Connect with us
https://www.baliviralnews.com/wp-content/uploads/2022/06/stikom-juni-25-2022.jpg

BUDAYA

Desa Wisata Tradisional Kamasan: Geliat di Tengah Gemebyar Pariwisata Bali

BALIILU Tayang

:

de
I KADEK MARTANA: Sekretaris Desa Kamasan yang Berharap Besar Kamasan Bisa Berkembang Menjadi Desa Wisata yang Dikunjungi Banyak Wisatawan Sehingga Berdampak Besar bagi Perekonomian Masyarakat Kamasan

SABAN hari ratusan wisatawan berkunjung ke Taman Gili Kertagosa yang menjadi ikon objek wisata sejarah Kota Semarapura Klungkung. Para wisatawan menikmati peninggalan sejarah Puri Klungkung baik kori agung, artefak-artefak yang ada di miseum, hingga dua bangunan di Taman Gili yang terkenal akan lukisan wayang Kamasan yang terpampang di plafon dua bangunan yang bersebelahan dengan patung Catur Muka perempatan Klungkung. Para tamu begitu menikmati setiap gurat lukisan yang sarat makna dan filosofi itu.

Namun mereka tidak tahu, bahwa hanya menempuh jarak 4 kilometer, para wisatawan bisa menikmati desa wisata tradisional Kamasan Klungkung , dimana karya-karya lukis klasik wayang Kamasan di Kertagosa itu dilahirkan dan dilestarikan hingga kini. ‘’Sepatutnya, desa wisata tradisional Kamasan ini tidak kekurangan tamu jika melihat potensi seni, tradisi budaya dan lingkungannya yang begitu alami,’’ terang pejabat sekretaris Desa Kamasan I Kadek Martana ketika baliilu menyambangi ke kantornya yang sederhana dan segera akan berpindah ke kantor baru di pinggir jalan.

Kadek Martana menuturkan bagaimana kondisi Desa Kamasan sebelum bom 1 meletus di Sari Club Kuta. Di Kamasan sudah ada home stay dan Yayasan Kamasan Art Centre yang mengelola wisata tracking yang memakai jalur Desa Kamasan kemudian menuju persawahan, turun ke Tukad Unda lanjut singgah di pondok-pondok kecil dimana tamu menikmati jagung dan kelapa muda sebelum balik ke lokasi semula. Tamu-tamu Australia banyak yang datang begitu juga mahasiswa-mahasiswa yang belajar menggambar.

Bom Bali memang meluluhlantakkan pariwisata Bali. Namun ketika pariwisata menggeliat dan kini kembali gemebyar, justru Desa Kamasan yang ditetapkan sebagai Desa Wisata Tradisional yang kemudian menjadi paket destinasi city tour antara Kertagosa, Kamasan dan desa wisata Tihingan tidak berjalan sempurna.

Baca Juga  Walikota Rai Mantra Kukuhkan 29 Anggota Paskibraka Denpasar

Padahal Desa Kamasan memiliki potensi seni, tradisi budaya dan alam yang begitu luar biasa. Tercatat jumlah perajin lukis dan perajin perak, kuningan dan emas sebanyak 143 orang dari total jumlah penduduk Desa Kamasan 3.073 orang. Bahkan di desa ini ada anggota legislatif dan juga bupati. Di Desa Kamasan juga ada seniman-seniman ternama khususnya seni lukis klasik seperti almarhum Mangku Mura dan Nyoman Mandra yang begitu dikenal luas di manca negara. Ada juga Suciarmi, pelukis wanita pertama wayang Kamasan yang kini sudah berusia 86 tahun. Bahkan kini banyak bermunculan pelukis wayang  generasi baru yang juga tetap mempertahankan karya-karya tradisi. ‘’Masih terbuka lebar untuk dikembangkan lagi,’’ ujar sekdes yang perbekelnya dijabat Ida Bagus Ketut Danendra, SH yang harus cuti karena pilkades 2020 mendatang dan kini diisi PJ I Nengah Sukartina.

Karena itulah, bersama perangkat Desa Kamasan belum lama ini menghadap Bupati Nyoman Suwirta memohon bantuan dana pembuatan patung Rama Shinta di depan pintu gerbang barat masuk Desa Kamasan dan land mark di depan Lapangan Umum Desa Kamasan.

Permohonan pembuatan patung dan land mark ini disambut positif Bupati Suwirta yang sangat konsen mengembangkan pariwisata, tidak saja di Nusa Penida tetapi juga di Klungkung daratan. Bahkan Bupati segera memerintahkan membuat RAB yang cukup untuk membuat patung Rama Sintha dan land mark yang akan menjadi wahana buat para pengunjung. Dari patung dan land mark yang pemasangannya dari Dinas Pariwisata Kabupaten Klungkung ini, Desa wisata Kamasan akan terus dibenahi secara menyeluruh bersama seluruh komponen masyarakat yang ada. Baik dari pemerintahan kabupaten melalui dinas pariwisatanya, pemerintahan desa, pokdarwis, para perajin, dan juga warga Kamasan yang banyak bergerak di sektor pariwisata.

Baca Juga  Pimpin HLM TPID Melalui Zoom Meeting, Wabup Suiasa Terima Uang Pecahan Rp. 75 Ribu dari BI Perwakilan Bali

Berdasarkan monografi desa, sejarah Desa Kamasan diketahui dari sumber prasasti serta dari penjelasan para sesepuh atau tokoh masyarakat, bahwa latar belakang sejarah Desa Kamasan tercantum dalam Prasasti Anak Wungsu Tahun 994 Saka atau Tahun 1072 Masehi. Dalam prasasti tersebut dijelaskan bahwa kata atau nama Kamasan secara etimologi terdiri dari kata Kama yang berarti bibit dan san yang berarti indah.

Dari pengertian tersebut bahwa Kamasan mengandung makna bahwa setiap kelahiran anak manusia di Desa Kamasan  diharapkan  merupakan  manusia-manusia  yang  memiliki  sumber daya yang berbobot dan disertai nilai keindahan yang tinggi. Hal tersebut memang terbukti, dimana Desa Kamasan sejak zaman dahulu menyimpan potensi yang cukup besar terutama di bidang kerajinan.

Desa Kamasan terletak di Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung pada ketinggian tempat wilayah desa ± 75 m di atas permukaan laut, dengan batas-batas wilayah secara administratif sebagai berikut: di bagian timur ada Desa Tangkas, Selatan Gelgel, barat Tojan dan utara Kelurahan Semarapura Kelod.

Desa Kamasan merupakan desa administratif yang didukung oleh empat dusun atau biasa disebut dengan banjar dinas, yaitu Dusun Kacangdawa, Dusun Sangging, Dusun Pande Mas, dan Dusun Tabanan. Desa Kamasan sendiri merupakan bagian dari Desa Adat Gelgel yang memiliki tiga desa administratif yang melingkupi sepuluh banjar adat dimana tiap banjar adat merupakan bagian dari dusun. Pembagian wilayah banjar adat pada Desa Kamasan sebagai berikut: Dusun Kacang Dawa: Br. Kacang Dawa dan  Br. Siku; Dusun: Banjar Sangging, Banjar Geria, dan Banjar Celagi; Dusun Pande Mas:      Banjar Pande Mas, Banjar Peken, dan Banjar Pande Kaler; Dusun Tabanan: Banjar Tabanan dan Banjar Pande.

Luas wilayah Desa Kamasan sekitar 220 ha dengan penggunaan lahan yang dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu, tanah sawah, tanah tegal, tanah pekarangan, dan lain-lain. Sebagian besar wilayah Desa Kamasan masih belum terbangun. Sekitar 70% lahan yang ada merupakan tanah sawah dan tanah tegal.

Baca Juga  PHRI Optimis Bupati Bangli Segera Merespons Positif Aspirasi Masyarakat untuk Menunda Kenaikan Tarif Retribusi

Kamasan termasuk desa yang berpenduduk cukup padat, dengan luas wilayah ± 220 ha memiliki jumlah penduduk Desa Kamasan sebanyak 4.304 jiwa, laki-laki sebanyak 2.069 jiwa dan perempuan sebanyak 2.335 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 1.073 KK, dengan mata pencaharian sebagian besar sebagai pengerajin.

Desa Kamasan dikenal sebagai desa pengerajin berupa lukisan, emas, perak, ukir dan tenun yang sudah ada turun-temurun sejak zaman Kerajaan Waturenggong (kurang lebih pada tahun 1600 masehi), terutama seni lukis wayang Kamasan yang khas dan hanya ada Desa Kamasan. Para pengerajin memajang barang dagangannya di rumah masing-masing sehingga Desa Kamasan tampak seperti jejeran-jejeran toko kesenian (art shop) atau juga bisa disebut dengan galeri.

Suasana tradisi seni dan budaya yang terus berdenyut di Desa Kamasan hingga kini menjadi modal utama untuk bisa mendatangkan wisatawan menginjakkan kakinya di sini. Asalkan semua komponen mau bersatu padu baik dari pemerintahan kabupaten, pemerintahan desa, pokdarwis, para tokoh masyarakat, masyarakat setempat hingga para pekerja pariwisata asal Desa Kamasan. *balu01

Loading

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
iklan
Advertisement
Klik untuk Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BUDAYA

Wawali Arya Wibawa Hadiri Upacara ‘’Pecaruan Rsi Gana’’ dan ‘’Melaspas Sanggah’’ Gede Pasek Kubayan Pembungan, Sesetan

Published

on

By

Wawali Arya Wibawa
HADIRI UPACARA: Wakil Walikota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa saat menghadiri pelaksanaan Upacara Pecaruan Rsi Gana Majempong Asu dan Melaspas di Sanggah Gede Pasek Kubayan Pembungan, yang berlokasi di Banjar Pembungan, Desa Adat Sesetan, Jalan P. Saelus, Rabu (11/6). (Foto: Hms Dps)

Denpasar, baliilu.com – Bertepatan dengan Rahina Buda Cemeng Wuku Merakih, Rabu (11/6), Wakil Wali Kota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa, menghadiri pelaksanaan Upacara Pecaruan Rsi Gana Majempong Asu dan Melaspas di Sanggah Gede Pasek Kubayan Pembungan, yang berlokasi di Banjar Pembungan, Desa Adat Sesetan, Jalan P. Saelus.

Upacara yang diselenggarakan oleh Keluarga Ageng Pratisentana Pasek Kubayan Pembungan Sesetan ini merupakan bagian dari rangkaian penyucian dan penyelarasan spiritual. Kegiatan ini bertujuan menjaga keharmonisan antara manusia, alam, dan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sesuai dengan konsep Tri Hita Karana.

Di sela-sela menghadiri pelaksanaan upacara, Wawali Arya Wibawa menyampaikan apresiasinya atas semangat kebersamaan dan gotong-royong yang ditunjukkan oleh keluarga besar Pasek Kubayan. Arya Wibawa menegaskan pentingnya menjaga dan melestarikan warisan leluhur melalui pelaksanaan upacara adat dan keagamaan secara berkelanjutan.

“Pelaksanaan upacara seperti ini menjadi landasan penting dalam memperkuat nilai-nilai sradha bhakti serta menjaga keharmonisan spiritual di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Pemerintah Kota Denpasar sangat mendukung kegiatan yang menghidupkan tradisi serta memperkuat jati diri budaya Bali,” ujarnya.

Sementara itu, Manggala Karya, I Made Yudiasta, menyampaikan bahwa seluruh rangkaian upacara telah berlangsung khidmat dan penuh makna sebagai bentuk penghormatan kepada Ida Bhatara yang berstana di Sanggah Gede tersebut.

“Kami menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Kota Denpasar atas dukungan yang diberikan dalam pelaksanaan upacara ini, serta kepada Bapak Wakil Walikota Arya Wibawa yang telah berkesempatan hadir dan menyaksikan prosesi secara langsung,” ungkapnya.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Anggota DPRD Provinsi Bali Ni Wayan Sari Galung, Anggota DPRD Kota Denpasar Melati Purbaningrat Yo, tokoh masyarakat, para pengempon sanggah, serta undangan lainnya. (eka/bi)

Baca Juga  Terima Bantuan Sembako dari BI dan Anggota DPRRI, Wawali Jaya Negara Salurkan kepada Pekaseh, Pecalang, dan Kadus/Kaling

Loading

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

BUDAYA

Walikota Jaya Negara Hadiri ‘’Pedudusan Alit Pemelaspasan’’ Pura Ibu Dalem Pinatih

Published

on

By

Walikota Jaya Negara
HADIRI KARYA: Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara menghadiri Karya Pedudusan Alit, Melaspas, Pecaruan lan Mendem Pedagingan Gedong, Tajuk, Pelinggih Ratu hingga Penyengker di Pura Ibu Dalem Pinatih, Banjar Batan Buah Desa Adat Kesiman, Rabu (11/6). (Foto: Hms Dps)

Denpasar, baliilu.com – Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara menghadiri Karya Pedudusan Alit, Melaspas, Pecaruan lan Mendem Pedagingan Gedong, Tajuk, Pelinggih Ratu hingga Penyengker di Pura Ibu Dalem Pinatih, Banjar Batan Buah Desa Adat Kesiman, Rabu (11/6).

Turut hadir dalam kegiatan tersebut Ketua DPRD Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Gede, Camat Denpasar Timur, Ketut Sri Karyawati, Perbekel Desa Kesiman Petilan, I Wayan Mariana, Bendesa Adat Kesiman, I Ketut Wisna serta tokoh masyarakat setempat.

Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara dalam kesempatan itu, memberikan apresiasi atas semangat gotong-royong dan kebersamaan masyarakat dalam mendukung pembangunan di Pura Ibu Dalem Pinatih. Hal ini sesuai dengan Visi Kota Kreatif Berbasis Budaya Menuju Denpasar Maju dengan spirit Vasudhaiva Khutumbakam yang bermakna kita semua bersaudara.

Pihaknya mengatakan bahwa upacara pemelaspasan serangkaian rampungnya Pembangunan Gedong, Tajuk, Pelinggih Ratu dan Tembok Penyengker ini merupakan momentum bagi seluruh masyarakat untuk selalu eling dan meningkatkan srada bakti kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa, sehingga dapat menjadi momentum untuk menjaga keharmonisan antara parahyangan, palemahan, dan pawongan sebagai impelementasi dari Tri Hita Karana.

“Dengan pelaksanaan upacara pemelaspasan ini mari kita tingkatkan rasa sradha bhakti kita sebagai upaya menjaga harmonisasi antara parahyangan, pawongan, dan palemahan sebagai implementasi Tri Hita Karana,” ujarnya.

Sementara Kelihan Pemasan Pura Ibu Dalem Pinatih, Kompyang Adnyana mengatakan dengan rampungnya pembangunan Gedong, Tajuk, Pelinggih Ratu hingga Penyengker, maka diadakan pemelaspasan serta mendem pedagingan. Pelaksanaan pembangunan ini telah dimulai beberapa bulan lalu kurang lebih selama 3 bulan.

“Kami sangat berterimakasih kepada Pemkot Denpasar. Dan kami berharap dengan pelaksanaan upacara ini agar dapat terus mempertahankan tradisi, adat, dan budaya serta keharmonisan umat di Kota Denpasar,” katanya. (eka/bi)

Baca Juga  Sekda Rai Iswara Mendem Pedagingan di Perumahan Padang Hijau Kelurahan Padangsambian

Loading

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

BUDAYA

Rampung Direstorasi, Walikota Jaya Negara Hadiri ‘’Pemelaspasan’’ Penyengker Pura Dalem Tohpati

Published

on

By

Walikota Jaya Negara
HADIRI PEMELASPASAN: Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara menghadiri pemelaspasan Kori Agung dan Penyengker Pura Dalem Tohpati, Desa Adat Kesiman, Selasa (10/6). (Foto: Hms Dps)

Denpasar, baliilu.com – Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara menghadiri pemelaspasan Kori Agung dan Penyengker Pura Dalem Tohpati, Desa Adat Kesiman, Selasa (10/6). Pelaksanaan upacara ini mengingat telah rampungnya program restorasi di pura setempat.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut Anggota DPRD Kota Denpasar, I Wayan Warka, Camat Denpasar Timur, Ketut Sri Karyawati, Perbekel Desa Kesiman Kertalangu, Made Suena serta tokoh masyarakat setempat.

Walikota Denpasar Jaya Negara memberikan apresiasi atas semangat gotong-royong dan kebersamaan masyarakat dalam mendukung restorasi dan pembangunan di Pura Dalem Tohpati. Hal ini sesuai dengan Visi Kota Kreatif Berbasis Budaya Menuju Denpasar Maju dengan spirit Vasudhaiva Khutumbakam yang bermakna kita semua bersaudara.

Pihaknya mengatakan bahwa upacara pemelaspasan serangkaian rampungnya restorasi dan pembangunan Kori Agung dan Tembok Penyengker ini merupakan momentum bagi seluruh masyarakat untuk selalu eling dan meningkatkan srada bakti kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa. Sehingga dapat menjadi momentum untuk menjaga keharmonisan antara parahyangan, palemahan, dan pawongan sebagai impelementasi dari Tri Hita Karana.

“Dengan pelaksanaan upacara pemelaspasan ini mari kita tingkatkan rasa sradha bhakti kita sebagai upaya menjaga harmonisasi antara parahyangan, pawongan, dan palemahan sebagai implementasi Tri Hita Karana,” ujarnya.

Sementara Jro Mangku Gede Dalem Tohpati, Gede Gara didampingi Panitia Pembangunan Mangku Nyoman Dayuh, mengatakan dengan rampungnya restorasi Kori Agung dan Tembok Penyengker di Pura Dalem Tohpati diadakan pemelaspasan serta mendem pedagingan yang dipuput Ida Rsi Griya Batur Sari Tembau.  Pelaksanaan restorasi ini telah dimulai beberapa bulan lalu kurang lebih selama 3 bulan mengingat Kori Agung ini merupakan salah satu cagar budaya di Kota Denpasar yang kiranya telah dibangun sejak tahun 1932.

Baca Juga  PHRI Optimis Bupati Bangli Segera Merespons Positif Aspirasi Masyarakat untuk Menunda Kenaikan Tarif Retribusi

“Kami sangat berterimakasih kepada Pemkot Denpasar, dan kami berharap dengan pelaksanaan upacara ini agar dapat terus mempertahankan tradisi, adat, dan budaya serta keharmonisan umat di Kota Denpasar,” katanya. (eka/bi)

Loading

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca