa Klau di jaba balai banjar atau di jalan raya. Selanjutnya pada purnama Jiyestha, purnama setelah nyepi bertepatan dengan piodalan di Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari, biasanya mesolah di utama mandala pura.

de
JRO DEWA NIANG MANGKU: Tulus Bhakti Rawat Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari Bersama Keluarga

Dari penuturan Jro Dewa Niang Mangku dan juga mengutip dari hasil penelitian Kajian Estetika Hindu yang dilakukan Dr. Drs. I Nyoman Linggih, M.Si dan Dr. Dewa Ketut Wisnawa, S.Sn, M. Ag dari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar tahun 2019, perihal ‘’Sasolahan Legong Dedari di Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari Pengideran Dewata Nawa Sangha’’, bahwa sebelum sesolahan Legong Dedari dilaksanakan ada serangkaian upacara digelar nedunang ida sesuhunan Ratu Ayu Mas Meketel napak pertiwi ngider tiga kali ke arah ke kiri. Paling depan kober anoman, senjata keris, gelungan Legong Dedari dan terakhir sesuhunan Ratu Ayu Mas Meketel berupa rangda.

Baca Juga  Sidak Masker, Satpol PP bersama Tim Yustisi Kota Denpasar kembali Temukan 12 Pelanggar
de
DR. DRS I NYOMAN LINGGIH, M.SI: Bersama Dr. Dewa Ketut Wisnawa,S.Sn, M. Ag Melakukan Penelitian Perihal Sasolahan Legong Dedari di Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari

Penari Legong Dedari berjumlah 12 orang wanita yang masih berstatus remaja. Sesolahan Legong Dedari diiringi gambelan gong semar pegulingan duwe Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari. Sesolahan Legong Dedari tahap pertama keluar 6 orang  penari masing-masing 3 penari legong berwarna kuning dan 3 berwarna merah. Tahap kedua keluar lagi 4 penari bergerak menari mengikuti gerak tari tahap pertama. Penari ini masing-masing 2 orang memakai kostum putih dan 2 orang kostum hitam.

de
LEGONG DEDARI: Memakai Kostum dengan Warna Putih, Merah, Kuning dan Hitam (FT: I Nyoman Linggih)

Tahap ketiga keluar dua penari yang masing-masing menggunakan atau memundut gelungan pejenengan yang disakralkan berkostum hitam dan putih, dimana penarinya tidak boleh digantikan. Ketika dua penari ini memasuki kalangan maka sepuluh penari lainnya mengikuti gerakan ngumbang. Bergerak menari posisi bersimpuh berbentuk lingkaran menghadap ke dalam ke arah dua orang penari yang menggunakan gelungan yang disakralkan seolah-olah menyambut kedatangan serta menghormat kepada dua kakak tertuanya para widyadari dan widyadara.

de
LEGONG DEDARI: Menari di Jaba Balai Banjar (FT: I Nyoman Linggih)

Saat itu dilantunkan suara gending Shang Hyang seperti memanggil-manggil atau mengundang kehadiran para widyadari-widyadara untuk hadir memeriahkan acara sesolahan Legong Dedari.

de
PENARI LEGONG DEDARI MUNDUT GELUNGAN SAKRAL: Paling Depan Disambut Penari Lainnya

Saat para penari bergerak menari dengan sikap bersimpuh dan dua penari yang menggunakan gelungan yang disakralkan dengan sikap berdiri serta gerakan dan komposisi para penari mengikuti komposisi pengideran dewata nawa sanga yaitu sesuai dengan komposisi pelinggih yang ada di Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari Pengideran Dewata Nawa Sangha.

de
GONG SEMAR PEGULINGAN: Mengiringi Tari Legong Dedari (FT: I Nyoman Linggih)

Setelah gending Shang Hyang dilantunkan, penari Legong Dedari menghadap ke arah medalnya sesuhunan Ratu Ayu Mas Meketel yang sedang melakukan upacara katuran banten. Selanjutnya tari Legong Dedari melakukan gerak tari memendak menjadi dua baris menuju ke arah Ratu Ayu Mas Meketel. Dua penari legong mundut gelungan sakral bergerak maju menjemput ikut bersama katuran banten. Ratu Mas Ayu Meketel dituntun oleh dua penari Legong Dedari. Yang memakai kostum hitam di sebelah kanan dan kostum putih di sebelah kiri keluar bersama-sama kemudian bergabung menari bersama penari Lengong Dedari lainnya.

Baca Juga  Kasus Positif kembali Melonjak di Denpasar Bertambah 40 Orang, Persebaran OTG Didominasi Keluarga
de
RATU AYU MAS MEKETEL: Disambut Dua Penari Legong Dedari Mundut Gelungan Sakral (FT: I Nyoman Linggih)

Ratu Ayu Mas Meketel disambut penari legong lainnya dengan gerakan murwa daksina sementara Ratu Ayu Mas Meketel bergerak melingkar ke kiri lanjut para penari duduk melingkar dengan komposisi berdasarkan warna pengideran dewata nawa sanga. Di sanalah Ratu Ayu Mas Meketel mengajak semua widyadari untuk bertimbang rasa yang dilanjutkan dengan semua penari legong bergerak menari. Ketika penari legong kembali bersimpuh maka Ratu Ayu Mas Meketel yang meraga Siwa Pasupati berucap-ucap ke arah timur, selatan, barat dan utara yang pada intinya meminta kala petak, kala bang, kala jenar dan kala ireng untuk pulang ke tempatnya masing-masing.

de
RATU AYU MAS MEKETEL: Saat-saat Melakukan Somya pada Bhuta Kala di Empat Penjuru Mata Angin (FT: I Nyoman Linggih)

Ketika komposisi tarian membentuk posisi bunga teratai di mana Ratu Ayu Mas Meketel di tengah sebagai simbol Siwa, maka para penari Legong Dedari serentak sontak mekaik bersorak minta menari lagi. Dalam keadaan tidak sadarkan diri. Para penari kemudian dipapah dan dibawa ke jeroan Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari Pengederan Dewata Nawa Sangha. Di sana para penari melanjutkan tarian yang sudah tidak beraturan lagi. Bergerak menari yang kadang di luar akal sehat seperti berendam, mesucian di kolam sampai larut malam hingga pagi hari. Anehnya para penari tidak merasakan dingin. Hal aneh juga terjadi dialami Jro Mangku Bale Banjar Pondok I Wayan Ruda secara tidak sadar menceburkan diri ke kolam dan sedikit pun tidak basah. Lebih aneh lagi para penari seketika begitu fasih berbahasa Cina.

Ketika para penari telah merasa puas mungkin menari, mesucian dan selanjutnya penari dalam keadaan tidak sadarkan diri mengarahkan dirinya menuju pelinggih masing-masing sesuai dengan warna kostum penari dan warna masing-masing pelinggih pengideran dewata nawa sanga. Selanjutnya beliau ngeluhur di depan pelinggih masing-masing.

Baca Juga  Percepat Hasil Uji Swab-PCR, Gugus Tugas Covid-19 Bali Tambah Dua Laboratorium Lagi

BANGKIT SETELAH MUSIBAH

Setelah nangiang Rayu Ayu Mas Meketel yang diiringi Legong Dedari inilah warga masyarakat Banjar Pondok merasakan lebih tenang, nyaman dan semakin harmonis di antara warga.

Dr. Linggih menyebut fungsi dari Legong Dedari memiliki fungsi religi merupakan pengejawantahan dari beliau yang tak terbayangkan menjadi terbayangkan dalam bentuk sesolahan Legong Dedari. Fungsi penyucian dimana masyarakat memiliki keyakinan besar sebagai penetralisir dari situasi dan kondisi negatif menjadi positif, fungsi social dimana masyarakat ngaturang ngayah penuh bakti tanpa pamrih sehingga menyadarkan masyarakat dari dis harmonis menjadi harmonis kembali. Dan berfungsi estetika dimana sesolahan ini mampu meningkatkan rasa estetik yang mendalam menuju kedamaian abadi.

de
PENARI LEGONG DEDARI: Mengalami Kesurupan dengan Perilaku di Luar Akal Sehat (FT: I Nyoman Linggih)

Seiring tari Legong Dedari kembali ditarikan, Jro Dewa Niang Mangku menuturkan, masyarakat dari berbagai daerah mulai banyak berdatangan. Tidak saja warga masyarakat Bali juga ada yang dari Madura, Kalimantan dan Jawa. Mereka datang dengan tujuan yang beragam.  Seperti melukat untuk penyucian diri, memohon pengobatan, memohon anak, dan ada juga yang meditasi dari malam hingga pagi. *balu01

Loading

iklan dprd bali
Advertisements
Sumpah Pemuda DPRD Badung
Advertisements
iklan
Advertisement
Klik untuk Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BUDAYA

Walikota Jaya Negara Hadiri “Karya Ngeratep” Sesuhunan Banjar Belaluan Sadmerta

Published

on

By

Walikota Jaya Negara
HADIRI KARYA NGERATEP: Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara dalam kesempatan menghadiri pelaksanaan “Karya Ngeratep”, “Melaspas”, dan “Pasupati” Ida Sesuhunan Ratu Ayu dan Ratu Gede di Banjar Belaluan Sadmerta, Dangin Puri Kauh, Kecamatan Denpasar Utara, Selasa (11/11). (Foto: Hms Dps)

Denpasar, baliilu.com – Suasana khidmat dan penuh sradha bhakti menyelimuti pelaksanaan Karya Ngeratep, Melaspas, dan Pasupati Ida Sesuhunan Ratu Ayu dan Ratu Gede di Banjar Belaluan Sadmerta, Dangin Puri Kauh, Kecamatan Denpasar Utara, Selasa (11/11). Upacara ini turut dihadiri Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara, bersama Penglingsir Puri Agung Denpasar A.A. Ngr. Agung Wira Bima Wikrama, Anggota DPRD Kota Denpasar Putu Oka Mahendra, Kadis Kebudayaan Kota Denpasar Raka Purwantara, serta tokoh masyarakat dan warga setempat.

Dalam kesempatan tersebut, Walikota Jaya Negara menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada seluruh krama Banjar Belaluan Sadmerta atas semangat kebersamaan dan gotong royong dalam melaksanakan upacara ini. Menurutnya, pelaksanaan karya ngeratep dan melaspas bukan hanya sebagai bentuk penghormatan terhadap Ida Sesuhunan, tetapi juga wujud nyata pelestarian warisan budaya serta spiritual masyarakat Bali.

“Saya mengapresiasi semangat warga Banjar Belaluan Sadmerta yang dengan tulus ngayah bersama dalam pelaksanaan karya ini. Melalui yadnya seperti ini, kita tidak hanya menjaga kesucian pura dan pratima Ida Sesuhunan, tetapi juga memperkuat nilai-nilai menyama braya serta keharmonisan dalam masyarakat,” ujar Jaya Negara.

Sementara itu, Kelihan Adat Banjar Belaluan Sadmerta, Ida Bagus Mayun Suryaguna, menyampaikan terima kasih atas kehadiran Walikota Denpasar serta dukungan Pemerintah Kota terhadap kegiatan adat di wilayahnya. Ia menjelaskan bahwa karya ngeratep dan melaspas ini merupakan rangkaian upacara penyucian dan penyempurnaan pratima Ida Sesuhunan setelah melalui proses pemugaran dan perbaikan sejak 10 Juli 2025.

“Puncak karya dipuput Ida Perande Gede Made Karang dari Griya Karang Tampak Gangsul ini menjadi momentum penting bagi warga untuk memperkuat rasa bhakti dan kebersamaan. Kami bersyukur seluruh rangkaian dapat berjalan lancar berkat dukungan dan partisipasi seluruh krama banjar,” ujarnya.

Baca Juga  Kasus Positif kembali Melonjak di Denpasar Bertambah 40 Orang, Persebaran OTG Didominasi Keluarga

Pelaksanaan puncak karya berlangsung tertib dan penuh kekhidmatan, diiringi prosesi sakral serta penampilan kesenian wali seperti Tari Rejang Renteng, Rejang Sari, dan Topeng Wali. Walikota Jaya Negara juga berkesempatan meninjau prosesi ngeratep serta menyerahkan punia sebagai wujud sradha bhakti. (eka/bi)

Loading

iklan dprd bali
Advertisements
Sumpah Pemuda DPRD Badung
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

BUDAYA

Wawali Arya Wibawa Hadiri “Pemelaspasan Pelinggih” Pura Pesamuan Agung Sakenan Kelurahan Serangan

Published

on

By

Wawali Arya Wibawa
HADIRI UPACARA: Wawali Arya Wibawa dan Sekretaris Daerah Kota Denpasar, saat menghadiri upacara “Pemelaspasan Pelinggih” Pura Pesamuan Agung Sakenan, Kelurahan Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan, pada Selasa (11/11). (Foto: Hms Dps)

Denpasar, baliilu.com – Wakil Walikota Denpasar I Kadek Agus Arya Wibawa menghadiri upacara Pemelaspasan Pelinggih Pura Pesamuan Agung Sakenan, Kelurahan Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan, pada Selasa (11/11).

Pada kesempatan itu turut hadir pula Sekretaris Daerah Kota Denpasar Ida Bagus Alit Wiradana, Penglingsir Puri Kesiman Anak Agung Ngurah Gede Kusuma Wardana, Kabag Kesra Sekretariat Daerah Kota Denpasar Ida Bagus Alit Surya Antara dan pihak terkait lainnya.

Rangkaian upacara pemelaspasan sendiri telah dimulai sejak pagi hari. Persembahan tarian topeng dan juga lantunan kidung yang khidmat mengiringi jalannya rentetan upacara yang dipuput oleh Ida Pedanda Putra Telaga, Griya Telaga Gulingan Sanur, dan Ida Pedanda Gede Made Dharma Kerthi, Griya Budha Saraswati Taman Sari Batuan, Sukawati.

Pada kesempatan itu, Wawali Arya Wibawa dan Sekda Alit Wiradana juga berkesempatan melaksanakan persembahyangan dan juga menyerahkan secara simbolis bantuan Pemerintah Kota Denpasar, yakni bantuan Belanja Sesajen sebesar Rp. 30.000.000

Wakil Walikota Denpasar I Kadek Agus Arya Wibawa dalam kesempatan itu, memberikan apresiasi atas semangat menyama braya pengempon Pura Sakenan yang dalam hal ini adalah Puri Kesiman dan juga masyarakat untuk bersama-sama dalam mendukung pembangunan pelinggih di Pura Sakenan ini.

Lebih jauh, pihaknya mengatakan bahwa upacara pemelaspasan serangkaian rampungnya Pelinggih Samuan Pura Sakenan ini merupakan momentum bagi seluruh masyarakat untuk selalu eling dan meningkatkan srada bakti kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa, sehingga dapat menjadi momentum untuk menjaga keharmonisan antara parahyangan, palemahan, dan pawongan sebagai impelementasi dari Tri Hita Karana.

“Dengan pelaksanaan upacara pemelaspasan ini mari kita tingkatkan rasa sradha bhakti kita sebagai upaya menjaga harmonisasi antara parahyangan, pawongan, dan palemahan sebagai implementasi Tri Hita Karana,” ujarnya.

Baca Juga  Percepat Hasil Uji Swab-PCR, Gugus Tugas Covid-19 Bali Tambah Dua Laboratorium Lagi

Sementara Penglingsir Puri Kesiman, Anak Agung Ngurah Gede Kusuma Wardana, mengatakan adapun pelaksanaan renovasi Pelinggih ini telah dimulai sejak beberapa bulan Mei 2025.  Sebagai sebuah bangunan tempat ibadah, renovasi bangunan ini tentunya diharapkan akan dapat memberikan energi positif bagi masyarakat desa setempat.

“Kami sangat berterimakasih kepada Pemkot Denpasar. Dan kami berharap dengan pelaksanaan upacara ini agar dapat terus mempertahankan tradisi, adat, dan budaya serta keharmonisan umat di Kota Denpasar, khususnya masyarakat Kota Denpasar,” ujarnya. (eka/bi)

Loading

iklan dprd bali
Advertisements
Sumpah Pemuda DPRD Badung
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

BUDAYA

Wawali Arya Wibawa Hadiri “Pemelaspasan Gedong Pererepan” di Banjar Gunung Penatih

Published

on

By

wawali arya wibawa
HADIRI UPACARA: Wakil Walikota Denpasar Kadek Agus Arya Wibawa menghadiri upacara “Pemelaspasan Gedong Pererepan” Ratu Ngurah Gede di Banjar Gunung, Desa Adat Bekul, Penatih Dangin Puri, bertepatan dengan Purnama Kelima, Rabu (5/11). (Foto: Hms Dps)

Denpasar, baliilu.com – Wakil Walikota Denpasar Kadek Agus Arya Wibawa menghadiri upacara  Pemelaspasan Gedong Pererepan Ratu Ngurah Gede di Banjar Gunung, Desa Adat Bekul, Penatih Dangin Puri, bertepatan dengan Purnama Kelima, Rabu (5/11). Upacara ini dilaksanakan setelah renovasi Gedong di Banjar Gunung ini telah rampung dikerjakan.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Anggota DPRD Provinsi Bali I Gusti Ngurah Gede Marhaendra Jaya, Camat Denpasar Timur, Ketut Sri Karyawati, Perbekel Desa Penatih Dangin Puri, Wayan Kamar, OPD terkait, tokoh masyarakat serta undangan lainnya.

Wakil Walikota Denpasar Kadek Agus Arya Wibawa mengatakan, pelaksanaan upacara keagamaan di Banjar Gunung Penatih ini adalah salah satu bentuk meningkatkan sradha bhakti yang ada di setiap umat. Hal tersebut tentunya perlu mendapat perhatian sebagai salah satu bentuk kebersamaan yang dilandasi spirit Vasudhaiva Kutumbakam (Menyama Braya).

“Dalam menjalankan fungsi pemberdayaannya, Pemkot Denpasar tidak terlepas dari sektor keagamaan. Hal lain yang mesti kita apresiasi adalah kemandirian masyarakat untuk penyelenggaraannya, sehingga manfaat upacara keagamaan yang dikenal dengan istilah Tri Guna Karya serta Satwika Karya dapat kita peroleh dengan baik,” ujarnya.

Arya Wibawa berharap, setelah dilaksanakannya upacara Pemelaspasan Gedong di Banjar Gunung ini seluruh umat terutama krama banjar dapat terus meningkatkan sradha dan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

“Tentu pelaksanaan yadnya ini sebagai sarana peningkatan nilai spiritual sebagai umat beragama. Kami berharap ke depan upacara yadnya ini dapat memberikan energi positif yang juga dapat mendorong hal-hal baik bagi umat, serta menetralisir hal-hal negatif di lingkungan banjar maupun desa setempat,” katanya.

Sementara itu, Kelihan Banjar Gunung Penatih, Nyoman Darsa mengatakan, upacara pemelaspasan yang dipuput mangku setempat ini dilaksanakan lantaran prosesi renovasi Gedong di Banjar Gunung ini telah rampung bulan lalu. Proses renovasinya sendiri dikerjakan selama kurang lebih 2 bulan.

Baca Juga  RUED-P di Rapat Paripura Ke-8 DPRD Bali, Menuju Bali Mandiri Energi

“Kami masyarakat Banjar Gunung sangat berterimakasih dengan hadirnya Bapak Wakil Walikota Denpasar, yang juga sekaligus memberikan dukungan kepada kami dalam proses pembuatan gedong dan bantuan yang diberikan.  Dengan berlangsungnya upacara ini, harapan kami kedepannya dapat meningkatkan sradha bakhti kita,” katanya. (eka/bi)

Loading

iklan dprd bali
Advertisements
Sumpah Pemuda DPRD Badung
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca