Denpasar, baliilu.com
– Sebanyak 1.493 desa adat di Bali, pada Kamis (9/7-2020) tercatat seluruhnya telah
memiliki pararem tentang Pengaturan
Pencegahan dan Pengendalian Gering Agung.
Pembuatan pararem untuk masing-masing
wilayah desa adat ini merupakan tindaklanjut dari instruksi Gubernur Bali Wayan
Koster yang bertujuan guna mempercepat penanggulangan pandemi Covid-19 di Bali.
Pada Kamis ini yang pula bertepatan dengan dimulainya
pemberlakuan Protokol Tatanan Kehidupan Era Baru, Gubernur Koster didampingi
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali Dewa Made Indra, Ketua MDA Provinsi
Bali Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet menyerahkan secara simbolis pararem tentang Pengaturan Pencegahan
dan Pengendalian Gering Agung
Covid-19 kepada desa adat se-Bali yang diwakili oleh ketua madya MDA kabupaten/kota
sejebag Bali, di Gedung Gajah, Jaya
Sabha, Denpasar.
Menurut Gubernur Koster, pembuatan pararem terkait pencegahan penyebaran Covid-19 ini berdasarkan atas
Peraturan Daerah (Perda) Nomor 4 Tahun 2019 tentang Desa Adat di Bali dan
Peraturan Gubernur Bali Nomor 4 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2019 tentang Desa Adat di Bali, penyusunan pararem harus melalui proses di desa adat
dan di Majelis Desa Adat Provinsi Bali.
“Desa adat ini sudah terbukti telah membentuk Satgas Gotong-Royong
Desa Adat dengan Surat Edaran Gubernur bersama MDA Bali, sehingga pencegahan
dan penanganan Covid-19 sejak Maret lalu, itu telah berjalan dengan baik, dan
telah mendapatkan pengakuan dari berbagai pihak,” ungkapnya.
Gubernur Koster menambahkan, untuk memulai dengan tahap
pertama Penerapan Tatanan Era Baru berbasis desa adat, dirinya bersama MDA Bali
dan juga bendesa madya MDA kabupaten/kota se-Bali sepakat mendorong agar desa
adat di seluruh Bali membuat pararem dalam
rangka pencegahan dan pengendalian Gering
Agung Covid-19 di Provinsi Bali.
“Saya meyakini desa adat dengan pararem ini akan memiliki kekuatan niskala dan sekala,
ikatan yang kuat dengan krama, dan bisa diberdayakan dalam konteks
mendisiplinkan, menertibkan masyarakat di wewidangan-nya
masing-masing, sehingga betul-betul bisa melaksanakan protokol Penerapan Tatanan
Era Baru di Bali dengan harapan, bisa berjalan lancar, baik dan sukses,”
sebutnya.
Dilanjutkannya, ukuran sukses ini, yakni bisa mengendalikan penambahan kasus positif di wilayahnya masing-masing. “Usahakan desa adat yang belum terjangkit Covid-19, jangan sampai muncul kasus positif di wilayahnya. Astungkara, lakukan langkah secara niskala dan sekala. Sedangkan bagi wilayahnya yang sudah terjadi kasus positif, maka harus bekerja keras agar bisa menstabilkan atau bahkan bisa mengendalikan penuh supaya tidak ada lagi penambahan,” tandasnya.
Di sisi lain pada kesempatan yang sama, atas peran penting
desa adat dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi pemerintah terkait
percepatan penanganan Covid-19 di Bali, Gubernur Koster
memprakarsai bakal menggelontorkan dana pada anggaran
perubahan APBD 2020, sebesar Rp 50 juta untuk operasional Satgas Gotong-Royong
Desa Adat.
“Dalam rangka memotivasi, mendorong, dan meningkatkan
semangat para Satgas Gotong-Royong Desa Adat, maka saya telah memperhitungkan
dengan bapak Sekda. Kita akan memberikan tambahan dana untuk desa adat,”
ungkapnya.
Kemudian dalam upaya memutus penyebaran Covid-19, pihaknya
pun meminta para bendesa adat se-Bali agar lebih meningkatkan kerjasama dengan
kepala desa, kelurahan, dan juga para relawan yang ada. Dengan demikian, lanjut
Gubernur Koster, maka tujuan bersama dalam penanganan pandemi ini bisa tercapai
dengan maksimal.
Ditemui seusai penyerahan pararem, Gubernur asal Sembiran ini mengatakan, tambahan ini untuk
1.493 desa adat. “Kecuali untuk desa adat yang ada di Kota Denpasar.
Karena, sudah mendapatkan bantuan dana Rp 10 miliar,” tandasnya.
Sebelumnya, Bendesa Agung MDA Provinsi Bali, Ida Penglingsir
Agung Putra Sukahet mengatakan, untuk bergerak efektif dan penuh semangat agar
upaya pengendalian dan juga memutus penyebaran Covid-19 di Provinsi Bali, maka
MDA bersama Majelis Madya Desa Adat se-Bali membuat pararem.
“Kami semua dari
jajaran MDA Provinsi Bali, kabupaten/kota, kecamatan, serta para bendesa adat
sangat berharap dengan diluncurkannya dan diberlakukannya pararem ini, agar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, penuh
tanggung jawab dan lebih semangat dari sebelumnya,” harapnya. (*/gs)
SERAHKAN PUNIA: Wabup Ketut Suiasa menyerahkan punia saat menghadiri acara Melaspas Kori Agung dan Tembok Penyengker di Pura Luhur Beten Bingin Banjar Sedahan Desa Munggu, Mengwi Badung, Selasa (21/1). (Foto: Hms Badung)
Badung, baliilu.com – Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa menghadiri acara Melaspas Kori Agung dan Tembok Penyengker di Pura Luhur Beten Bingin Banjar Sedahan Desa Munggu, Mengwi Badung, Selasa (21/1).
Turut hadir pada kesempatan ini Perbekel Desa Munggu, Bendesa Adat Munggu, Pujangga dan Pandean, BPD Desa Munggu, serta Kelihan Adat/Dinas Banjar Sedahan dan kelian Adat/Dinas Banjar Pempatan Munggu.
Sebagai bentuk dukungan Pemkab Badung terhadap pembangunan Kori Agung dan Tembok Penyengker Pura Luhur Beten Bingin tersebut dibantu dana sebesar Rp. 870 juta lebih. Pada kesempatan itu Wabup Suiasa memberikan paraf pada prasasti dan membantu secara pribadi sebesar Rp 4 juta serta bantuan dari Perbekel Munggu Rp 5 juta, Bendesa Adat Munggu Rp 500 ribu yang diterima pengurus pura I Made Ernawan.
Wabup Suiasa merasa berbahagia dan bersyukur bisa hadir di acara melaspas. Ia mengatakan di masa-masa baktinya habis sebagai Wakil Bupati tidak henti-hentinya mengajak warga selalu ngrastiti bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar acara pemelaspasan berjalan lancar dan labda karya.
“Saya merasa berbahagia dan bersyukur bisa hadir disini sebelum berakhir masa bakti saya sebagai Wakil Bupati. Kegiatan yadnyamelaspas ini sudah dilaksanakan dengan tulus dan ikhlas maka sudah pasti ada hikmahnya, semoga kita selalu diberikan kesehatan dan kebahagiaan serta keseimbangan alam semesta,” imbuhnya.
Wabup Suiasa mengingatkan warga dalam bermasyarakat perbedaan jangan dianggap sebagai jarak atau batas untuk bersaudara melainkan perbedaan itu diibaratkan dengan upakara yadnya melaspas yang terdiri dari banyak jenis bahan yang menjadi satu sebagai persembahan. Sesuai dengan fungsi dan makna dari yadnya melaspas tersebut.
Sementara itu pengurus Pura I Made Ernawan menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Wabup Suiasa di tengah kesibukannya sudah meluangkan waktu untuk hadir dan ikut mendoakan kegiatan yadnya melaspas tersebut. Ia juga menyampaikan bahwa upacara pemelaspasan yang puncaknya pada Rahina Buda Cemeng Klawu dan dipuput oleh Ida Pedanda Ketut Pemaron dari Griya Sideman Banjar Pemaron Baleran Munggu serta berharap acara melaspas berjalan lancar. (gs/bi)
RAHINA TUMPEK WAYANG: Pemkot Denpasar upacara Persembahyangan bersama dalam rangka memperingati Rahina Tumpek Wayang di Pura Agung Jagatnatha Denpasar, Sabtu (18/1). (Foto: Hms Dps)
Denpasar, baliilu.com – Pemkot Denpasar menggelar upacara Persembahyangan bersama dalam rangka memperingati Rahina Tumpek Wayang di Pura Agung Jagatnatha Denpasar, Sabtu (18/1). Persembahyangan ini dilaksanakan sebagai wujud syukur serta memuja Tuhan dalam manifestasinya memberikan pencerahan kehidupan di dunia serta mampu membangkitkan daya seni dan keindahan.
Dimana persembahyangan ini dihadiri Plt. Asisten III Setda Kota Denpasar, I Wayan Sudiana bersama para pimpinan di lingkungan OPD Setda Kota Denpasar beserta unsur Forkopimda Kota Denpasar.
Rangkaian upacara diawali dengan sesolahan Wayang Lemah, diiringi suara kekidungan, upacara berlangsung khidmat yang dipuput Ida Pedanda Made Taman Dwija Putra.
Plt. Asisten III Setda Kota Denpasar, I Wayan Sudiana mengatakan, peringatan Hari Tumpek Wayang merupakan hari suci pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewa Iswara yang berfungsi untuk menerangi kegelapan, memberikan pencerahan kehidupan di dunia serta mampu membangkitkan daya seni dan keindahan.
Tumpek Wayang juga merupakan cerminan dimana dunia yang diliputi dengan kegelapan, manusia oleh kebodohan, keangkuhan, keangkaramurkaan.
Tumpek Wayang juga bermakna sebagai “Hari Kesenian”. Karenanya, secara ritual diupacarai (kelahiran) berbagai jenis kesenian seperti wayang, barong, rangda, topeng, dan segala jenis gamelan.
“Aktivitas ritual tersebut sebagai bentuk rasa syukur terhadap Sang Hyang Taksu sering disimboliskan dengan upacara kesenian wayang kulit, karena mengandung berbagai unsur seni atau teater total. Dalam kesenian ini, semua eksistensi dan esensi kesenian sudah tercakup,” ujarnya.
Pihaknya menambahkan, melalui peringatan Hari Tumpek Wayang diharapkan mampu menyeimbangkan alam semesta beserta isinya. Serta mampu memberikan kekuatan agar manusia senantiasa mulat sarira dan introspeksi diri. (eka/bi)
HADIRI KARYA: Bupati Nyoman Giri Prasta disambut warga saat menghadiri Karya Melaspas dan Mecaru Rsi Gana di Pura Dalem Kekeran Manik Gunung, Desa Adat Kekeran, Selanbawak, Marga, Tabanan, Selasa (14/1). (Foto: Hms Badung)
Tabanan, baliilu.com – Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta, turut serta prosesi Mendem Pedagingan serangkaian Karya Melaspas dan Mecaru Rsi Gana di Pura Dalem Kekeran Manik Gunung, Desa Adat Kekeran, Selanbawak, Marga, Tabanan, Selasa (14/1).
Hadir pada karya tersebut Anggota DPRD Kabupaten Badung I Wayan Regep, Anggota DPRD Kabupaten Tabanan, Perbekel Selambawak I Made Merta, Bendesa Adat Kekeran I Gede Nyoman Sabar Tangkas, tokoh masyarakat serta krama Desa Adat Kekeran Selanbawak.
Upacara ini dilaksanakan untuk penyucian Pelinggih Ida Bhatara, Pura Prajapati, Balai Kulkul, Apit Surang dan Jineng yang rampung dibangun dan direnovasi dengan dukungan hibah fisik dari Pemerintah Kabupaten Badung bernilai Rp 2,2 miliar dengan pengalokasian melalui Anggaran Induk Tahun 2024.
Usai melaksanakan mendem pedagingan dan melaksanakan persembahyangan, Bupati Giri Prasta, menyampaikan bahwa dirinya hadir di tengah-tengah masyarakat Desa Adat Kekeran Manik Gunung untuk ikut ngastiti bhakti dalam pelaksanaan karya di Pura Dalem lan Prajapati Kekeran Manik Gunung.
“Pemerintah Kabupaten Badung hadir membantu pembangunan Pura ingin memberikan yang terbaik kepada umat sedharma sehingga ke depan masyarakat tidak perlu lagi mengeluarkan iuran, cukup masyarakat gotong-royong untuk ngayah saja. Ini adalah salah satu contoh yang kita berikan untuk menjaga adat, agama, tradisi, seni dan budaya. Astungkara ini akan kami lakukan terus dengan membuat legacy bagi generasi penerus serta untuk meringankan beban masyarakat,” jelasnya.
Ia juga berpesan, menjadikan karya ini untuk memperkuat persatuan dan semangat kebersamaan dalam menjaga keluhuran adat dan budaya Bali. “Saya harapkan masyarakat harus bergotong-royong bersatu agar semua berjalan dengan baik dan lancar, astungkara masyarakat Desa Adat Kekeran, Selanbawak ini segilik, seguluk, selulung sebayantaka, gemah ripah loh jinawi, tata tentram kertha rahaja,” ujar Bupati Giri Prasta seraya berharap melalui upacara ini, masyarakat semua mendapatkan kerahayuan sekala dan niskala. (gs/bi)