SABAN hari ratusan wisatawan berkunjung ke Taman Gili Kertagosa yang menjadi ikon objek wisata sejarah Kota Semarapura Klungkung. Para wisatawan menikmati peninggalan sejarah Puri Klungkung baik kori agung, artefak-artefak yang ada di miseum, hingga dua bangunan di Taman Gili yang terkenal akan lukisan wayang Kamasan yang terpampang di plafon dua bangunan yang bersebelahan dengan patung Catur Muka perempatan Klungkung. Para tamu begitu menikmati setiap gurat lukisan yang sarat makna dan filosofi itu.
Namun
mereka tidak tahu, bahwa hanya menempuh jarak 4 kilometer, para wisatawan bisa
menikmati desa wisata tradisional Kamasan Klungkung , dimana karya-karya lukis klasik
wayang Kamasan di Kertagosa itu dilahirkan dan dilestarikan hingga kini.
‘’Sepatutnya, desa wisata tradisional Kamasan ini tidak kekurangan tamu jika
melihat potensi seni, tradisi budaya dan lingkungannya yang begitu alami,’’ terang
pejabat sekretaris Desa Kamasan I Kadek Martana ketika baliilu menyambangi ke kantornya yang sederhana dan segera akan
berpindah ke kantor baru di pinggir jalan.
Kadek
Martana menuturkan bagaimana kondisi Desa Kamasan sebelum bom 1 meletus di Sari
Club Kuta. Di Kamasan sudah ada home stay
dan Yayasan Kamasan Art Centre yang mengelola wisata tracking yang memakai jalur Desa Kamasan kemudian menuju
persawahan, turun ke Tukad Unda lanjut singgah di pondok-pondok kecil dimana
tamu menikmati jagung dan kelapa muda sebelum balik ke lokasi semula. Tamu-tamu
Australia banyak yang datang begitu juga mahasiswa-mahasiswa yang belajar menggambar.
Bom Bali
memang meluluhlantakkan pariwisata Bali. Namun ketika pariwisata menggeliat dan
kini kembali gemebyar, justru Desa Kamasan yang ditetapkan sebagai Desa Wisata
Tradisional yang kemudian menjadi paket destinasi city tour antara Kertagosa, Kamasan dan desa wisata Tihingan tidak
berjalan sempurna.
Padahal Desa Kamasan memiliki potensi seni, tradisi budaya dan alam yang begitu luar biasa. Tercatat jumlah perajin lukis dan perajin perak, kuningan dan emas sebanyak 143 orang dari total jumlah penduduk Desa Kamasan 3.073 orang. Bahkan di desa ini ada anggota legislatif dan juga bupati. Di Desa Kamasan juga ada seniman-seniman ternama khususnya seni lukis klasik seperti almarhum Mangku Mura dan Nyoman Mandra yang begitu dikenal luas di manca negara. Ada juga Suciarmi, pelukis wanita pertama wayang Kamasan yang kini sudah berusia 86 tahun. Bahkan kini banyak bermunculan pelukis wayang generasi baru yang juga tetap mempertahankan karya-karya tradisi. ‘’Masih terbuka lebar untuk dikembangkan lagi,’’ ujar sekdes yang perbekelnya dijabat Ida Bagus Ketut Danendra, SH yang harus cuti karena pilkades 2020 mendatang dan kini diisi PJ I Nengah Sukartina.
Karena itulah, bersama perangkat Desa Kamasan belum lama ini menghadap Bupati Nyoman Suwirta memohon bantuan dana pembuatan patung Rama Shinta di depan pintu gerbang barat masuk Desa Kamasan dan land mark di depan Lapangan Umum Desa Kamasan.
Permohonan pembuatan patung dan land mark ini disambut positif Bupati Suwirta yang sangat konsen mengembangkan pariwisata, tidak saja di Nusa Penida tetapi juga di Klungkung daratan. Bahkan Bupati segera memerintahkan membuat RAB yang cukup untuk membuat patung Rama Sintha dan land mark yang akan menjadi wahana buat para pengunjung. Dari patung dan land mark yang pemasangannya dari Dinas Pariwisata Kabupaten Klungkung ini, Desa wisata Kamasan akan terus dibenahi secara menyeluruh bersama seluruh komponen masyarakat yang ada. Baik dari pemerintahan kabupaten melalui dinas pariwisatanya, pemerintahan desa, pokdarwis, para perajin, dan juga warga Kamasan yang banyak bergerak di sektor pariwisata.
Berdasarkan monografi desa, sejarah Desa Kamasan diketahui dari sumber prasasti serta dari penjelasan para
sesepuh atau tokoh masyarakat, bahwa
latar belakang sejarah Desa Kamasan tercantum dalam
Prasasti Anak Wungsu
Tahun
994 Saka atau Tahun
1072 Masehi. Dalam prasasti tersebut dijelaskan bahwa kata atau nama Kamasan secara etimologi terdiri dari
kata Kama yang berarti bibit dan san yang berarti
indah.
Dari pengertian tersebut bahwa Kamasan mengandung makna bahwa setiap kelahiran anak manusia
di Desa Kamasan diharapkan
merupakan
manusia-manusia yang
memiliki sumber daya yang
berbobot dan disertai nilai keindahan yang tinggi. Hal tersebut memang
terbukti, dimana
Desa Kamasan sejak zaman dahulu menyimpan potensi yang cukup
besar
terutama di bidang kerajinan.
Desa Kamasan terletak di Kecamatan Klungkung, Kabupaten
Klungkung pada
ketinggian
tempat wilayah desa
± 75
m di atas permukaan laut, dengan batas-batas wilayah
secara administratif
sebagai
berikut: di bagian timur ada Desa Tangkas, Selatan Gelgel, barat Tojan
dan utara Kelurahan Semarapura Kelod.
Desa Kamasan merupakan desa administratif yang didukung oleh empat dusun atau biasa disebut dengan banjar dinas, yaitu Dusun Kacangdawa, Dusun Sangging, Dusun Pande Mas, dan Dusun Tabanan. Desa
Kamasan sendiri merupakan bagian dari Desa Adat Gelgel
yang memiliki tiga desa
administratif yang melingkupi sepuluh banjar adat dimana tiap banjar adat merupakan bagian dari dusun. Pembagian wilayah banjar
adat pada Desa Kamasan
sebagai
berikut: Dusun Kacang Dawa: Br. Kacang
Dawa dan Br. Siku; Dusun: Banjar Sangging, Banjar Geria, dan Banjar Celagi; Dusun Pande Mas: Banjar Pande Mas, Banjar Peken, dan Banjar Pande Kaler;
Dusun Tabanan: Banjar Tabanan
dan Banjar Pande.
Luas wilayah Desa
Kamasan sekitar 220 ha dengan penggunaan lahan yang dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu, tanah sawah, tanah tegal, tanah pekarangan, dan lain-lain. Sebagian besar wilayah Desa Kamasan
masih belum terbangun. Sekitar 70%
lahan yang ada merupakan tanah sawah dan tanah tegal.
Kamasan termasuk desa yang berpenduduk cukup padat, dengan luas wilayah ± 220 ha memiliki jumlah
penduduk Desa Kamasan sebanyak 4.304 jiwa, laki-laki sebanyak 2.069 jiwa dan
perempuan sebanyak 2.335 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 1.073 KK, dengan mata
pencaharian sebagian besar sebagai pengerajin.
Desa Kamasan dikenal sebagai desa
pengerajin berupa lukisan, emas, perak, ukir
dan tenun yang sudah
ada
turun-temurun sejak
zaman Kerajaan Waturenggong (kurang
lebih pada tahun 1600 masehi), terutama seni lukis wayang
Kamasan yang
khas dan hanya ada Desa Kamasan. Para pengerajin memajang barang dagangannya di rumah masing-masing
sehingga Desa Kamasan tampak seperti jejeran-jejeran toko kesenian (art
shop) atau
juga
bisa disebut dengan galeri.
Suasana
tradisi seni dan budaya yang terus berdenyut di Desa Kamasan hingga kini
menjadi modal utama untuk bisa mendatangkan wisatawan menginjakkan kakinya di
sini. Asalkan semua komponen mau bersatu padu baik dari pemerintahan kabupaten,
pemerintahan desa, pokdarwis, para tokoh masyarakat, masyarakat setempat hingga
para pekerja pariwisata asal Desa Kamasan. *balu01