Thursday, 28 September 2023
Connect with us
https://www.baliviralnews.com/wp-content/uploads/2022/06/stikom-juni-25-2022.jpg

BUDAYA

Desa Wisata Tradisional Kamasan: Geliat di Tengah Gemebyar Pariwisata Bali

BALIILU Tayang

:

de
I KADEK MARTANA: Sekretaris Desa Kamasan yang Berharap Besar Kamasan Bisa Berkembang Menjadi Desa Wisata yang Dikunjungi Banyak Wisatawan Sehingga Berdampak Besar bagi Perekonomian Masyarakat Kamasan

SABAN hari ratusan wisatawan berkunjung ke Taman Gili Kertagosa yang menjadi ikon objek wisata sejarah Kota Semarapura Klungkung. Para wisatawan menikmati peninggalan sejarah Puri Klungkung baik kori agung, artefak-artefak yang ada di miseum, hingga dua bangunan di Taman Gili yang terkenal akan lukisan wayang Kamasan yang terpampang di plafon dua bangunan yang bersebelahan dengan patung Catur Muka perempatan Klungkung. Para tamu begitu menikmati setiap gurat lukisan yang sarat makna dan filosofi itu.

Namun mereka tidak tahu, bahwa hanya menempuh jarak 4 kilometer, para wisatawan bisa menikmati desa wisata tradisional Kamasan Klungkung , dimana karya-karya lukis klasik wayang Kamasan di Kertagosa itu dilahirkan dan dilestarikan hingga kini. ‘’Sepatutnya, desa wisata tradisional Kamasan ini tidak kekurangan tamu jika melihat potensi seni, tradisi budaya dan lingkungannya yang begitu alami,’’ terang pejabat sekretaris Desa Kamasan I Kadek Martana ketika baliilu menyambangi ke kantornya yang sederhana dan segera akan berpindah ke kantor baru di pinggir jalan.

Kadek Martana menuturkan bagaimana kondisi Desa Kamasan sebelum bom 1 meletus di Sari Club Kuta. Di Kamasan sudah ada home stay dan Yayasan Kamasan Art Centre yang mengelola wisata tracking yang memakai jalur Desa Kamasan kemudian menuju persawahan, turun ke Tukad Unda lanjut singgah di pondok-pondok kecil dimana tamu menikmati jagung dan kelapa muda sebelum balik ke lokasi semula. Tamu-tamu Australia banyak yang datang begitu juga mahasiswa-mahasiswa yang belajar menggambar.

Bom Bali memang meluluhlantakkan pariwisata Bali. Namun ketika pariwisata menggeliat dan kini kembali gemebyar, justru Desa Kamasan yang ditetapkan sebagai Desa Wisata Tradisional yang kemudian menjadi paket destinasi city tour antara Kertagosa, Kamasan dan desa wisata Tihingan tidak berjalan sempurna.

Baca Juga  Satpol PP Kota Denpasar Gelar Sosialisasi Protokol Kesehatan Pergub/Perwali No. 46/2020

Padahal Desa Kamasan memiliki potensi seni, tradisi budaya dan alam yang begitu luar biasa. Tercatat jumlah perajin lukis dan perajin perak, kuningan dan emas sebanyak 143 orang dari total jumlah penduduk Desa Kamasan 3.073 orang. Bahkan di desa ini ada anggota legislatif dan juga bupati. Di Desa Kamasan juga ada seniman-seniman ternama khususnya seni lukis klasik seperti almarhum Mangku Mura dan Nyoman Mandra yang begitu dikenal luas di manca negara. Ada juga Suciarmi, pelukis wanita pertama wayang Kamasan yang kini sudah berusia 86 tahun. Bahkan kini banyak bermunculan pelukis wayang  generasi baru yang juga tetap mempertahankan karya-karya tradisi. ‘’Masih terbuka lebar untuk dikembangkan lagi,’’ ujar sekdes yang perbekelnya dijabat Ida Bagus Ketut Danendra, SH yang harus cuti karena pilkades 2020 mendatang dan kini diisi PJ I Nengah Sukartina.

Karena itulah, bersama perangkat Desa Kamasan belum lama ini menghadap Bupati Nyoman Suwirta memohon bantuan dana pembuatan patung Rama Shinta di depan pintu gerbang barat masuk Desa Kamasan dan land mark di depan Lapangan Umum Desa Kamasan.

Permohonan pembuatan patung dan land mark ini disambut positif Bupati Suwirta yang sangat konsen mengembangkan pariwisata, tidak saja di Nusa Penida tetapi juga di Klungkung daratan. Bahkan Bupati segera memerintahkan membuat RAB yang cukup untuk membuat patung Rama Sintha dan land mark yang akan menjadi wahana buat para pengunjung. Dari patung dan land mark yang pemasangannya dari Dinas Pariwisata Kabupaten Klungkung ini, Desa wisata Kamasan akan terus dibenahi secara menyeluruh bersama seluruh komponen masyarakat yang ada. Baik dari pemerintahan kabupaten melalui dinas pariwisatanya, pemerintahan desa, pokdarwis, para perajin, dan juga warga Kamasan yang banyak bergerak di sektor pariwisata.

Baca Juga  Senin Ini, Ground Breaking 2 Pelabuhan di Nusa Penida Hasil Perjuangan Gubernur Koster Resmi Dimulai

Berdasarkan monografi desa, sejarah Desa Kamasan diketahui dari sumber prasasti serta dari penjelasan para sesepuh atau tokoh masyarakat, bahwa latar belakang sejarah Desa Kamasan tercantum dalam Prasasti Anak Wungsu Tahun 994 Saka atau Tahun 1072 Masehi. Dalam prasasti tersebut dijelaskan bahwa kata atau nama Kamasan secara etimologi terdiri dari kata Kama yang berarti bibit dan san yang berarti indah.

Dari pengertian tersebut bahwa Kamasan mengandung makna bahwa setiap kelahiran anak manusia di Desa Kamasan  diharapkan  merupakan  manusia-manusia  yang  memiliki  sumber daya yang berbobot dan disertai nilai keindahan yang tinggi. Hal tersebut memang terbukti, dimana Desa Kamasan sejak zaman dahulu menyimpan potensi yang cukup besar terutama di bidang kerajinan.

Desa Kamasan terletak di Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung pada ketinggian tempat wilayah desa ± 75 m di atas permukaan laut, dengan batas-batas wilayah secara administratif sebagai berikut: di bagian timur ada Desa Tangkas, Selatan Gelgel, barat Tojan dan utara Kelurahan Semarapura Kelod.

Desa Kamasan merupakan desa administratif yang didukung oleh empat dusun atau biasa disebut dengan banjar dinas, yaitu Dusun Kacangdawa, Dusun Sangging, Dusun Pande Mas, dan Dusun Tabanan. Desa Kamasan sendiri merupakan bagian dari Desa Adat Gelgel yang memiliki tiga desa administratif yang melingkupi sepuluh banjar adat dimana tiap banjar adat merupakan bagian dari dusun. Pembagian wilayah banjar adat pada Desa Kamasan sebagai berikut: Dusun Kacang Dawa: Br. Kacang Dawa dan  Br. Siku; Dusun: Banjar Sangging, Banjar Geria, dan Banjar Celagi; Dusun Pande Mas:      Banjar Pande Mas, Banjar Peken, dan Banjar Pande Kaler; Dusun Tabanan: Banjar Tabanan dan Banjar Pande.

Luas wilayah Desa Kamasan sekitar 220 ha dengan penggunaan lahan yang dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu, tanah sawah, tanah tegal, tanah pekarangan, dan lain-lain. Sebagian besar wilayah Desa Kamasan masih belum terbangun. Sekitar 70% lahan yang ada merupakan tanah sawah dan tanah tegal.

Baca Juga  Sekda Dewa Indra Tanggapi Pernyataan Kadishub Denpasar Terkait Penurunan PMI di Pelabuhan Benoa

Kamasan termasuk desa yang berpenduduk cukup padat, dengan luas wilayah ± 220 ha memiliki jumlah penduduk Desa Kamasan sebanyak 4.304 jiwa, laki-laki sebanyak 2.069 jiwa dan perempuan sebanyak 2.335 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 1.073 KK, dengan mata pencaharian sebagian besar sebagai pengerajin.

Desa Kamasan dikenal sebagai desa pengerajin berupa lukisan, emas, perak, ukir dan tenun yang sudah ada turun-temurun sejak zaman Kerajaan Waturenggong (kurang lebih pada tahun 1600 masehi), terutama seni lukis wayang Kamasan yang khas dan hanya ada Desa Kamasan. Para pengerajin memajang barang dagangannya di rumah masing-masing sehingga Desa Kamasan tampak seperti jejeran-jejeran toko kesenian (art shop) atau juga bisa disebut dengan galeri.

Suasana tradisi seni dan budaya yang terus berdenyut di Desa Kamasan hingga kini menjadi modal utama untuk bisa mendatangkan wisatawan menginjakkan kakinya di sini. Asalkan semua komponen mau bersatu padu baik dari pemerintahan kabupaten, pemerintahan desa, pokdarwis, para tokoh masyarakat, masyarakat setempat hingga para pekerja pariwisata asal Desa Kamasan. *balu01

Advertisements
galungan dprd badung
Advertisements
galungan pemprov
Advertisements
dprd bali
Advertisements
iklan galungan PDI Perjuangan Bali
Advertisements
hut ri
Advertisements
hut bali dprd badung
Advertisements
iklan
Advertisement
Klik untuk Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BUDAYA

Sekda Adi Arnawa Hadiri ‘’Piodalan Jelih Nyatur’’ di Pura Pasek Gelgel Abiansemal

Published

on

By

sekda adi arnawa
SERAHKAN PUNIA: Sekda Wayan Adi Arnawa menyerahkan dana aci saat menghadiri upacara Piodalan Jelih Nyatur, Menek Kelih dan Mepandes (Potong Gigi) di Pura Pasek Gelgel, Banjar Piakan Sibangkaja, Kecamatan Abiansemal, Kamis (28/9). (Foto: ist)

Badung, baliilu.com – Sekretaris Daerah I Wayan Adi Arnawa mewakili Bupati Badung menghadiri upacara Piodalan Jelih Nyatur, Menek Kelih dan Mepandes (Potong Gigi) di Pura Pasek Gelgel, Banjar Piakan Sibangkaja, Kecamatan Abiansemal, Kamis (28/9). 

Upacara ini dipuput oleh Ida Pandita Mpu Nabe Wija Karma Niyasa dari Griya Puser Tegal Wangi Jagapati, yang juga turut dihadiri perwakilan Camat Abiansemal, Perbekel Desa Sibangkaja Ni Nyoman Rai Sudani, Jero Bendesa Sibangkaja I Nyoman Ciriata, serta masyarakat setempat. Pada kesempatan tersebut Sekda Adi Arnawa menyerahkan dana secara simbolis sebesar Rp. 100 juta yang diterima oleh Ketua Panitia I Nyoman Toya dan disaksikan masyarakat setempat.

Dalam sambrama wacananya, Sekda Adi Arnawa mengajak masyarakatnya untuk tidak berhenti-henti menghaturkan rasa bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang berstana di Pura Pasek Gelgel, semoga Beliau selalu memberikan keselamatan dan kesehatan kepada masyarakat di Sibangkaja yang sudah melaksanakan upacara Piodalan Jelih Nyatur, Menek Kelih dan Mepandes.

“Kita ketahui bersama, bahwa baru saja kita melewati pandemi Covid-19, astungkara saat ini Badung sudah mulai membaik, semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Ida Batara yang berstana di Pura Pasek Gelgel, tetap memberikan kita keselamatan dan kerahayuan bagi semua masyarakatnya. Pemerintah Kabupaten Badung selalu memberikan perhatian serta berkomitmen meringankan beban masyarakatnya dari segi kegiatan keagamaan. Saya mengajak masyarakat untuk tetap menjaga rasa persatuan dan kesatuan, apalagi kita di Badung merupakan daerah pariwisata, yang perlu dijaga kenyamanan dan keamanan beserta kearifan lokal, budaya, adat, seni dan budaya. Semoga upacara ini berjalan dengan lancar, labda karya sidaning don,” jelasnya.

Sementara itu Prawartaka Karya I Wayan Sutarsa dalam laporannya menyampaikan, terimakasih kepada Bapak Sekda Badung yang sudah hadir dalam pelaksanaan upacara Piodalan Jelih Nyatur, Menek Kelih dan Mepandes di Pura Pasek Gelgel, Banjar Piakan Sibangkaja.

Baca Juga  Senin Ini, Ground Breaking 2 Pelabuhan di Nusa Penida Hasil Perjuangan Gubernur Koster Resmi Dimulai

“Tujuan kegiatan ini yakni meringankan orang tua di Sibangkaja yang ingin menuntaskan utang kepada anak. Kami disini bersatu untuk mengambil langkah-langkah pelaksanaan upacara. Berkenaan dengan biaya yang digunakan merupakan swadaya dari masing-masing warga. Sekali lagi saya mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah sudah ikut menyaksikan pelaksanaan upacara Piodalan Jelih Nyatur, Menek Kelih dan Mepandes,“ tutupnya. (gs/bi)

Advertisements
galungan dprd badung
Advertisements
galungan pemprov
Advertisements
dprd bali
Advertisements
iklan galungan PDI Perjuangan Bali
Advertisements
hut ri
Advertisements
hut bali dprd badung
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

BUDAYA

Bupati Sanjaya ‘‘Nyaksiang‘‘ Karya Agung di Pura Tri Kahyangan Desa Adat Batungsel

Published

on

By

bupati sanjaya
BERFOTO: Bupati Tabanan Dr. I Komang Gede Sanjaya, S.E., M.M. berfoto bersama dengan prajuru dan krama desa adat usai mengikuti persembahyangan bersama yang digelar di Pura Bale Agung Desa Adat Batungsel, Pupuan, Minggu (24/9). (Foto: ist)

Tabanan, baliilu.com – Bupati Tabanan Dr. I Komang Gede Sanjaya, S.E., M.M. menghadiri undangan persembahyangan bersama Prajuru Desa Adat dalam rangka upacara Ngenteg Linggih di Pura Luhur Pucak Kedaton, serta Karya Agung Saba Gede di Pura Tri Kahyangan Desa Adat Batungsel. Persembahyangan bersama tersebut digelar di Pura Bale Agung Desa Adat Batungsel, Pupuan, Minggu (24/9).

Turut hadir pada persembahyangan itu, Ketua DPRD Kabupaten Tabanan dan salah satu anggotanya, Sekda, para Asisten dan Kepala OPD di lingkungan Pemkab Tabanan, Kepala Bagian di lingkungan Setda Kabupaten Tabanan, Camat dan unsur Forkopimcam Pupuan, Penglingsir Jero Subamia, Perbekel, Bendesa Adat serta Prajuru Adat, dan juga masyarakat setempat yang sangat antusias menyambut kegiatan.

Di kesempatan itu, Bupati Sanjaya sangat mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan oleh krama Batungsel sebagai salah satu pencapaian dalam bidang pelestarian tradisi, seni, adat, agama dan budaya yang ada. Dimana hal ini sangat selaras dengan visi Pemkab Tabanan, yaitu Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Tabanan Era Baru yang Aman, Unggul dan Madani, (AUM).

“Bahagia sekali perasaan titiang bisa hadir di tengah-tengah krama Batungsel. Luar biasa Ngenteg Linggih yang di-set-up oleh krama disini, apalagi dari dulu tiang sudah tahu, bahwa krama Batungsel memiliki tatanan budaya, perarem, awig-awig yang khusus dan tidak dimiliki Desa Adat kebanyakan di Kabupaten Tabanan. Sampai hari ini tetap dijaga dan tetap dilestarikan, ini patut mendapat apresiasi,” ujar Sanjaya.

Selaku Kepala Daerah, Sanjaya juga menyampaikan, bahwa sudah merupakan kewajiban seorang Bupati hadir bersama jajaran untuk mendukung serta membantu pembangunan yang dilakukan krama. Hal ini juga dikatakannya sebagai bentuk perwujudan bhakti terhadap krama atas sinergi yang telah ditunjukkan dalam membangun Tabanan. Untuk itu, Sanjaya meminta agar kekompakan dan semangat gotong-royong serta sinergi ini tetap dijaga untuk mewujudkan pembangunan ke depan.

Baca Juga  Update Covid-19 di Kota Denpasar, Pasien Sembuh Naik Signifikan, Bertambah 34 Orang Total 91,12 Persen

Sebelumnya, Ketua Panitia Karya menyampaikan terimakasih atas apresiasi dan perhatian dari Bupati beserta jajaran dalam persembahyangan ini. Pihaknya juga menyampaikan kebanggaannya karena Bupati Tabanan dengan bersama jajaran, hadir memenuhi keingginan krama/masyarakat, nyaksiang Karya yang dilakukan oleh pihaknya. Dimana kehadiran Bupati beserta jajaran juga dikatakannya menambah semangat dan motivasi masyarakat yang merupakan sejarah baru karya pihaknya dihadiri murdaning jagat.

Tiang mewakili seluruh Desa Adat, Penglingsir dan juga masyarakat Batungsel, menyampaikan terimakasih yang setinggi-tingginya dan semoga Bupati beserta jajaran selalu diberikan kerahayuan serta selamat sentosa dalam menjalankan tugas,” ujarnya sekaligus pada kesempatan itu pihaknya menyampaikan uraian upacara/upakara dari karya yang dilaksanakan krama Batungsel kepada seluruh hadirin. (gs/bi)

Advertisements
galungan dprd badung
Advertisements
galungan pemprov
Advertisements
dprd bali
Advertisements
iklan galungan PDI Perjuangan Bali
Advertisements
hut ri
Advertisements
hut bali dprd badung
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

BUDAYA

Walikota Jaya Negara ‘’Ngayah Nyangging‘‘ Serangkaian ‘‘Metatah‘‘ Massal di Desa Dauh Puri Kaja

Published

on

By

walikota jaya negara
NYANGGING: Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara ngayah Nyangging serangkaian Karya Mapandes/Metatah Massal Desa Dauh Puri Kaja, bertempat di Wantilan Pura Agung Lokanatha Lumintang bertepatan dengan Sukra Umanis Merakih, Jumat (22/9). (Foto: ist)

Denpasar, baliilu.com – Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara ngayah Nyangging serangkaian Karya Mapandes/Metatah Massal yang digelar pertama kalinya oleh Desa Dauh Puri Kaja, Kecamatan Denpasar Utara, di Wantilan Pura Agung Lokanatha Lumintang bertepatan dengan Sukra Umanis Merakih, Jumat (22/9).Walikota Jaya Negara ngayah Nyangging serangkaian metatah masal Desa Dauh Puri Kaja di Wantilan Pura Agung Lokanatha Lumintang, Jumat (22/9)

Terlihat sejak pagi ratusan warga sudah tampak memadati areal Bale Peyadnyan untuk mengikuti prosesi upacara mepandes massal. Dimana, dari prosesi upacara mepandes massal ini turut melibatkan penyandang disabilitas sebagai peserta.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Ketua Komisi I DPRD Kota Denpasar, I Ketut Suteja Kumara, Camat Denpasar Utara, I Wayan Yusswara, serta undangan dan tokoh masyarakat desa setempat.

Di sela Karya Mepandes, Walikota Denpasar, IGN. Jaya Negara mengatakan bahwa ritual potong gigi (mepandes) yang merupakan salah satu ritual Manusa Yadnya yang wajib dilakukan.

“Dalam agama Hindu mepandes wajib dilakukan ketika anak menginjak usia remaja atau sudah dewasa. Ritual ini bertujuan untuk mengendalikan 6 sifat buruk manusia yang menurut agama Hindu dikenal dengan istilah Sad Ripu (enam musuh dalam diri manusia),” ujarnya.

Lebih lanjut dikatakannya, selain merupakan sebuah kewajiban yang dilaksanakan dalam kehidupan, metatah merupakan upacara untuk menetralisir sifat buruk dalam diri manusia yang disebut dengan Sad Ripu yang meliputi Kama (sifat penuh nafsu indriya), Lobha (sifat loba dan serakah), Krodha (sifat kejam dan pemarah), Mada (sifat mabuk atau kemabukan), Matsarya (sifat dengki dan irihati), dan Moha (sifat kebingungan atau susah menentukan sesuatu).

Sementara Perbekel Desa Dauh Puri Kaja, I Gusti Ketut Sucipta mengatakan, kegiatan metatah massal ini sudah untuk pertama kalinya diadakan oleh Desa Dauh Puri Kaja.

Baca Juga  Hadiri Karya Ngenteg Linggih Banjar Anggabaya, Wawali Jaya Negara "Ngayah Nopeng"

“Dimana metatah massal ini diikuti oleh 43 orang peserta dengan 5 sangging, yang diikuti warga wed/asli desa setempat yang nantinya akan terus kami adakan secara rutin setiap 2 tahun sekali,” ungkapnya.

Lebih lanjut dikatakannya, kegiatan ini merupakan sebuah program baru dari Desa Dauh Puri Kaja. Yang mana program ini bertujuan untuk membantu dan meringankan beban masyarakat kurang mampu sehingga dapat menekan pengeluaran masyarakat dalam melaksanakan yadnya, dikarenakan semua ini gratis. (eka/bi)

Advertisements
galungan dprd badung
Advertisements
galungan pemprov
Advertisements
dprd bali
Advertisements
iklan galungan PDI Perjuangan Bali
Advertisements
hut ri
Advertisements
hut bali dprd badung
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca