SARASEHAN: Peserta sarasehan dengan tema: ‘’Dampak Negatif Virus Corona : Solusi Alternatif Menuju Pariwisata Bali Berkelanjutan’’ yang digelar, 7 Februari 2020 di Toya Devasya, Toya Bungkah Kintamani Bangli.
Kintamani, baliilu.com
– Bali tak pernah surut diguncang musibah. Bali pernah terperanjat oleh
dentuman bom Bali 1 dan 2 yang meluluhlantakkan pariwisata Bali, isu flu burung
(SARS), masalah rabies hingga Gunung Agung meletus. Musibah itu pun berlalu seiring
semangat saling bantu membantu di antara masyarakat Bali. Begitu pula virus
corona dalam tiga pekan ini yang terus menjadi perhatian dunia yang berdampak
signifikan terhadap pariwisata dan perekonomian Bali.
Namun kesigapan langkah pemerintah daerah melalui Gubernur Bali dan Wagub serta jajarannya yang dengan cepat merespons penyebaran virus corona agar tidak terjadi di Bali menumbuhkan semangat dari seluruh komponen pariwisata. Di antaranya Dewan Perwakilan Wilayah Nawa Cita Pariwisata Indonesia (NCPI) Bali bersama Toya Devasya Natural Hot Spring yang memprakarsai sarasehan dengan tema: ‘’Dampak Negatif Virus Corona : Solusi Alternatif Menuju Pariwisata Bali Berkelanjutan’’ yang digelar, 7 Februari 2020 di Toya Devasya, Toya Bungkah Kintamani Bangli.
Hadir sebagai nara sumber ibu Konjen China Ms Sun Hi Lua,
anggota DPD RI perwakilan Bali Made Mangku Pastika, Kepala Disparda Putu Astawa,
perwakilan dari perbankan serta dihadiri stake holder kepariwisataan,
pertanian, perbankan, kepolisian, TNI dll.
KETUA NCPI BALI: Agus Maha Usadha
Ketua NCPI Bali Agus Maha Usadha mengawali sarasehan memberi semangat dengan kutipan syair Crisye ‘’Badai pasti berlalu’’. Menginspirasi bahwa musibah yang kini mendera Bali segera akan berakhir jika kita bergandeng tangan saling bantu membantu. Salah satunya dengan menggelar sarasehan yang diharapkan memberikan solusi alternatif menuju pariwisata Bali berkelanjutan.
Konjen China mendapat sesi pertama. Diwakili Ms. Sun Li Hua, istri Konjen sebelum memaparkan perkembangan virus corona
di Tiongkok menyempatkan diri duet bersama Mangku Pastika menyanyikan lagu
Mandarin, sebuah apresiasi terhadap lagu
yang membumi di hati masyarakat dunia, wujud sikap empati pada dunia khususnya
Tiongkok.
IBU KONJEN CHINA: Ms. Sun Li Hua
Ibu Konjen China kemudian memaparkan langkah kongkret yang dilakukan Tiongkok untuk menanggulangi virus corona. Pertama mengantisipasi penularan virus corona terjadi antar-manusia. Sejak 22 Januari, Pemerintah Tiongkok sudah menutup wilayah Wuhan, dan meminta warganya tidak bepergian ke luar tempat. Biasanya saat Imlek orang bepergian sampai melebihi persentasi, namun kali ini menurun 85 persen. Tidak ada warga Tiongkok yang bepergian ke tempat lain.
Demikian pula memperlama masa masuk anak-anak SMA dan universitas,
untuk mendapatkan hasil penyebaran tidak jauh lagi. Termasuk tidak memberikan
izin bepergian ke luar negeri untuk mengurangi penyebaran virus corona di negara
lain. ‘’Keadaan ini benar-benar memberikan imbas dan tekanan yang sangat besar
bagi pariwisata, bukan hanya untuk Indonesia, Bali tapi juga Benoa Eropa, Asean,
Amerika,’’ ujarnya.
Sementara itu, langkah berikutnya untuk menyembuhkan pasien
yang terpapar virus corona, Tiongkok banyak mendatangkan para ahli. Tenaga medis
yang melakukan penanggulangan ada 60 grup terdiri dari 7 ribu dokter dan
suster.
Pemerintah juga membangun dua rumah sakit di Wuhan. Dalam
waktu 10 hari mendirikan dua rumah sakit yang menampung 2600 pasien dengan fasilitas dan tempat tidurnya. ‘’Di rumah
sakit ini juga menggunakan teknologi paling terbaru, dengan pengobatan terbaru
demi langkah tercepat mengobati pasien virus corona. Tiongkok juga siap membangun 20 rumah
sakit lagi yang menampung 10.000 pasien,’’ tegasnya.
IBU KONJEN: Sempat menikmati Toya Devasya
Langkah berikutnya dalam rangka menanggulangi penyebaran virus corona, pemerintah bekerja sama dengan memberikan informasi secara tranparan dan langsung kepada negara di dunia untuk menyikapi masalah ini dengan terus up-date informasi.
Ditegaskan bahwa
Tiongkok melakukan pencegahan ini sudah melebihi standar atau syarat yang
diberikan oleh WHO. Semua fasilitas dan pergerakan penanggulangannya juga sudah
melebihi syarat atau standar yang diberikan WHO.
Ibu Konjen juga menginformasikan data terakhir menunjukkan penyebaran virus corona di Wuhan sudah semakin menurun. Sebaliknya yang disembuhkan semakin banyak. Berita per tanggal 6 Februari pasien terjangkit yang sudah disembuhkan sebanyak 387 orang. Dan yang terbaru sudah 1540 yang bisa disembuhkan, dengan persentase semakin hari semakin meningkat.
Atas dukungan dan kerjasamanya, ibu Konjen mengucapkan
terimakasih atas langkah Pemerintah Provinsi Bali. Dalam mencegah penyebaran
virus corona, pemerintah Bali telah menyediakan
tiga rumah sakit yang memiliki fasilitas lengkap dan 3 rumah sakit swasta.
BUDAYA BALI: Begitu dekat dengan budaya Tiongkok
Musibah ini tidak dapat dihindari, mungkin yang bisa dilakukan dengan menggunakan kesempatan ini untuk introspeksi diri, bagaimana membenahi dan memperbaiki perjalanan-perjalanan wisata, meningkatkan lagi fasilitas pariwisata di Bali. Kesibukan di saat high-season, saat ini bisa dimanfaatkan dekat dengan keluarga, menjaga kesehatan, guide Mandarin lebih mengasah lagi tentang Bali, kebudayaan, sejarah serta meningkatkan kemampuan berbahasa Mandarin. ‘’Nantinya badai ini akan berlalu dan sudah siap dengan fasilitas yang baru,’’ katanya.
Sun Li Hua menyudahi paparannya dengan keyakinan virus corona
ini pasti akan berakhir, semua akan kembali seperti semula. ‘’Di Tiongkok musim
semi akan datang, saya berharap musim yang baru ini akan sama bersemi kembali
di Bali. Berakit rakit ke hulu berenang renang ketepian. Bersakit sakit dahulu
bersenang senang kemudian,’’ akhir dari pembicaraannya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Putu Astawa
memaparkan jumlah turis Tiongkok ke Bali tahun 2019 sebanyak 1,185 juta, atau 18
persen dari jumlah turis mancanegara ke Bali sebanyak 6,3 juta. Tiongkok
menduduki nomor 2 setelah Australia. Atau jika dirupiahkan yang masuk dari sektor
pariwisata, dari 6,3 juta wisatawan ke Bali dalam setahun menyumbang 124
triliun, atau dari Tiongkok sekitar 25 triliun.
KADISPARDA PUTU ASTAWA: Kami merasa empati dan turut prihatin
’’Musibah virus corona yang terjadi di Tiongkok saat ini sangat mempengaruhi perekonomian dunia dan juga Bali. Karena itu, ini harus serius dibenahi dan kami merasa empati dan turut prihatin atas kejadian ini,’’ kata Putu Astawa seraya menyatakan telah mengupayakan berbagai langkah di antaranya mengumpulkan kadis kesehatan, direktur rumah sakit, untuk menggalang tidak ada informasi yang simpang siur. Begitu juga menggelar rapat koordinasi otoritas bandara, menyamakan persepsi dalam mengambil langkah-langkah yang sama termasuk secara massif mengedarkan surat edaran melalui media social.
Dalam waktu dekat juga akan mengumpulkan 34 konjen yang ada
di Bali untuk menyampaikan bahwa Pemerintah Bali sangat konsen menjaga agar
Bali tidak sampai terinfeksi virus corona. Memastikan bahwa Bali aman,
sekaligus meminta tamunya agar dialihkan ke Bali.
Pemerintah daerah juga segera melayangkan surat kepada
Presiden, untuk memohon mengalihkan rapat-rapat atau pertemuan ke Bali. Begitu juga tiket pesawat ke Bali agar
diturunkan. Untuk mengisi kekosongan, Garuda misalnya bisa pergi ke India untuk membawa penumpang
ke Bali. Demikian juga, mengusulkan kepada travel agent untuk membuat paket
murah. Dalam waktu dekat Bali juga menggelar festival kopi internasional.
Sementara itu, anggota DPD RI perwakilan Bali Made Mangku
Pastika juga optimis badai yang dalam istilahnya hanya angin semilir segera
akan berlalu. Terlebih lagi pemerintah dengan seluruh jajarannya dan para stake
holder sudah sangat siap untuk mengantisipasi, mengakomodasi dan memberikan
berbagai fasilitas dan pelayanan jika seandainya ada terindikasi terpapar virus
corona.
MANGKU PASTIKA: Dari 1 Milyar ada 300 juta orang kaya di China
Mantan Gubernur Bali ini memastikan, Bali bisa melewati dampak virus corona ini karena sudah siap sejak dulu. Bali sudah berpengalaman, pernah terkena bom Bali satu dan dua, flu burung (SARS), isu-isu yang lain tentang wabah yang terjadi seperti masalah rabies, gunung meletus . Itu semua bisa ditanggulangi dengan baik. ‘’Jadi saya minta jangan pesimis. Penyakit yang paling berat pun bisa dan pasti ada obatnya. Cuma karena kaget-kaget aja kita sekarang. Apalagi oleh pemberitaan di media,’’ ujarnya.
Terkait dengan pemberitaan hoax yang berdampak buruk
terhadap kehidupan masyarakat, bahkan ada kemungkinan pihak-pihak lain yang
ingin menghancurkan Bali, Indonesia dan mungkin China, Mangku Pastika mengajak mari kita satukan
pendapat-pendapat, satukan statemen-statemen melalui media center. ‘’Karena persoalan ini tidak hanya persoalan
kesehatan, tetapi menyangkut berbagai hal lain, pariwisata, perekonomian,
ekspor impor dll. Jadi perlu dibentuk satu media senter dimana semua orang bisa
bertanya kesana untuk mendapatkan penjelasan yang benar,’’ katanya seraya
menandaskan media senter ini diharapkan secara berkala memberikan penjelasan,
meng-update apa yang telah dilakukan
baik oleh Tiongkok, Indonesia maupun Bali.
TOYA DAVASYA: Tampilkan kearifan lokal
Mangku Pastika juga meminta menggunakan momentum virus corona ini untuk introspeksi, memperbaiki yang kurang, membuat wisatawan China happy. Ia meminta wisatawan Tiongkok yang ada di Bali agar diperlakukan sebaik-baiknya. Mereka akan menjadi ambassador kita. Jika jumlahnya 5 ribu, maka sebanyak itu yang akan menjadi ambassador di Tiongkok.
Mangku Pastika menjabarkan, potensi pariwisata Tiongkok
sangat besar. Dari 1 milyar penduduknya,
300 juta adalah orang kaya. ‘’Jadi baru masuk 1 juta terlalu sedikit.
Baru beberapa persen. Target saya 10 juta. Dan itu orang super rich paling banyak dari Tiongkok. Mari
kita telusuri, kita sediakan apa yang mereka suka,’’ kata Mangku Pastika yang
langsung menggalang dana buat beli masker yang akan dikirim ke China melalui
Konjen China. (balu1)
PENGARAHAN PWA: Gubernur Bali, Wayan Koster mengumpulkan seluruh pelaku usaha pariwisata se-Provinsi Bali terkait pengarahan mengenai imbal jasa Pungutan Bagi Wisatawan Asing (PWA) di Art Centre Denpasar, Jumat (15/8). (Foto: Hms Pemprov Bali)
Denpasar, baliilu.com – Gubernur Bali, Wayan Koster mengumpulkan seluruh pelaku usaha pariwisata se-Provinsi Bali di Art Centre Denpasar, Jumat (15/8). Hal tersebut terkait dengan pengarahan Gubernur Bali mengenai imbal jasa Pungutan Bagi Wisatawan Asing (PWA) untuk pelaku usaha pariwisata yang ikut berpartisipasi menjadi mitra manfaat dan endpoint PWA.
Koster menjelaskan bahwa capaian Pungutan Wisatawan Asing (PWA) yang dilakukan saat ini belum maksimal dimana per tahun 2024 jumlah PWA yang terkumpul hanya mencapai Rp. 318 miliar atau 32% dari total pembayaran yang seharusnya dibayar wisman. Sedangkan di tahun 2025 capaian PWA hingga pertengahan Agustus 2015 sudah Rp. 229 miliar atau 34% dari jumlah wisatawan asing yang datang ke Bali.
“Belum maksimal. Masih sangat jauh dari harapan kita,” ungkap Koster.
Namun ia menjelaskan, memang dalam penerapannya terdapat beberapa kendala yang dihadapi salah satunya adalah Perda Bali No. 6 Tahun 2023 tentang Pungutan Bagi Wisatawan Asing untuk melindungi kebudayaan dan lingkungan Alam Bali belum mengatur tentang imbal jasa bagi pelaku usaha yang terlibat sebagai mitra manfaat dan endpoint PWA.
“Saat itu intensif dan imbal jasa tidak kita atur dalam Perda karena itulah kita melakukan perubahan Perda menjadi Perda Provinsi Bali No. 2 Tahun 2025 dan astungkara disetujui oleh Kemendagri termasuk juga dengan Pergubnya,” kata Koster dihadapan para GM/pimpinan hotel dan stakeholder pariwisata lainnya.
Koster menyampaikan bahwa sosialisasi tersebut dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada seluruh usaha pariwisata di Bali untuk ikut berpartisipasi dengan melakukan Kerjasama menjadi mitra manfaat dan endpoint dalam rangka optimalisasi pungutan wisatawan asing (PWA).
“Mitra manfaat dan endpoint dapat diberikan imbal jasa setingi-tingginya 3% dari perolehan pembayaran dan akan dibayarkan tiap triwulan,” kata Koster.
Ia berharap para pelaku usaha pariwisaha dapat turut berkontribusi dan terlibat aktif dalam mensukseskan program Pungutan bagi Wisatawan Asing (PWA) dengan turut mendaftar sebagai mitra manfaat atau endpoint.
Sementara itu, penggunaan PWA nantinya akan difokuskan untuk perlindungan kebudayaan dan lingkungan alam Bali, peningkatan kualitas pelayanan dan penyelenggaraan kepariwisataan Budaya Bali serta penanganan sampah di Bali.
Gubernur Koster juga menjelaskan, para pelaku usaha pariwisata harus berperan aktif dan bekerja sama dengan mendaftar sebagai mitra manfaat atau endpoint agar penyelenggaraan Pungutan Bagi Wisatawan Asing berjalan dengan lancar dan sukses.
“Hasil pungutan dari Wisatawan Asing sungguh-sungguh memberikan manfaat nyata bagi Pemerintah Provinsi Bali dalam penyelenggaraan kepariwisataan Bali berbasis budaya, berkualitas, dan bermartabat. Hasilnya akan digunakan antara lain untuk melindungi lingkungan Alam, Kebudayaan, dan Aura Spiritual Bali; menciptakan ketertiban, kenyamanan, dan keamanan bagi wisatawan asing selama berada di Bali; meningkatkan pembangunan infrastruktur dan transportasi ramah lingkungan. Selain itu juga untuk penanganan sampah; dan meningkatkan layanan informasi kepariwisataan. Pemerintah Provinsi Bali akan memberikan informasi penerimaan serta penggunaan dari hasil Pungutan Bagi Wisatawan Asing secara transparan dan akuntabel,” tegas Koster. (gs/bi)
NGERUAK: Bupati Jembrana, I Made Kembang Hartawan menghadiri upacara ngeruak pembangunan objek wisata Green Cliff dilanjutkan peletakkan batu pertama, Senin (14/7). (Foto: Hms Jembrana)
Jembrana, baliilu.com – Objek wisata Green Cliff, yang berlokasi di Banjar Bangli, Desa Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo, dibangun pada tahun 2017 lalu oleh masyarakat setempat sempat menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Kabupaten Jembrana.
Green Cliff menawarkan pesona alam yang indah dengan pemandangan perbukitan hijau dan udara sejuk, menjadikannya pilihan tepat bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam dan suasana yang menenangkan.
Kendati sempat menjadi destinasi wisata favorit, adanya Pandemi Covid-19 memaksa sektor pariwisata mengalami masa sulit. Hal itu juga dialami oleh objek wisata Green Cliff. Sempat tidur cukup lama, sejumlah fasilitas pun sudah mulai rusak sehingga cukup membahayakan bagi para pengunjung.
Dengan potensi besar yang dimilikinya, Green Cliff melalui bantuan dari Aviantion Fuel Terminal (AFT) Ngurah Rai, Green Cliff akan segera dibangkitkan kembali.
Hal tersebut ditandai dengan upacara ngeruak yang diawali dengan persembahyangan bersama di Pura Ulun Desa dan dilanjutkan dengan peletakkan batu pertama oleh Bupati Jembrana, I Made Kembang Hartawan bersama ketua DPRD Jembrana Ni Made Sri Sutharmi, Kadis Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Bali, beserta anggota DPRD Jembrana, Senin (14/7).
Upacara ngeruak juga dihadiri oleh jajaran AFT Ngurah Rai, Balai Perhutanan Sosial Bali Nusra, KHP Bali Barat, Balai DAS Unda Anyar, KTH Wana Sari Asri serta masyarakat dan tokoh masyarakat setempat.
Bupati Kembang mengatakan segala pekerjaan harus dimulai dengan berdoa, agar apa yang akan dikerjakan bisa berjalan dengan baik. Termasuk dengan pembangunan daya tarik wisata Green Cliff ini.
“Tadi kita berdoa bersama, agar seluruh perjalanan terutama pembangunan Green Cliff ini bisa berjalan lancar sesuai dengan harapan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, pihaknya mengatakan dengan adanya daya tarik wisata Green Cliff bisa memberikan dampak ekonomi yang nyata bagi masyarakat terutama masyarakat di Banjar Bangli, desa Yehembang Kangin.
“Semoga atas doa kita bersama dan restu Tuhan Yang Maha Esa, seluruh upaya keras yang kita lakukan bersama ditambah dengan niat yang kuat, semua kegiatan hari dan ke depan bisa berjalan dengan baik,” ungkapnya.
Sementara itu, Aviantion Fuel Terminal Manager Ngurah Rai, I Komang Susila Gosa mengatakan pembangunan kembali Green Cliff diharapkan bisa kembali menjadi salah satu ikon destinasi wisata populer di Jembrana sehingga bisa memberikan dampak yang positif bagi masyarakat disekitarnya.
“Hari ini kita ngeruak bukan hanya sebuah lokasi melainkan simbol harapan bersama bahwa sebuah kawasan bisa tumbuh menjadi ikon wisata alam yang lestari jika dikelola dengan kolaboratif dan penuh kesadaran,” ucapnya.
Selain itu, pihaknya mengatakan pemanfaatan alam khususnya hutan bila dikelola dengan baik juga akan bisa memberikan banyak manfaat. Selain menjaga keseimbangan alam, juga dapat memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat.
“Kegiatan hari ini bukan sekadar serimoni, ini adalah langkah awal menanam nilai, bukan hanya pohon. Kita sedang memulai babak baru dari perjalanan panjang pengelolaan hutan berbasis masyarakat. Yang tidak hanya berbicara tentang konservasi, tapi juga kesejahteraan sosial dan budaya lokal,” tandasnya. (gs/bi)
Pertemuan DPD HPI Bali bersama Polda Bali dan stakeholder terkait pada Selasa (15/4), bertempat di Big Garden Corner, Denpasar. (Foto: Hms Polda Bali)
Denpasar, baliilu.com – Maraknya aktivitas Tenaga Kerja Asing (TKA) ilegal dan guide liar di Bali menjadi perhatian serius Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Pramuwisata Indonesia (DPD HPI) Bali. Untuk menyikapi fenomena tersebut, DPD HPI Bali yang diketuai oleh I Nyoman Nuarta, S.H. menggelar pertemuan tatap muka bersama Polda Bali dan stakeholder terkait pada Selasa (15/4), bertempat di Big Garden Corner, Denpasar.
Pertemuan tersebut mengusung tema “Sinergitas DPD HPI Bali bersama Polda Bali dan Stakeholder Terkait: Mendukung Upaya Pencegahan dan Tindakan Tegas terhadap TKA Ilegal dan Guide Liar serta Berkomitmen Membantu Pengawasan Orang Asing demi Stabilitas Keamanan Bali yang Kondusif”.
Hadir dalam kegiatan ini Direktur Intelkam Polda Bali Kombes Pol. Syahbuddin, S.I.K., Kabid Pengembangan Kelembagaan dan SDM Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Kepala Seksi Intelijen Imigrasi Ngurah Rai, Kepala Seksi Intelijen dan Penindakan Imigrasi Denpasar, serta puluhan perwakilan anggota HPI Bali dari 11 divisi bahasa.
Dalam sambutannya, Ketua DPD HPI Bali I Nyoman Nuarta, S.H. menyampaikan keprihatinan atas kurangnya respons dari instansi terkait terhadap persoalan TKA ilegal dan guide liar. Ia menegaskan bahwa jika hal ini tidak segera ditindaklanjuti, berpotensi memicu konflik horizontal di lapangan.
“Kami sudah beberapa kali menyuarakan ini, bahkan turun aksi damai, tetapi tindak lanjutnya belum maksimal. Ini isu sensitif yang menyangkut keberlangsungan profesi pemandu wisata lokal dan citra pariwisata Bali,” ujar Nuarta.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Intelkam Polda Bali Kombes Pol. Syahbuddin, S.I.K. menyatakan dukungan penuh terhadap pengawasan orang asing dan pentingnya sinergi lintas instansi.
“Kami siap bersinergi dengan seluruh stakeholder untuk menjaga kondusifitas Bali. Data kami menunjukkan adanya peningkatan pelanggaran hukum oleh WNA, dan ini butuh penanganan konkret yang tidak bisa ditunda,” jelasnya.
Dinas Pariwisata Provinsi Bali juga menyampaikan bahwa pihaknya terus berupaya menata aktivitas wisatawan asing. Salah satunya melalui terbitnya Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 7 Tahun 2025.
“Sektor pariwisata memang memberi devisa besar, tetapi penataan terhadap wisatawan asing mutlak diperlukan. SE Gubernur No. 7 Tahun 2025 adalah salah satu langkah solutif,” ujar Kabid Pengembangan Kelembagaan dan SDM Dinas Pariwisata Provinsi Bali.
Dalam sesi diskusi, peserta menyampaikan sejumlah masukan, seperti perlunya sosialisasi aturan kepada konsulat negara asing, penertiban guide ilegal di objek wisata, penindakan terhadap WNA yang menyalahgunakan izin tinggal sebagai mahasiswa untuk bekerja, hingga usulan penempatan aparat kepolisian berseragam di lokasi wisata strategis.
Pihak Imigrasi dari Bandara Ngurah Rai dan Denpasar turut memberikan penjelasan terkait batasan kewenangan serta membuka ruang kolaborasi dengan HPI Bali.
“Kami ajak HPI untuk aktif dalam menciptakan pariwisata berkualitas. Laporan dari lapangan sangat penting bagi kami,” kata perwakilan dari Imigrasi Ngurah Rai.
Pertemuan ini menghasilkan beberapa poin penting, termasuk komitmen memperkuat pengawasan terhadap orang asing melalui kerja sama lintas instansi, pembentukan grup WhatsApp untuk sharing informasi, dan dorongan agar pekerja pariwisata menjaga stabilitas Bali.
Menutup pertemuan, Ketua DPD HPI Bali mengajak seluruh insan pariwisata agar tetap bijak menyikapi situasi dan menjaga citra positif Bali sebagai destinasi dunia.
“Kita harus menjadi tuan rumah yang cerdas. Bekerja sama adalah kunci agar pariwisata Bali tetap berkualitas dan berkelanjutan,” tutup I Nyoman Nuarta, S.H. (gs/bi)