Connect with us
https://www.baliviralnews.com/wp-content/uploads/2022/06/stikom-juni-25-2022.jpg

EKONOMI & BISNIS

Di Tengah Pandemi Covid-19, Wagub Cok Ace: Pemprov Bali Keluarkan Kebijakan Dukung Sektor UKM

BALIILU Tayang

:

de
WAKIL GUBERNUR BALI TJOKORDA OKA ARTHA ARDANA SUKAWATI

Denpasar, baliilu.com – Pandemi Covid-19 telah memukul perekonomian Bali yang didominasi oleh sektor pariwisata. Selain sektor pariwisata, sektor UKM juga merasakan dampak selama beberapa bulan terakhir ini di Bali.

Untuk membantu para perajin di Bali, maka Pemprov Bali pun mengeluarkan berbagai regulasi yang bersifat relaksasi sehingga meringankan dampak pandemi tersebut. Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) menyampaikan hal itu saat menjadi salah satu panelis dalam Government Rountable Series Covid-19: New, Next, Post secara virtual dengan tema “UKM Bali pasca Covid-19”, di Denpasar, Kamis (3/7-2020).

Berbagai kebijakan yang dikeluarkan Gubernur Bali pada masa pandemi ini untuk mendukung sektor UKM meliput relaksasi pajak, kemudahan regulasi, bantuan modal, peningkatan kualitas SDM, bantuan teknologi, promosi UMKM.

“Berbagai kebijakan tersebut dikeluarkan mengingat sektor UKM berperan sangat penting untuk perekonomian Bali,” jelasnya dalam webminar yang juga menghadirkan Bupati Bangli I Made Gianyar, perwakilan bupati/walikota, Kepala BI Perwakilan Bali Trisno Nugroho sebagai pembicara serta dipandu oleh Hermawan Kartajaya. Ia juga mengingatkan hal tersebut terjadi saat Bom Bali 1 dan 2 serta berbagai musibah yang berdampak pada pariwisata Bali. “Sektor UMKM-lah penyelamatnya,” ujarnya.

Lebih rinci Wagub yang juga merupakan penglingsir Puri Ubud ini juga menjelaskan kebijakan tersebut diperkuat dengan dikeluarkannya SE No: 065/447/DISKOP/2020 tentang Penangguhan Penagihan Pinjaman untuk Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, serta stimulus ekonomi sebesar Rp 220 milyar. “Bahkan jauh sebelum Covid-19, Pemprov telah mengeluarkan kebijakan yang sangat memperhatikan UMKM seperti Pergub No. 79 tahun 2018 tentang hari Penggunaan Busana Adat Bali dan Pergub No. 99 tahun 2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Lokal Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali,” imbuhnya. Melalui peraturan tersebut, Cok Ace mengaku usaha kecil, mikro dan menengah di Bali makin menggeliat.

Baca Juga  Doakan Masalah Virus Corona Cepat Reda, Jajaran Dinas Pariwisata Bali Sembahyang Bersama di Pura Narmada

Sementara di bidang peningkatan SDM, Wagub mengurai jika Pemprov telah menyiapkan berbagai langkah strategis, seperti memberikan pelatihan yang menunjang kemampuan serta daya saing masyarakat, bimtek bagi wirausaha muda, mendorong peningkatan kemampuan tenaga kerja Bali melalui program balai latihan kerja.

“Sementara untuk menunjang hal tersebut, pemerintah juga akan menyiapkan sarana dan prasarana, sehingga UMKM di Bali bisa makin menggeliat pasca Covid-19 ini,” jelasnya.

Di hadapan lima ratusan peserta webminar yang didominasi oleh generasi muda dan pelaku UMKM, Wagub Cok Ace juga menyampaikan pentingnya melakukan upaya perubahan yang sesuai dengan perkembangan era normal baru ini. “Sekarang kita harus bergerak ke era digital, baik pemasaran maupun sistem pembayaran untuk menjangkau pasar yang lebih luas,” jelasnya. Pemanfaat sistem pembayaran non-tunai atau cashless harus ditingkatkan untuk menghindari perantara kuman ataupun virus dari uang.

Sementara dalam kesempatan tersebut ia juga sempat menyinggung pariwisata. Menurutnya, pemerintah Provinsi Bali berencana membuka sektor pariwisata untuk sektor domestik tanggal 9 Juli mendatang, sembari melihat perkembangan. Untuk itu, ia mengingatkan praktisi pariwisata untuk bersiap ke era new normal. “Semua protokol kesehatan dan pencegahan Covid-19 harus benar-benar disiapkan. Saya juga berpesan untuk mengubah stigma wisatawan yang berkualitas hanya wisatawan mancanegara. Ingat saat Bom Bali 1 melanda Bali, wisdom adalah penyelamat kita,” urainya.

Dalam webminar yang berlangsung selama kurang lebih tiga jam tersebut, pembicara juga mengaku bahwa sektor UMKM harus bisa bergerak ke arah new normal. Selain untuk menggerakkan perekonomian, sektor ini harus mampu bersaing ke kancah global. Sementara, pemerintah daerah kabupaten/kota juga telah menyiapkan berbagai regulasi untuk mendukung upaya peningkatan UMKM (*/gs)

Loading

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
iklan stikom
Advertisements
iklan
Advertisement
Klik untuk Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

EKONOMI & BISNIS

Survei Penjualan Eceran Juni 2025: Momentum Musim Liburan, HBKN Idul Adha, dan TA Baru Dorong Aktivitas Ritel Bali

Published

on

By

Penjualan eceran Bali
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja. (Foto: dok)

Denpasar, baliilu.com – Pada bulan Juni 2025, penjualan eceran di Provinsi Bali diprakirakan masih dalam tren positif yang tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Bali yang sebesar 120,9 atau secara tahunan tumbuh 6,6% (yoy), dan masih berada di level optimis (>100). IPR Juni 2025 juga tumbuh moderat dibandingkan Mei 2025 yang sebesar 120,2. Prakiraan tumbuhnya kinerja ritel tersebut didukung oleh adanya faktor musiman, seperti libur sekolah, HBKN Iduladha, program potongan harga tengah tahun (mid season sale), serta mulai memasukinya tahun ajaran baru.

Prakiraan kinerja positif IPR pada Juni 2025 sejalan dengan data inflasi Badan Pusat Statistik (BPS) yang tercatat sebesar 2,94% (yoy), meningkat dibandingkan inflasi bulan Mei 2025 yang sebesar 1,92% (yoy). Inflasi yang masih berada dalam kisaran target 2,5% ±1% turut mendorong pertumbuhan konsumsi masyarakat di Bali, terutama pada komoditas pangan seperti beras, kopi bubuk, daging babi, cabai rawit, dan sawi hijau yang mengalami inflasi seiring dengan periode libur panjang di bulan Juni 2025. Survei Penjualan Eceran (SPE) Bali merupakan survei bulanan terhadap 100 penjual eceran/pengecer di Kota Denpasar dan sekitarnya yang bertujuan untuk memperoleh informasi dini mengenai arah pergerakan pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja mengatakan berdasarkan komponen pembentuknya, prakiraan penjualan eceran di Bali pada Juni 2025 utamanya didukung oleh tumbuhnya berbagai sub sektor, seperti Barang Budaya dan Rekreasi (termasuk alat tulis) yang meningkat 4,6% (mtm); Barang Lainnya (Farmasi, Kosmetik, Elpiji untuk Rumah Tangga, dan Barang Kimia untuk Rumah Tangga) yang meningkat 4,4% (mtm); Sandang yang meningkat 3,7% (mtm). Kinerja IPR di Bali yang positif tersebut menunjukkan peningkatan konsumsi masyarakat di Bali.

Baca Juga  Pesawat China Jemput Warganya, Awak Kabin Tak Boleh Turun

Erwin Soeriadimadja mengungkapkan prospek penjualan eceran di Bali ke depan diprakirakan akan terus positif. Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP), yang mencerminkan keyakinan pelaku usaha terhadap kinerja penjualan ritel dalam jangka pendek dan menengah, menunjukkan tren peningkatan. Responden memprakirakan penjualan pada 3 dan 6 bulan ke depan tetap terjaga yang tercermin dari IEP Agustus 2025 sebesar 182, dan pada November 2025 sebesar 194, masih berada di level optimis (IEP > 100). ‘’Terjaganya IEP tersebut mencerminkan pertumbuhan ekonomi Bali akan terus melaju, di tengah ketidakpastian ekonomi global,’’ ujar Erwin Soeriadimadja.

Untuk mendorong peningkatan IPR, Erwin menegaskan bahwa performa penjualan ritel dan konsumsi masyarakat perlu terus diperkuat. Dalam upaya tersebut, Bank Indonesia Provinsi Bali bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota terus mempererat sinergi guna menjaga kestabilan harga, melindungi daya beli masyarakat, dan memastikan agar perekonomian Bali bergerak ke arah pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan. (gs/bi)

Loading

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
iklan stikom
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

EKONOMI & BISNIS

Inflasi Bali Juni Terjaga, Namun Tekanan Risiko Harga Pangan Mulai Meningkat

Published

on

By

inflasi bali
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja. (Foto: dok)

Denpasar, baliilu.com – Rilis BPS Provinsi Bali pada 1 Juli 2025 menyebutkan bahwa perkembangan harga gabungan kabupaten/kota perhitungan inflasi di Provinsi Bali pada Juni 2025 secara bulanan mengalami inflasi sebesar 0,44% (mtm), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mengalami deflasi -0,47% (mtm). Secara tahunan, inflasi Provinsi Bali mengalami kenaikan menjadi 2,94% (yoy) dari 1,92% (yoy) pada Mei 2025. Meski tetap terjaga dalam rentang target 2,5±1%, inflasi Bali ke depan perlu tetap mendapat perhatian karena lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional baik bulanan maupun tahunan yang masing-masing tercatat 0,19% (mtm) dan 1,87% (yoy).

Untuk itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja mengatakan, diperlukan penguatan pengendalian inflasi melalui kolaborasi, inovasi, dan sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) khususnya dalam menyambut periode peak season kunjungan wisatawan mancanegara seiring periode summer holiday.

Erwin Soeriadimadja lanjut mengungkapkan, secara spasial, seluruh Kota/Kabupaten IHK mengalami inflasi bulanan dan tahunan. Kab. Badung mengalami inflasi bulanan tertinggi sebesar 0,53% (mtm) atau inflasi tahunan 2,11% (yoy), diikuti Kota Denpasar yang mengalami inflasi bulanan sebesar 0,48% (mtm) atau inflasi tahunan 3,30% (yoy). Selanjutnya, Kota Singaraja mengalami inflasi bulanan sebesar 0,37% (mtm) atau inflasi tahunan 2,79% (yoy), dan Kabupaten Tabanan mengalami inflasi bulanan sebesar 0,29% (mtm) atau inflasi tahunan 3,38% (yoy). ‘‘Secara bulanan, inflasi di Provinsi Bali terutama disumbang oleh Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, seiring dengan terbatasnya pasokan komoditas hortikultura dari daerah sentra seperti Bangli, Tabanan, Bima, Sembalun, dan dari Jawa (Lumajang, Kediri, Banyuwangi, Brebes) di tengah kondisi iklim kemarau basah dan gangguan distribusi,‘‘ ujar Erwin.

Baca Juga  Dari Sarasehan NCPI Bali di Toya Devasya: Virus Corona Bisa Disembuhkan, Badai Pasti Berlalu

Berdasarkan komoditasnya, sebut Erwin, secara bulanan inflasi bulan Juni 2025 terutama bersumber dari kenaikan harga cabai rawit, tomat, sawi hijau, buncis, dan cabai merah. Sementara itu, inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh penurunan harga daging babi, bawang putih, daging ayam ras, jeruk, dan bensin. ‘‘Adapun penurunan harga daging babi dan jeruk seiring dengan normalisasi permintaan pasca HBKN,‘‘ ucapnya.

Ke depan, kata Erwin Soeriadimadja, beberapa risiko yang perlu diperhatikan antara lain peningkatan permintaan barang dan jasa pada masuknya peak season kunjungan wisatawan mancanegara, kenaikan biaya pendidikan menjelang masuknya tahun ajaran baru, serta kenaikan harga emas perhiasan seiring tingginya harga global emas. Selain itu, ketidakpastian cuaca pada musim kemarau basah juga berpotensi mengganggu produksi hortikultura.

Untuk menghadapi potensi risiko inflasi ke depan, Bank Indonesia Provinsi Bali terus mendorong sinergi dan inovasi dengan seluruh Pemerintah Kabupaten/Kota di Bali dalam menerapkan strategi pengendalian inflasi berbasis 4K, yakni Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi yang Efektif. Dalam perspektif jangka menengah hingga panjang, Bank Indonesia Bali juga mendorong seluruh TPID untuk menjaga kestabilan harga dan memperkuat ketahanan pangan melalui peningkatan produktivitas pertanian. ‘‘Upaya peningkatan produktivitas tersebut dapat dilakukan melalui pengendalian hama pada musim kemarau basah, optimalisasi regulasi perlindungan lahan pangan berkelanjutan dan pengendalian alih fungsi lahan, perbaikan infrastruktur pengairan, penggunaan benih unggul, serta pengembangan hilirisasi pertanian,‘‘ kata Erwin.

Ke depan, Bank Indonesia bersama TPID Provinsi dan seluruh TPID Kabupaten/Kota di Bali akan terus memperkuat serta memperluas pelaksanaan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) melalui penguatan produktivitas pertanian, optimalisasi kerjasama antar daerah, dan peningkatan efisiensi rantai pasok dengan membangun ekosistem ketahanan pangan yang melibatkan BUMDes, Perumda Pangan, dan koperasi. Sinergi tersebut juga akan mencakup kolaborasi hulu-hilir antara petani, penggilingan, perumda pangan, dan pelaku horeka (hotel, restoran, dan kafe), yang didukung oleh penguatan regulasi dalam pemanfaatan produk pangan lokal oleh horeka di daerah.

Baca Juga  Tim UPP Saber Pungli Bali Sidak Pelabuhan Padangbai

‘‘Melalui langkah-langkah strategis tersebut, Bank Indonesia Bali meyakini bahwa inflasi di Provinsi Bali pada tahun 2025 akan tetap terjaga dalam rentang sasaran inflasi nasional sebesar 2,5%±1%,‘‘ pungkasnya.  (gs/bi)

Loading

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
iklan stikom
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

EKONOMI & BISNIS

Optimisme Konsumen Masih Terjaga Sejalan Meningkatnya Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja pada Lingkup Usaha Konstruksi

Published

on

By

ikk bali
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja. (Foto: dok baliilu)

Denpasar, baliilu.com – Pada Mei 2025 optimisme konsumen di Bali masih terjaga di level positif, sejalan dengan adanya Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Waisak dan Kenaikan Yesus Kristus, meskipun sedikit mengalami perlambatan.

Hal itu dikatakan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja melalui siaran pers, Jumat (20/6/2025).

Erwin lanjut mengatakan bahwa berdasarkan Survei Konsumen Bank Indonesia Provinsi Bali periode Mei 2025, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 126,3 dan tetap berada pada level optimis (indeks > 100). Survei Konsumen merupakan survei bulanan yang dilakukan Bank Indonesia untuk mengetahui tingkat keyakinan konsumen mengenai kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi konsumen terhadap kondisi perekonomian ke depan.

Erwin mengungkapkan, penurunan komponen IKK terjadi pada Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dari sebelumnya 121,3 menjadi 116,8 (turun 3,7%; mtm), serta Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dari 138,2 menjadi 135,8 (turun 1,7%; mtm). Penurunan tersebut disebabkan oleh adanya persepsi responden terkait persaingan usaha yang semakin ketat di Lapangan Usaha (LU) Akomodasi dan Makan Minum, khususnya unit usaha cafe. Lebih lanjut, penurunan IKK juga disebabkan oleh adanya penurunan pada konsumsi barang kebutuhan tahan lama karena masyarakat memprioritaskan pembelian kebutuhan primer seperti makan dan minum serta perlengkapan upacara keagamaan. Meskipun turun, namun IEK dan IKE tetap berada pada level optimis (> 100,0), menunjukkan bahwa optimisme konsumen terhadap prospek ekonomi masih tetap terjaga. Faktor pendorong positifnya IKK yaitu meningkatnya Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja sebesar 0,4% (mtm) atau sebesar 122,5. Hal ini didukung dengan meningkatnya lapangan kerja pada LU Konstruksi, khususnya tenaga buruh bangunan, seiring dengan bertambahnya pembangunan proyek-proyek.

Baca Juga  Update Covid-19 (11/8) di Bali, Persentase Pasien Sembuh Capai 86,90%

Sejalan dengan penurunan IKK, sebut Erwin, inflasi Provinsi Bali pada Mei 2025 sebesar -0,47% (mtm), lebih rendah dibandingkan inflasi April 2025 yang tercatat sebesar 0,73% (mtm). Kondisi ini didukung oleh data Angkasa Pura yang menunjukkan penurunan kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara pada Mei 2025 sebesar -1,9% (mtm) atau mencapai total 1,02 juta wisatawan sehingga berdampak pada penurunan permintaan. Berkaitan dengan hal tersebut, Bank Indonesia bersama pemerintah daerah terus berupaya menjaga konsumsi di Provinsi Bali, antara lain melalui stabilisasi harga dan pasokan pangan dengan operasi pasar murah, dan pemantauan harga komoditas bahan pangan utama. ‘’Sebagai upaya mendorong pertumbuhan, Bank Indonesia turut memperkuat penyaluran kredit perbankan melalui Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) sejak 1 April 2025 untuk lebih mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada sektor-sektor prioritas yang mendukung pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja,’’ ujar Erwin.

Erwin menegaskan bahwa Bank Indonesia Provinsi Bali bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Bali akan terus bersinergi dalam mengendalikan inflasi di Bali guna menjaga daya beli masyarakat. Inflasi yang terkendali diharapkan dapat mendorong konsumsi rumah tangga, menarik investasi, dan memperkuat aktivitas ekonomi. Stimulus pemerintah juga diharapkan mampu menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Bali yang berkelanjutan, di tengah berbagai tantangan ekonomi global dan domestik. Oleh karena itu, sinergi antara Bank Indonesia, pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat memegang peranan penting bagi stabilitas harga dan daya beli masyarakat. (gs/bi)

Loading

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
iklan stikom
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca