Denpasar, baliilu.com
– Dalam sebuah wawancara eksklusif Gubernur Bali Wayan Koster di salah satu TV local
Bali Senin siang (30/3-2020) di Gedung Jaya Sabha Denpasar menjelaskan perkembangan
update Covid-19 sampai Senin siang secara komulatif pasien dalam pengawasan
(PDP) di Bali mencapai 141 orang. Dari 141, sebanyak 90 orang dinyatakan negatif
dan 10 orang positif. Sisanya 41 orang masih dalam pengawasan.
Dikatakan dari 10 orang yang dinyatakan positif, 5 WNA dan 5
WNI. Dari 5 WNA 2 di antaranya sudah meninggal dan 3 masih dirawat di RS Sanglah
dan di RSUD Tabanan. Sementara itu 5 WNI, terdiri dari 1 orang pekerja warga Bali
di kapal pesiar di Italia. Saat pulang belum diberlakukan karantina sehingga
lolos. Dua hari di rumah kemudian panas dan setelah dicheck dan diisolasi dinyatakan
positif Covid-19. Jadi ini adalah imported case. 3 warga yang positif lainnya adalah
warga Bali yang bolak balik ke Jakarta dan ke Surabaya serta 1 orang lagi
adalah yang merawat. ‘’Yang 10 orang positif sudah dikonfirmasi satu orang dinyatakan
sembuh. Ini satu kemajuan. Dari 10 ini yang murni muncul di Bali sebenarnya
belum ada,’’ ujar Gubernur Koster.
Gubernur menegaskan sebagai destinasi wisata dunia, banyak
yang mengkhawatirkan Bali. Karena Bali pintu masuk wisata dunia terbesar. Tahun
2019, sebanyak 6,3 juta wisatawan manca negara datang ke Bali. Namun banyak
menteri memberikan apresiasi, bahwa baru ada 10 orang positif Covid-19 di Bali.
Bandingkan dengan provinsi lain? dengan Jakarta 600 lebih, Jabar, Jateng, Jatim
dan Banten bahkan provinsi lain. Transmisi lokalnya sangat tinggi. ‘’Jadi kalau
dilihat sebenarnya Satgas dan kebijakan menurut saya sudah berjalan. Saya harap
semua warga tertib dan disiplin pada arahan pemerintah, inilah satu-satunya
cara. Diam di rumah, jaga kesehatan, konsumsi makanan sehat, jangan menganggap
remeh. Bisa berdampak pada banyak orang. Jangan bengkung, egois dan merasa benar sendiri yang nantinya akan mengorbankan
banyak pihak,’’ tegas Gubernur.
Terkait kebijakan-kebijakan Pemerintah Provinsi Bali,
berbagai upaya sudah dilakukan sejak munculnya wabah ini di Bali, dan bahkan
sejak sebelumnya merebak di luar. ‘’Kami sudah mengambil langkah-langkah yang
menurut hitungan saya cukup cepat. Yang pertama, Satuan Tugas (Satgas) dibentuk
10 Maret lalu yang dipimpin Sekda Pemprov Bali Dewa Made Indra guna melakukan
upaya penanganan dan pencegahan. Dimana pada saat itu di Bali baru ada 1 kasus
positif. Jadi saya rasa kita sudah bekerja dengan baik dan cepat, didukung
suatu kebijakan Bali Siaga Darurat Covid-19 sehingga semua upaya kita bisa dilaksanakan
secara cepat dan terarah. Apa-apa yang kita lakukan bisa lebih cepat dan baik
serta lebih teorganisir,’’ katanya.
Sebelumnya Satgas Covid-19 telah menunjuk 11 RS rujukan. Ada
RS Sanglah, RS Bali Mandara serta RS-RS di kabupaten yang memenuhi syarat. 88
kamar isolasi sudah disiapkan. Dengan adanya RS rujukan ini, pengelolaan pasien
jadi lebih baik, tenaga medis siap dan astungkara hingga kini berjalan baik.
‘’Saya mendapat banyak masukan positif, yang memandang
perlunya RS khusus untuk isolasi PDP dan penanganan Covid-19. Semua pasien akan
diarahkan ke sana, maka ditugaskan RS PTN Udayana. Kita koordinasikan dengan
pihak Unud. Ini penting agar virus ini tidak makin menyebar. Persiapannya sudah
dilaksanakan dan diharapkan siap pada 7 April mendatang. Anggarannya sudah
disiapkan melalui APBD untuk mendanai kebutuhan RS tersebut yang berjumlah Rp
45,9 milyar dengan alokasi dana dari
belanja daerah yang bisa dievaluasi, bahkan dihilangkan. Tidak ada
keraguan, dan tim kerja siang malam untuk menyiapkan segala sesuatunya,’’ kata
Koster.
Untuk pencegahan dan penanganan Covid-19 ini, Gubernur selalu
mengajak Satgas, PHDI, MDA ditambah bupati, walikota, DPRD dan tokoh masyarakat. Masukan konstruktif
tersebut sebagai acuan merumuskan kebijakan. Karena kebijakan apa pun pasti
berdampk pada masyarakat luas, jadi harus dikoordinasikan dengan bupati/walikota
dan DPRD setempat.
Kebijakan yang sangat dan paling penting adalah imbauan agar
masyarakat lebih banyak ada di rumah. Mengurangi aktivitas di luar rumah
kecuali sangat penting. Astungkara
berjalan lancar, hanya instansi pemerintah, eselon 1 -2, yang sifatnya
pelayanan yang tetap masuk kantor. Aktivitas sudah sangat jarang. Juga imbauan
untuk menutup objek wisata, hiburan malam , kerumunan masyarakat dan meniadakan
sementara kegiatan adat dan agama. Semuanya di bawah pemantauan polisi dan desa
adat. Ini untuk mengurangi resiko penyebaran virus. ‘’Masyarakat Bali saya
lihat kalau diberikan arahan tegas, bisa dijalankan dengan tertib. Sangat baik
dan luar biasa menurut saya,’’ ujar Koster.
Kebijakan lain, RS
Sanglah kini sudah diberikan kewenangan untuk melakukan uji lab dan sudah
berjalan sejak 26 Maret lalu. Jadi tidak perlu lagi mengirim sampel ke Jakarta
atau Surabaya, sudah bisa dijalankan
secara mandiri di RS Sanglah. Hasilnya pun bisa keluar lebih cepat,
tidak lagi menunggu hingga berhari-hari bahkan
berminggu-minggu.
‘’Kami mengupayakan bantuan APD dari pemerintah pusat. 4
ribu buah sudah turun dan dibagi ke RS-RS rujukan, nanti akan ada lagi tahap
kedua pengiriman. Juga sudah ada alat rapid
test untuk menguji ODP, PDP dan petugas medis sejumlah 3.800 kit sehingga
bisa lebih cepat lagi prosesnya,’’ ungkapnya.
Selain itu, kita juga memesan langsung dengan anggaran dari
APBD untuk beli APD dari luar negeri dan perkiraannya minggu depan sampai. Alat
untuk rapid test juga termasuk.
Pembelian ini berhubungan langsung dengan duta besar dan konsul negara sahabat
jadi perlu prosedur dari antar negara.
Sedangkan penetapan status siaga darurat sampai saat ini
masih sampai 30 Maret pukul 24.00. ‘’Nanti saya akan rapat lagi dengan Satgas
mengenai kebutuhan dan arahan pusat. Apakah perpanjang atau tingkatkan
statusnya akan dibahas lagi,’’ imbuhnya.
Menyinggung rangkaian hari suci Nyepi tahun saka 1942, memang
diakui dalam suasana yang berbeda. Kita menghadapi masalah penyebaran wabah
Covid- 19. Jadi tidak seperti (perayaan
Nyepi, red) biasanya. ‘’Saya bersama
PHDI dan Majelis Desa Adat mengeluarkan imbauan untuk membatasi tugas pelaksana
upacara terkait hari Nyepi, prosesi Tawur
Kesanga, pengerupukan, dll.
Jumlah pesertanya dibatasi maksimal 25 orang dan astungkara bisa dilaksanakan
dengan disiplin. Ini Sangat baik dan patut diapresiasi kesadaran masyarakat
dalam menjalankan imbauan kami,’’ ujar Koster.
Begitu juga terkait pengarakan ogoh-ogoh yang biasanya meriah, tahun ini dimbau juga untuk tidak
melakukan pengarakan dan astungkara di
lapangan, hampir semua desa adat tidak melaksanakan pengarakan. Padahal ogoh-ogoh tersebut telah dibuat secara
kreatif dan inovatif oleh para yowana. Ternyata semua disiplin dan tertib
melaksakan imbauan. ‘’Untuk itu saya mengucapkan terima kasih pada masyarakat
dan para yowana di seluruh Bali,’’ katanya.
Pada 26 Maret lalu ada juga imbauan untuk tetap berada di
rumah, kecuali untuk keperluan mendesak. Ternyata imbauan ini juga betul-betul
dilaksanakan dengan disiplin, bahkan bupati/walikota merespons, dengan
menjadikannya instruksi, sehingga (pelaksanaan, red) lebih kuat di lapangan.
Nyaris seperti Nyepi. Responsnya sangat baik, meskipun imbauannya diberikan
dalam hitungan jam.
‘’Sebagai Gubernur mewakili pemerintah dan pribadi
mengucapkan Hari Suci Nyepi, semoga Nyepi tahun ini jadi momentum mewujudkan
visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali di masa yang akan datang,’’ ujar Gubernur Koster.
(*/gs)