Monday, 17 March 2025
Connect with us
https://www.baliviralnews.com/wp-content/uploads/2022/06/stikom-juni-25-2022.jpg

BUDAYA

Desa Wisata Tradisional Kamasan: Geliat di Tengah Gemebyar Pariwisata Bali

BALIILU Tayang

:

de
I KADEK MARTANA: Sekretaris Desa Kamasan yang Berharap Besar Kamasan Bisa Berkembang Menjadi Desa Wisata yang Dikunjungi Banyak Wisatawan Sehingga Berdampak Besar bagi Perekonomian Masyarakat Kamasan

SABAN hari ratusan wisatawan berkunjung ke Taman Gili Kertagosa yang menjadi ikon objek wisata sejarah Kota Semarapura Klungkung. Para wisatawan menikmati peninggalan sejarah Puri Klungkung baik kori agung, artefak-artefak yang ada di miseum, hingga dua bangunan di Taman Gili yang terkenal akan lukisan wayang Kamasan yang terpampang di plafon dua bangunan yang bersebelahan dengan patung Catur Muka perempatan Klungkung. Para tamu begitu menikmati setiap gurat lukisan yang sarat makna dan filosofi itu.

Namun mereka tidak tahu, bahwa hanya menempuh jarak 4 kilometer, para wisatawan bisa menikmati desa wisata tradisional Kamasan Klungkung , dimana karya-karya lukis klasik wayang Kamasan di Kertagosa itu dilahirkan dan dilestarikan hingga kini. ‘’Sepatutnya, desa wisata tradisional Kamasan ini tidak kekurangan tamu jika melihat potensi seni, tradisi budaya dan lingkungannya yang begitu alami,’’ terang pejabat sekretaris Desa Kamasan I Kadek Martana ketika baliilu menyambangi ke kantornya yang sederhana dan segera akan berpindah ke kantor baru di pinggir jalan.

Kadek Martana menuturkan bagaimana kondisi Desa Kamasan sebelum bom 1 meletus di Sari Club Kuta. Di Kamasan sudah ada home stay dan Yayasan Kamasan Art Centre yang mengelola wisata tracking yang memakai jalur Desa Kamasan kemudian menuju persawahan, turun ke Tukad Unda lanjut singgah di pondok-pondok kecil dimana tamu menikmati jagung dan kelapa muda sebelum balik ke lokasi semula. Tamu-tamu Australia banyak yang datang begitu juga mahasiswa-mahasiswa yang belajar menggambar.

Bom Bali memang meluluhlantakkan pariwisata Bali. Namun ketika pariwisata menggeliat dan kini kembali gemebyar, justru Desa Kamasan yang ditetapkan sebagai Desa Wisata Tradisional yang kemudian menjadi paket destinasi city tour antara Kertagosa, Kamasan dan desa wisata Tihingan tidak berjalan sempurna.

Baca Juga  Klaster Pasar Berlanjut ke Keluarga, GTPP Tekankan Kedisiplinan Penerapan Protokol Kesehatan di Rumah Tangga

Padahal Desa Kamasan memiliki potensi seni, tradisi budaya dan alam yang begitu luar biasa. Tercatat jumlah perajin lukis dan perajin perak, kuningan dan emas sebanyak 143 orang dari total jumlah penduduk Desa Kamasan 3.073 orang. Bahkan di desa ini ada anggota legislatif dan juga bupati. Di Desa Kamasan juga ada seniman-seniman ternama khususnya seni lukis klasik seperti almarhum Mangku Mura dan Nyoman Mandra yang begitu dikenal luas di manca negara. Ada juga Suciarmi, pelukis wanita pertama wayang Kamasan yang kini sudah berusia 86 tahun. Bahkan kini banyak bermunculan pelukis wayang  generasi baru yang juga tetap mempertahankan karya-karya tradisi. ‘’Masih terbuka lebar untuk dikembangkan lagi,’’ ujar sekdes yang perbekelnya dijabat Ida Bagus Ketut Danendra, SH yang harus cuti karena pilkades 2020 mendatang dan kini diisi PJ I Nengah Sukartina.

Karena itulah, bersama perangkat Desa Kamasan belum lama ini menghadap Bupati Nyoman Suwirta memohon bantuan dana pembuatan patung Rama Shinta di depan pintu gerbang barat masuk Desa Kamasan dan land mark di depan Lapangan Umum Desa Kamasan.

Permohonan pembuatan patung dan land mark ini disambut positif Bupati Suwirta yang sangat konsen mengembangkan pariwisata, tidak saja di Nusa Penida tetapi juga di Klungkung daratan. Bahkan Bupati segera memerintahkan membuat RAB yang cukup untuk membuat patung Rama Sintha dan land mark yang akan menjadi wahana buat para pengunjung. Dari patung dan land mark yang pemasangannya dari Dinas Pariwisata Kabupaten Klungkung ini, Desa wisata Kamasan akan terus dibenahi secara menyeluruh bersama seluruh komponen masyarakat yang ada. Baik dari pemerintahan kabupaten melalui dinas pariwisatanya, pemerintahan desa, pokdarwis, para perajin, dan juga warga Kamasan yang banyak bergerak di sektor pariwisata.

Baca Juga  Wabup Suiasa Tinjau Kebocoran Saluran Irigasi Subak Yeh Penet

Berdasarkan monografi desa, sejarah Desa Kamasan diketahui dari sumber prasasti serta dari penjelasan para sesepuh atau tokoh masyarakat, bahwa latar belakang sejarah Desa Kamasan tercantum dalam Prasasti Anak Wungsu Tahun 994 Saka atau Tahun 1072 Masehi. Dalam prasasti tersebut dijelaskan bahwa kata atau nama Kamasan secara etimologi terdiri dari kata Kama yang berarti bibit dan san yang berarti indah.

Dari pengertian tersebut bahwa Kamasan mengandung makna bahwa setiap kelahiran anak manusia di Desa Kamasan  diharapkan  merupakan  manusia-manusia  yang  memiliki  sumber daya yang berbobot dan disertai nilai keindahan yang tinggi. Hal tersebut memang terbukti, dimana Desa Kamasan sejak zaman dahulu menyimpan potensi yang cukup besar terutama di bidang kerajinan.

Desa Kamasan terletak di Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung pada ketinggian tempat wilayah desa ± 75 m di atas permukaan laut, dengan batas-batas wilayah secara administratif sebagai berikut: di bagian timur ada Desa Tangkas, Selatan Gelgel, barat Tojan dan utara Kelurahan Semarapura Kelod.

Desa Kamasan merupakan desa administratif yang didukung oleh empat dusun atau biasa disebut dengan banjar dinas, yaitu Dusun Kacangdawa, Dusun Sangging, Dusun Pande Mas, dan Dusun Tabanan. Desa Kamasan sendiri merupakan bagian dari Desa Adat Gelgel yang memiliki tiga desa administratif yang melingkupi sepuluh banjar adat dimana tiap banjar adat merupakan bagian dari dusun. Pembagian wilayah banjar adat pada Desa Kamasan sebagai berikut: Dusun Kacang Dawa: Br. Kacang Dawa dan  Br. Siku; Dusun: Banjar Sangging, Banjar Geria, dan Banjar Celagi; Dusun Pande Mas:      Banjar Pande Mas, Banjar Peken, dan Banjar Pande Kaler; Dusun Tabanan: Banjar Tabanan dan Banjar Pande.

Luas wilayah Desa Kamasan sekitar 220 ha dengan penggunaan lahan yang dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu, tanah sawah, tanah tegal, tanah pekarangan, dan lain-lain. Sebagian besar wilayah Desa Kamasan masih belum terbangun. Sekitar 70% lahan yang ada merupakan tanah sawah dan tanah tegal.

Baca Juga  Pemkot Denpasar dan Brighton and Hove City, Siap Kolaborasi di Denfest 2020

Kamasan termasuk desa yang berpenduduk cukup padat, dengan luas wilayah ± 220 ha memiliki jumlah penduduk Desa Kamasan sebanyak 4.304 jiwa, laki-laki sebanyak 2.069 jiwa dan perempuan sebanyak 2.335 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 1.073 KK, dengan mata pencaharian sebagian besar sebagai pengerajin.

Desa Kamasan dikenal sebagai desa pengerajin berupa lukisan, emas, perak, ukir dan tenun yang sudah ada turun-temurun sejak zaman Kerajaan Waturenggong (kurang lebih pada tahun 1600 masehi), terutama seni lukis wayang Kamasan yang khas dan hanya ada Desa Kamasan. Para pengerajin memajang barang dagangannya di rumah masing-masing sehingga Desa Kamasan tampak seperti jejeran-jejeran toko kesenian (art shop) atau juga bisa disebut dengan galeri.

Suasana tradisi seni dan budaya yang terus berdenyut di Desa Kamasan hingga kini menjadi modal utama untuk bisa mendatangkan wisatawan menginjakkan kakinya di sini. Asalkan semua komponen mau bersatu padu baik dari pemerintahan kabupaten, pemerintahan desa, pokdarwis, para tokoh masyarakat, masyarakat setempat hingga para pekerja pariwisata asal Desa Kamasan. *balu01

Advertisements
iklan koster giri
Advertisements
dprd badung
Advertisements
Koster Giri pemprov
Advertisements
iklan fisioterapi
Advertisements
itb stikom
Advertisements
iklan
Advertisement
Klik untuk Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BUDAYA

Upacara ‘’Nangluk Merana’’ dan ‘’Caru Pekelem’’ di Pura Mas Ceti Ulun Tanjung Petitenget

Published

on

By

Pura Mas Ceti Ulun Tanjung
NANGLUK MERANA: Sekda Surya Suamba saat mengikuti prosesi upacara “Nangluk Merana” dan “Caru Pekelem” di Pura Mas Ceti Ulun Tanjung Petitenget Kelurahan Kerobokan Kelod, Jumat (14/3). (Foto: Hms Badung)

Badung, baliilu.com – Mewakili Bupati, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Badung Ida Bagus Surya Suamba melaksanakan persembahyangan bersama di Pura Mas Ceti Ulun Tanjung Petitenget Kelurahan Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta Utara Badung, Jumat (14/3). Persembahyangan bersama ini merupakan serangkaian upacara Nangluk Merana dan Caru Pekelem di Pantai Petitenget yang dipuput oleh Ida Pedanda Gede Putra Telaga saking Griya Sanur.

Sembahyang bersama ini juga diikuti Wakil Ketua I DPRD Kabupaten Badung Anak Agung Ngurah Ketut Nadi Putra, Ketua DWP Badung Nyonya Oliviana Surya Suamba, PHDI Badung, Perwakilan MDA Badung, pejabat di lingkup Pemkab Badung, Camat se-Kabupaten Badung, Bendesa Adat Kerobokan, Pekaseh se-Badung beserta warga setempat.

Upacara Nangluk Merana dan Caru Pekelem diselenggarakan oleh Pemkab Badung dengan tujuan untuk menangkal atau menghilangkan bencana alam, wabah, atau hal-hal buruk yang dapat mengganggu kehidupan manusia dan lingkungan. Upacara Nangluk Merana memiliki makna yang mendalam, sebagai upaya umat Hindu untuk memohon kepada Ide Sang Hyang Widhi Wasa agar senantiasa memberikan keselamatan bagi alam Bali beserta isinya.

Dalam sambrama wacananya Sekda Surya Suamba mengajak warga selalu ngrastiti bhakti kepada lda Sang Hyang Widhi Wasa. “Saya hadir mewakili Bupati Badung dalam acara Nangluk Merana, upacara ini merupakan salah satu di antaranya dapat dipilih untuk dilaksanakan sebagai penolak hama dan bencana. Mari bersama-sama selalu memohon kepada Beliau agar kita semua diberikan kesehatan dan kebahagiaan serta keseimbangan alam semesta,” ujarnya.

Bendesa Adat Kerobokan menyampaikan ucapan terima kasih kepada Sekda Badung yang sudah hadir dalam acara tersebut. “Terima kasih kepada Bapak Sekda dan semua warga yang sudah berkesempatan hadir di acara Nangluk Merana serta Pekelem ini dan ikut mendoakan semoga berjalan lancar. Kami sampaikan juga adapun sarana mapakelem berupa sapi, bebek hitam dan ayam. Sarana upakara yang dihaturkan adalah padudusan agung, dan tawur balik sumpah yang melibatkan Bendesa Adat se-Kabupaten Badung, Pekaseh, dan Kelian Subak Abian. Semoga dengan telah dilaksanakan upacara Nangluk Merana dan Caru Pekelem ini mendapatkan kasukertan jagat Bali,” harapnya. (gs/bi)

Baca Juga  Wabup Suiasa Tinjau Kebocoran Saluran Irigasi Subak Yeh Penet

Advertisements
iklan koster giri
Advertisements
dprd badung
Advertisements
Koster Giri pemprov
Advertisements
iklan fisioterapi
Advertisements
itb stikom
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

BUDAYA

Walikota Jaya Negara ‘’Ngupasaksi Karya Melaspas’’ Pratima dan Archa di Pura Penataran Agung dan Pura Dalem Kahyangan Penatih

Published

on

By

Walikota Jaya Negara
KARYA MELASPAS: Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara saat menghadiri ‘’Karya Melaspas’’ Pratima dan Archa di Pura Penataran Agung dan Pura Dalem Kahyangan Penatih bertepatan dengan Purnama Sasih Kesanga, Jumat (14/3). (Foto: Hms Dps)

Denpasar, baliilu.com – Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara menghadiri Karya Melaspas Pratima dan Archa di Pura Penataran Agung dan Pura Dalem Kahyangan Penatih bertepatan dengan Purnama Sasih Kesanga, Jumat (14/3). Karya ini dilaksanakan setelah proses perbaikan (ngodakin) Pratima dan Archa di pura tersebut tuntas dikerjakan.

Tampak hadir pula Anggota DPRD Provinsi Bali AA Ngurah Gede Marhaendra Jaya, Camat Denpasar Timur Ketut Sri Karyawati, Kabag Kesra Setda Kota Denpasar Ida Bagus Alit Surya Antara, serta undangan lainnya.

Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara dalam kesempatan tersebut memberikan apresiasi atas kekompakan krama Desa Adat Penatih dalam melaksanakan karya ini. Hal ini menunjukkan bahwa spirit Vasudhaiva Kutumbhakam dan menyama braya terlaksana erat oleh krama. Hal ini juga menjadi sebuah momentum untuk menjaga keharmonisan antara parahyangan, palemahan, dan pawongan sebagai impelementasi dari Tri Hita Karana.

“Dengan pelaksanaan Karya Melaspas Pratima dan Archa di Pura Penataran Agung dan Pura Dalem Kahyangan Penatih ini mari kita tingkatkan sradha bhakti kita sebagai upaya menjaga harmonisasi antara parahyangan, pawongan, dan palemahan sebagai impelementasi Tri Hita Karana,” ujar Jaya Negara.

Bendesa Adat Penatih I Wayan Ekayana mengatakan bahwa Karya Melaspas Pratima dan Archa di Pura Penataran Agung dan Pura Dalem Kahyangan Penatih ini dilaksanakan setelah proses perbaikan (ngodakin) Pratima dan Archa di pura tersebut tuntas dikerjakan. Hal ini sebagai momentum untuk bersyukur serta menguatkan sradha bhakti atas anugrah Ida Sang Hyang Widi Wasa.

Dikatakannya, seluruh rangkaian karya kali ini dipuput Ida Pandita Dukuh Nabe Acarya Dhaksa. Selanjutnya, setelah pelaksanaan Karya Melaspas Pratima dan Archa di Pura Penataran Agung dan Pura Dalem Kahyangan Penatih ini nantinya akan dilanjutkan dengan Karya Ngusaba Desa dan Pujawali.

Baca Juga  Respons Pelonggaran Transportasi Umum, Dewa Indra: Tiap Orang Masuk Bali Melalui Bandara Wajib Jalani Tes Swab

“Semoga melalui Karya ini dapat memberikan kesejahteraan serta kesehatan bagi seluruh krama Desa Adat Penatih,” ujarnya. (eka/bi)

Advertisements
iklan koster giri
Advertisements
dprd badung
Advertisements
Koster Giri pemprov
Advertisements
iklan fisioterapi
Advertisements
itb stikom
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

BUDAYA

Walikota Jaya Negara Hadiri ‘’Karya Melaspas lan Pecaruan’’ Wantilan Segara Padanggalak Desa Adat Kesiman

Published

on

By

Walikota Jaya Negara
TANDA TANGAN PRASASTI: Gubernur Bali Wayan Koster menandatangani prasasti saat menghadiri pelaksanaan Karya Melaspas lan Pecaruan Wantilan Desa Adat Kesiman, di Pantai Padanggalak, Jumat (14/3). (Foto: Hms Dps)

Denpasar, baliilu.com – Bertepatan dengan Rahina Purnama Sasih Kesanga, Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara menghadiri pelaksanaan Karya Melaspas lan Pecaruan Wantilan Desa Adat Kesiman, di Pantai Padanggalak, Jumat (14/3).

Tampak hadir pula dalam kesempatan ini, Gubernur Bali Wayan Koster yang juga sekaligus meresmikan Wantilan Segara ditandai dengan Pemukulan Kempur dan tanda tangan prasasti disaksikan oleh Ketua DPRD Kota Denpasar I Gusti Ngurah Gede, Anggota DPRD Provinsi Bali I Gusti Ngurah Gede Marhaendra Jaya, Sekda Kota Denpasar IB Alit Wiradana, Bendesa se-Kota Denpasar dan para tokoh setempat.

Adapun upacara ini dilaksanakan karena telah rampungnya pembuatan Bale Wantilan Segara Desa Adat Kesiman di Pantai Padanggalak. Selain itu, momentum ini juga digunakan sebagai kesempatan tatap muka antara Walikota Jaya Negara dengan masyarakat desa setempat, dan juga untuk menyerahkan punia.

“Pelaksanaan upacara keagamaan ini juga salah satu bentuk untuk meningkatkan sradha bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang ada di setiap umat,” ujar Walikota Jaya Negara di sela-sela pelaksanan upacara Pemelaspasan.

Lebih lanjut Walikota Jaya Negara menyampaikan apresiasinya atas pelaksanaan upacara Pemelaspasan yang dilaksanakan dari komunitas masyarakat seperti banjar dan desa adat, dalam melaksanakan secara Menyama Braya yang tidak terlepas dari semangat gotong-royong melalui semangat Vasudhaiva Kutumbakam dalam penyelenggaraan upacara tersebut.

“Dalam menjalankan fungsi pemberdayaannya, Pemkot Denpasar tidak terlepas dari sektor keagamaan. Hal lain yang mesti kita apresiasi adalah kemandirian masyarakat untuk penyelenggaraannya, sehingga manfaat upacara keagamaan yang dikenal dengan istilah Tri Guna Karya serta Satwika Karya dapat kita peroleh dengan baik,” kata Jaya Negara.

Walikota Jaya Negara juga mengharapkan, setelah dilaksanakannya upacara Pemelaspasan dan Pecaruan Wantilan Segara Desa Adat Kesiman di Pantai Padanggalak ini seluruh masyarakat dapat memanfaatkannya terutama untuk prosesi ibadah memohon kerahayuan. Kedepannya wantilan ini bisa diharapkan digunakan juga untuk masyarakat yang melaksanakan melasti di Pantai Padanggalak.

Baca Juga  Ciptakan Kebersihan, Ketertiban dan Kenyamanan, Desa Pemogan Tertibkan 5 PKL yang Berjualan di Atas Trotoar

“Tentu pelaksanaan yadnya ini sebagai sarana peningkatan nilai spiritual sebagai umat beragama. Kami berharap ke depan, upacara yadnya ini dapat memberikan energi positif yang juga dapat mendorong hal-hal baik bagi umat, serta menetralisir hal-hal negatif di lingkungan desa setempat,” katanya.

Sementara Bendesa Adat Kesiman I Ketut Wisna mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah Provinsi Bali dan Kota Denpasar, terutama Bapak Gubernur Bali dan Walikota Denpasar yang telah berkenan hadir dan memberikan stimulannya.

“Saya mengucapkan terimakasih karena Bapak Gubernur Bali dan Bapak Walikota Denpasar sudah berkenan hadir dan meresmikan serta menyaksikan langsung prosesi pemelaspasan lan pecaruan Wantilan Segara Desa Adat Kesiman,” paparnya.

Sebagai informasi, upacara ini sendiri dipuput oleh Ida Pedanda Gede Oka Bajing saking Griya Bajing Kesiman dan Ida Pedanda Istri Jelantik Gianyar saking Griya Gede Batuan Sukawati Gianyar.

“Semoga dengan adanya wantilan segara ini bisa menjadi tempat serba guna untuk masyarakat kami di Kesiman dan untuk masyarakat yang melaksanakan pemelastian nantinya,” ungkap Wisna. (eka/bi)

Advertisements
iklan koster giri
Advertisements
dprd badung
Advertisements
Koster Giri pemprov
Advertisements
iklan fisioterapi
Advertisements
itb stikom
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca