Tuesday, 11 February 2025
Connect with us
https://www.baliviralnews.com/wp-content/uploads/2022/06/stikom-juni-25-2022.jpg

BUDAYA

Gubernur Koster: Sisi Niskala Bagian Komprehensif dan Fundamental dalam Pembangunan Bali

BALIILU Tayang

:

de
SANTHI PUJA SAMGRAHA, Gubernur Bali saat menerima Panitia Pelaksana Santhi Puja Samgraha, di rumah jabatan Jaya Sabha Denpasar, Minggu (28/6-2020) pagi.

Denpasar, baliilu.com – Gubernur Bali Wayan Koster menyebut faktor niskala sebagai bagian penting bagi keberlangsungan Bali selama ini dan untuk di masa-masa yang akan datang.

“Upacara, adat dan tradisi kita di Bali yang harus kita bangun dengan kokoh, karena inilah yang membangkitkan taksu atau aura Pulau Bali yang menarik orang untuk datang,” kata Gubernur Bali saat menerima Panitia Pelaksana Santhi Puja Samgraha, di rumah jabatan Jaya Sabha Denpasar, Minggu (28/6-2020) pagi.

Gubernur menekankan, akar-akar adat, agama, tradisi hingga seni budaya Bali yang ada di desa adat harus terus digali dan dijalankan sebagai bagian dalam pembangunan komprehensif dan fundamental. “Kalau sampai sisi niskala ini terlupakan, tidak dijalankan, maka Bali hanya tinggal nama saja. Tidak ada bedanya dengan daerah lain, tidak ada kekuatan sebagai magnet yang menarik orang luar datang ke Bali,” ujar pria kelahiran Sembiran, Kabupaten Buleleng ini.

Sesuai visi ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’, maka tatanan kehidupan Bali Era Baru adalah suatu era yang ditandai tatanan kehidupan yang baru. ‘’Keseimbangan sekala niskala, alam dan budaya, harus terpenuhi sebagai kebutuhan dasar dalam upaya mengantisipasi tantangan-tantangan baru. Tatanan itu untuk mewujudkan krama Bali sejahtera sekala dan niskala,” katanya.

Untuk itu, Gubernur menyatakan menyambut baik pelaksanaan Santhi Puja Samgraha sebagai upaya secara niskala untuk memohon keselamatan dan kerahayuan alam tak hanya di Bali, tapi juga Indonesia dan bahkan seluruh penjuru dunia. “Ini sebuah niat yang bagus untuk menyambut tatanan kehidupan Bali Era Baru ke depan,” katanya.

Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana Santhi Puja Samgraha Made Sarjana menjelaskan, pelaksanaan Santhi Puja Samgraha yang akan dilaksanakan pada 2 Juli 2020 mendatang bertujuan untuk bersama-sama mendoakan keselamatan menuju masa pemulihan pandemi Covid-19.

Baca Juga  Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, Kirim Pesan Pemerintah tetap Jaga Kebhinekaan di Tengah Pandemi Covid-19

“Rencananya kegiatan ini akan diikuti oleh 1.188 sulinggih, pemangku dan pemuka agama dari seluruh Indonesia yang secara serentak melaksanakannya dari tempat masing-masing dan terhubung secara virtual,” ucapnya, menjelaskan.

Kegiatan ini diharapkan mampu menyebarkan spirit kedamaian ke seluruh penjuru dunia. Sehubungan dengan itu, Made Sarjana juga mengharapkan seluruh umat Hindu bisa turut serta. “Kita bawa spirit dari Bali untuk dunia menuju suasana yang santhi, damai,” katanya, menambahkan. (*/gs)

Advertisements
ucapan nataru
Advertisements
nataru
Advertisements
stikom
Advertisements
ucapan Imlek DPRD Badung
Advertisements
iklan fisioterapi
Advertisements
iklan
Advertisement
Klik untuk Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BUDAYA

Makna Mendalam Hari Saraswati, Wujud Pengetahuan dan Kebijaksanaan

Published

on

By

makna hari saraswati
I Kadek Satria, S.Ag, M.Pd.H selaku Penyuluh Agama Hindu Kantor Kementerian Agama Kabupaten Buleleng. (Foto: Hms Buleleng)

Buleleng, baliilu.com – Saraswati sebagai hari suci pemuliaan Ilmu Pengetahuan, memang sangat lekat bagi seluruh kalangan Hindu utamanya yang berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan. Sekolah, kampus dan kantor-kantor. Namun, apakah hanya berhenti disana? Tentu tidak. Hari suci dimana bertujuan untuk memuliakan Ilmu Pengetahuan ini memang sangat khas dan bahkan diyakini sebagai cikal bakal kita, sebab ilmu pengetahuanlah yang membuat kehidupan kita menjadi lebih mulia.

Mulia karena Guna (ilmu pengetahuan) lalu dengan ilmu itu kita memperoleh Gina (Geginan) atau professional hidup dan disanalah puncaknya akan memperoleh kesejahteraan (Dana).

Demikian catatan yang disampaikan I Kadek Satria, S.Ag, M.Pd.H selaku Penyuluh Agama Hindu Kantor Kementerian Agama Kabupaten Buleleng di ruang kerjanya, Jumat (7/2).

Lebih lanjut dijelaskan secara etimologis, hari suci Saraswati bisa kita lihat sebagai berikut. Saraswati terdiri dari kata : Saras (srs) dan Wati. Kata Saras berarti sesuatu yang mengalir, dan “kecap” atau ucapan. Dan kata Wati berarti yang memiliki/mempunyai. Jadi, Saraswati berarti : yang mempunyai -sifat mengalir dan sebagai sumber ilmu pengetaluan dan kebijaksanaan.

“Inilah kemudian berkembang bahwa beliau adalah sumber kebijaksanaan. Bukankah dengan ilmu pengetahuan kita akan menjadi lebih bijak? Sudah barang tentu itulah yang kita pahami,” ujarnya.

Lebih lanjut paparnya, beberapa istilah yang sering kita kenal tentang Saraswati antara lain dalam ajaran Tri Murti menurut Agama Hindu Sang Hyang Saraswati adalah Saktinya Sang Hyang Brahman. Pada titik ini beliau sebagai prabhawa-nya menciptakan alam semesta dengan Ilmu Pengetahuan yang utama sehingga dikenal dengan sebutan Sang Hyang Saraswati sebagai Hyang-Hyangning Pangaweruh.

Aksara merupakan satu-satunya Lingga Stana Sang Hyang Saraswati. Inilah yang menjadi alasan mengapa pada sarana upakaranya menggunakan jaje saraswati dimana bentuknya seperti aksara ong kara.

Pengertian odalan Sang Hyang Saraswati yang datang pada hari Saniscara Umanis wuku Watugunung adalah sebagai hari pemujaan turunnya ilmu pengetahuan oleh seluruh umat Hindu.

Baca Juga  Update Covid-19 (25/9), Kasus Positif Bertambah 144 Orang, 4 Pasien Meninggal

“Dari sudut pandang Etika kita bisa lihat bahwa Pemujaan Saraswati dilakukan sebelum tengah hari. Pada perayaan hari suci Saraswati, tidak diperkenankan membaca atau menulis. Hal ini dilakukan pada saat pemujaan beliau, dalam mempelajari segala “pengaweruh” selalu dilandasi dengan hati “Astiti” kepada Hyang Saraswati, termasuk dalam hal merawat perpustakaan. Namun setelah melakukan pemujaan, maka pemuliaan wajib dilakukan dengan mempelajari dan mendiskusikan ilmu pengetahuan itu (rembug sastra),” terangnya.

Dari sudut pandang upakaranya mari kita lihat lebih dalam. Mulai dari tempat misalnya, Semua pustaka-pustaka keagamaan dan buku-buku pengetahuan lainnya termasuk alat-alat pelajaran yang merupakan “Lingga Stana Hyang Saraswati” diatur dalam tempat yang layak untuk itu. Baik di rumah, sekolah, kampus dan tempat-tempat lainnya. Selanjutnya tentang banten atau upakara yang digunakan. Upakara Saraswati sekurang-kurangnya : Banten Saraswati, Sodaan Putih Kuning, dan canang selengkapnya. Selanjutnya memohon Kekuluh (tirta). Tirta yang dipergunakan hanya tirta Saraswati, diperoleh dengan jalan memohon kehadapan Hyang Surya sekaligus merupakan Tirta Saraswati, dan bisa memohon di tempat lingga Saraswati masing-masing, seperti lontar, gria dan tempat suci lainnya.

Ditambahkan oleh Kadek Satria, mengenai pelaksanaan secara garis besarnya bisa dilakukan sebagai berikut : Pertama, didahului dengan menghaturkan pesucian, ngayabang aturan, muspa dan matirta. Upakara Saraswati Puja ditetapkan nyejer sampai keesokan harinya. Banyupinaruh (pina wruh) Redite Paing Sinta, Asuci laksana. Di pagi hari umat asuci laksana (mandi, keramas dan berair kumkuman). Upakara dihaturkan labaan nasi pradnyan, jamu sad rasa dan – air kum-kuman. Setelah diaturkan pasucian/kum-kuman labaan dan jamu, dilanjutkan dengan nunas kum-kuman, muspa. matirta, nunas jamu dan labaan Saraswati/nasi pradnyan barulah upacara diakhiri/ lebar.

“Yang paling sering kita lihat adalah masyarakat melakukan pemujaan ke sekolah dan kampus, ada pula ke beberapa orang pintar atau balian. Hal ini karena Saraswati dikaitkan dengan taksu. Dimana taksu itulah yang dimohoni untuk memperoleh ketaksuan sehingga kehidupan akan menjadi guna baik untuk kemudian ilmu pengetahuan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari,” ungkapnya.

Baca Juga  Update Covid-19 Kamis (21/5) Kasus Positif hanya dari Transmisi Lokal, Dewa Indra: Masih Ada Warga tak Indahkan Upaya Pencegahan

Pengujung, adapula yang melakukan kegiatan banyu pinaruh ke sumber-sumber air, hal ini tidak masalah sepanjang diyakini sebagai laku baik dalam pelaksanaan pemuliaan Ilmu Pengetahuan. “Rahajeng nyanggra lan ngelaksanayang Rahina Suci Saraswati bagi semeton sedharma, mogi rahayu,” tutupnya. (gs/bi)

Advertisements
ucapan nataru
Advertisements
nataru
Advertisements
stikom
Advertisements
ucapan Imlek DPRD Badung
Advertisements
iklan fisioterapi
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

BUDAYA

Pemkot Denpasar Gelar Bhakti Rahina Saraswati di Pura Agung Jagatnatha

Published

on

By

Bhakti Saraswati Denpasar
RAHINA SARASWATI: Persembahyangan bersama Rahina Suci Saraswati oleh Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara, bersama Ketua DPRD Denpasar I Gusti Ngurah Gede, Sekda Kota Denpasar Ida Bagus Alit Wiradana, unsur Forkopimda Denpasar, Ketua TP PKK Denpasar Ny. Sagung Antari Jaya Negara, serta para siswa sekolah, Sabtu (8/2) di Pura Agung Jagatnatha. (Foto: Hms Dps)

Denpasar, baliilu.com – Pemerintah Kota Denpasar menggelar Bhakti Rahina Saraswati di Pura Agung Jagatnatha pada Sabtu (8/2). Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, serta dihadiri oleh Ketua DPRD Denpasar I Gusti Ngurah Gede, Sekda Kota Denpasar Ida Bagus Alit Wiradana, unsur Forkopimda Denpasar, Ketua TP PKK Denpasar Ny. Sagung Antari Jaya Negara, serta para siswa sekolah.

Suasana khidmat terasa saat kidung suci pemujaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewi Saraswati dilantunkan. Para penabuh tampak mengiringi prosesi yang juga dipersembahkan tari Rejang Dewa oleh para siswa sekolah. Para pemangku Pura Agung Jagatnatha tampak khusyuk mempersiapkan upacara hingga persembahyangan selesai.

Walikota Jaya Negara menyampaikan bahwa Bhakti Rahina Saraswati merupakan agenda rutin Pemerintah Kota Denpasar. Peringatan Rahina Suci Saraswati sebagai penghormatan kepada Dewi Saraswati, simbol ilmu pengetahuan, diharapkan dapat menginspirasi masyarakat untuk terus menuntut ilmu.

“Kita ketahui bersama dan kita sadari bersama ilmu pengetahuan sebagai kekayaan dan sumber utama dalam kehidupan, sehingga Pemkot Denpasar sangat mendorong dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dengan peningkatan pelayanan di bidang pendidikan,” ujar Jaya Negara.

Lebih lanjut, Walikota Jaya Negara berharap melalui Bhakti Rahina Saraswati, umat Hindu dapat meningkatkan Sradha Bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Selain itu, dengan Dewi Saraswati sebagai simbol ilmu pengetahuan, diharapkan umat dapat terus memperoleh tuntunan dalam menjalankan swadharma masing-masing.

“Kami menghaturkan Rahajeng Rahina Suci Saraswati, semoga peringatan Rahina Suci Saraswati ini membawa berkah bagi seluruh masyarakat Kota Denpasar dan semakin memperkuat semangat dalam menuntut ilmu serta menjalankan kewajiban sesuai dharma masing-masing,” ujar Jaya Negara.

Baca Juga  Update Covid-19 (31/5) di Bali, Kasus Positif Kembali Naik 10 Orang, Dewa Indra: Tanda Warga Tak Indahkan Upaya Pencegahan

Sementara Kabag Kesra Setda Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Antara menyampaikan, rangkaian Bhakti Rahina Saraswati telah berlangsung sejak pagi hari, dimulai dengan persiapan bersama para pemangku Pura Agung Jagatnatha dan dipuput oleh Ida Pedanda Putra Sibang, dari Griya Sibang, Sanur Kaja.

“Sejak pagi kami melaksanakan persembahan sarana upacara Rahina Saraswati dan diakhiri dengan persembahyangan bersama,” ujar Ida Bagus Alit Antara.

Pelaksanaan pada pagi harinya diakhiri dengan persembahyangan bersama. Sementara pada malam harinya juga akan dilaksanakan kegiatan seperti pementasan wayang kulit.

“Selain persembahyangan pagi, peringatan Rahina Saraswati juga dilanjutkan pada malam harinya dengan berbagai kegiatan budaya, antara lain pelantunan dan pembacaan sastra suci, hingga pementasan wayang kulit,” ujarnya. (eka/bi)

Advertisements
ucapan nataru
Advertisements
nataru
Advertisements
stikom
Advertisements
ucapan Imlek DPRD Badung
Advertisements
iklan fisioterapi
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

BUDAYA

Sekda Alit Wiradana Hadiri Peringatan “Jaya Stambha” 1111 Tahun Prasasti Blanjong

Published

on

By

prasasti blanjong
PERINGATAN "JAYA STAMBHA" : Sekretaris Daerah Kota Denpasar IB Alit Wiradana menghadiri pelaksanaan peringatan "Jaya Stambha" 1111 Tahun Prasasti Blanjong di Pura Dalem Blanjong, Desa Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan, Jumat (7/2). (Foto: Hms Dps)

Denpasar, baliilu.com – Sekretaris Daerah Kota Denpasar IB Alit Wiradana menghadiri pelaksanaan peringatan “Jaya Stambha” 1111 Tahun Prasasti Blanjong di Pura Dalem Blanjong, Desa Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan, Jumat (7/2).

Turut hadir dalam pelaksanaan tersebut Kadis Kebudayaan Kota Denpasar, Raka Purwantara, Ny. Putri Koster, Bendesa Adat Intaran, I Gusti Agung Alit Kencana serta pihak terkait lainnya.

Sekda Kota Denpasar, IB Alit Wiradana mengapresiasi pelaksanaan 1111 Tahun “Jaya Stambha” Prasasti Blanjong sebagai upaya memperingati keberadaan Prasasti Blanjong sebagai cagar budaya yang ada di Kota Denpasar. Dimana, Prasasti Blanjong ini merupakan bukti sejarah tentang awal keberadaan kerajaan Bali Kuno. Cagar budaya berfungsi sebagai saksi bisu perjalanan waktu, menyimpan nilai-nilai kultural, arsitektural, dan sejarah yang menjadi bagian integral dari suatu masyarakat.

Selain itu, lanjut Alit Wiradana, cagar budaya juga dapat menjadi sumber penelitian untuk memahami perkembangan peradaban manusia. Upaya pelestarian dan pengelolaan cagar budaya merupakan investasi dalam warisan budaya yang mendalam dan berkelanjutan.

“Dari keberadaan Prasasti Blanjong, Pemkot Denpasar telah melakukan langkah-langkah untuk terus menjaga dan melestarikan. Terlebih saat ini mendapat dukungan dari berbagai pihak dan komunitas yang ikut andil dalam menjaga cagar budaya agar tetap terjaga, serta mengedukasi masyarakat tentang pentingnya melestarikan warisan budaya untuk generasi mendatang khususnya di Kota Denpasar,” pungkas Alit Wiradana.

Sementara Ketua Panitia Pelaksana, I Wayan Sila Sayana, mengatakan kegiatan yang bertajuk “Jaya Stambha” Blanjong yang ke-1111 tahun ini sebagai pengingat keberadaan sebuah kota pelabuhan yang pernah ditancapkan pada Tahun Saka 835 di kawasan Sanur.

Lebih lanjut dalam peringatan 1111 tahun ini diisi dengan beberapa acara antara lain, pementasan Tari Topeng oleh Made Kara dari Rumah Topeng Sanur. Selain itu, juga diisi dengan diskusi terkait Prasasti Blanjong.

Baca Juga  Update Covid-19 Kamis (21/5) Kasus Positif hanya dari Transmisi Lokal, Dewa Indra: Masih Ada Warga tak Indahkan Upaya Pencegahan

“Yang mana tujuan dari pelaksanaan ini untuk meningkatkan kepedulian dan pengenalan kepada masyarakat terkait benda cagar budaya dan aksara, serta meningkatkan minat untuk belajar aksara kepada generasi muda,” ungkap Wayan Sila. (eka/bi)

Advertisements
ucapan nataru
Advertisements
nataru
Advertisements
stikom
Advertisements
ucapan Imlek DPRD Badung
Advertisements
iklan fisioterapi
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca