Connect with us
https://www.baliviralnews.com/wp-content/uploads/2022/06/stikom-juni-25-2022.jpg

EKONOMI & BISNIS

Live IG @toyadevasya, Arto Biantoro: Brand Harus Memiliki Kekuatan Identitas

BALIILU Tayang

:

de

SEORANG brand activist sejatinya memiliki sebuah tanggung jawab sosial untuk mengembangkan dan memajukan nilai tambah sebuah produk (brand), terlebih lagi Pemerintah Indonesia berkeinginan kuat memajukan brand lokal. Sebab, dengan bergeraknya brand lokal yang kebanyakan diisi oleh pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) maka di situlah perekonomian nasional akan bertumbuh pesat.

Demikian terungkap dari Arto Biantoro @artobiantoro seorang CEO Gambaran Brand Indonesia @gambaranbrandindonesia saat live Instagram @toyadevasya dengan host Putu Ayu Astiti Saraswati @putume dengan tema Live Go On, Balancing Live at Home, Kamis (7/5-2020).

Arto Biantoro dengan lugas memaparkan seluk-beluk apa dan bagaimana sebuah brand harus memiliki kekuatan identitas (brand image) seperti yang sudah dimiliki oleh @toyadevasya.

Arto Biantoro adalah seorang aktivis brand lokal yang secara konsisten melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan dan pengembangan brand-brand lokal di tanah air sejak 2006.

Kiprahnya di dunia brand dan branding dimulai ketika ia bekerja sebagai internal di beberapa perusahaan iklan di Amerika pada awal tahun 1998.

Setahun kemudian, setelah menyelesaikan pendidikan di bidang Sistem Informatika dari California State University of Fresno dan Desain Periklanan dari Academy of Art, San Francisco, Arto Biantoro memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan berkarya di tanah air.

Memulai karirnya sebagai konsultan brand, mengerjakan lebih dari 80 project brand sebelum mengembangkan diri ke area yang lebih luas. Seperti, menulis buku, membuat TV dan radio program, menjadi mentor dan berbagai hal lain yang berhubungan dengan pengembangan brand lokal di area branding, kewirausahaan, kreativitas dan startup.

Menurut Arto Biantoro, tanggung jawab besar seorang brand activist antara lain juga menumbuhkan awareness dari sebuah produk, mempromosikan dan mengangkat brand tersebut di pasar, lalu mengkonektivitaskan serta mempertemukan inisiatif kerjasama dengan berbagai instansi dan goverment, kemudian mendampingi brand lokal tersebut agar sesuai dengan harapan yang diinginkan, yang terakhir adalah bagaimana brand tersebut bisa tumbuh lebih besar (growing) agar bisa mempertemukan dengan investor (pemilik modal).

Baca Juga  Tingkatkan Layanan di Tengah Pandemi, Capil Badung Perkenalkan Layanan Ambil Berkas Kependudukan via Go-Jek

Bagaimana membuat suatu brand supaya lebih cepat dikenal pasar? Hal itu dilontarkan oleh @maryati909, owner Coco Group yang ikut tune-in dalam diskusi tersebut.

Sebaiknya kita memperkokoh dahulu suatu brand sebelum mengkomunikasikan (fase pondasi), hal ini sangatlah strategis sebab yang kebanyakan terjadi adalah orang sedemikian terlalu cepat mengeksekusinya sebelum brand yang dimiliki kokoh pondasinya.

Berbeda halnya dengan COCO Mart yang terus memperkuat dahulu brand positition-nya di pasar lokal (Bali) sambil menunggu saat yang benar-benar tepat untuk melakukan IPO (initial public offering).

Arto Biantoro memiliki pengalaman panjang dengan beberapa multinasional company seperti Coca-cola, Unilever dan lewat @gambaranbrandindonesia telah menginisiasi IBAN adalah jaringan independen para pegiat brand lokal yang berasal dari 32 kota, di Indonesia yang diinisiasikan oleh Gambaranbrand, memiliki fungsi untuk mengembangkan dan mendukung perkembangkan brand lokal di daerah masing masing.

Di Indonesia setiap tahun bertumbuh sekitar 120 ribu brand baru yang memiliki segmentasinya sendiri-sendiri. Tapi apakah jika brand-brand kemudian cukup puas dengan hasil yang diperolehnya? tentu seharusnya tidak, sebab brand besar seperti google dan Apple saja secara terus-menerus mempertajam inovasinya dalam upaya meraih pasar. (*/gs)

Loading

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
iklan stikom
Advertisements
iklan
Advertisement
Klik untuk Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

EKONOMI & BISNIS

Inflasi Bali Juni Terjaga, Namun Tekanan Risiko Harga Pangan Mulai Meningkat

Published

on

By

inflasi bali
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja. (Foto: dok)

Denpasar, baliilu.com – Rilis BPS Provinsi Bali pada 1 Juli 2025 menyebutkan bahwa perkembangan harga gabungan kabupaten/kota perhitungan inflasi di Provinsi Bali pada Juni 2025 secara bulanan mengalami inflasi sebesar 0,44% (mtm), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mengalami deflasi -0,47% (mtm). Secara tahunan, inflasi Provinsi Bali mengalami kenaikan menjadi 2,94% (yoy) dari 1,92% (yoy) pada Mei 2025. Meski tetap terjaga dalam rentang target 2,5±1%, inflasi Bali ke depan perlu tetap mendapat perhatian karena lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional baik bulanan maupun tahunan yang masing-masing tercatat 0,19% (mtm) dan 1,87% (yoy).

Untuk itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja mengatakan, diperlukan penguatan pengendalian inflasi melalui kolaborasi, inovasi, dan sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) khususnya dalam menyambut periode peak season kunjungan wisatawan mancanegara seiring periode summer holiday.

Erwin Soeriadimadja lanjut mengungkapkan, secara spasial, seluruh Kota/Kabupaten IHK mengalami inflasi bulanan dan tahunan. Kab. Badung mengalami inflasi bulanan tertinggi sebesar 0,53% (mtm) atau inflasi tahunan 2,11% (yoy), diikuti Kota Denpasar yang mengalami inflasi bulanan sebesar 0,48% (mtm) atau inflasi tahunan 3,30% (yoy). Selanjutnya, Kota Singaraja mengalami inflasi bulanan sebesar 0,37% (mtm) atau inflasi tahunan 2,79% (yoy), dan Kabupaten Tabanan mengalami inflasi bulanan sebesar 0,29% (mtm) atau inflasi tahunan 3,38% (yoy). ‘‘Secara bulanan, inflasi di Provinsi Bali terutama disumbang oleh Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, seiring dengan terbatasnya pasokan komoditas hortikultura dari daerah sentra seperti Bangli, Tabanan, Bima, Sembalun, dan dari Jawa (Lumajang, Kediri, Banyuwangi, Brebes) di tengah kondisi iklim kemarau basah dan gangguan distribusi,‘‘ ujar Erwin.

Baca Juga  Ny. Putri Koster bersama Relawan dan Satgas Covid Gelar Aksi Sosial di Kusamba Klungkung

Berdasarkan komoditasnya, sebut Erwin, secara bulanan inflasi bulan Juni 2025 terutama bersumber dari kenaikan harga cabai rawit, tomat, sawi hijau, buncis, dan cabai merah. Sementara itu, inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh penurunan harga daging babi, bawang putih, daging ayam ras, jeruk, dan bensin. ‘‘Adapun penurunan harga daging babi dan jeruk seiring dengan normalisasi permintaan pasca HBKN,‘‘ ucapnya.

Ke depan, kata Erwin Soeriadimadja, beberapa risiko yang perlu diperhatikan antara lain peningkatan permintaan barang dan jasa pada masuknya peak season kunjungan wisatawan mancanegara, kenaikan biaya pendidikan menjelang masuknya tahun ajaran baru, serta kenaikan harga emas perhiasan seiring tingginya harga global emas. Selain itu, ketidakpastian cuaca pada musim kemarau basah juga berpotensi mengganggu produksi hortikultura.

Untuk menghadapi potensi risiko inflasi ke depan, Bank Indonesia Provinsi Bali terus mendorong sinergi dan inovasi dengan seluruh Pemerintah Kabupaten/Kota di Bali dalam menerapkan strategi pengendalian inflasi berbasis 4K, yakni Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi yang Efektif. Dalam perspektif jangka menengah hingga panjang, Bank Indonesia Bali juga mendorong seluruh TPID untuk menjaga kestabilan harga dan memperkuat ketahanan pangan melalui peningkatan produktivitas pertanian. ‘‘Upaya peningkatan produktivitas tersebut dapat dilakukan melalui pengendalian hama pada musim kemarau basah, optimalisasi regulasi perlindungan lahan pangan berkelanjutan dan pengendalian alih fungsi lahan, perbaikan infrastruktur pengairan, penggunaan benih unggul, serta pengembangan hilirisasi pertanian,‘‘ kata Erwin.

Ke depan, Bank Indonesia bersama TPID Provinsi dan seluruh TPID Kabupaten/Kota di Bali akan terus memperkuat serta memperluas pelaksanaan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) melalui penguatan produktivitas pertanian, optimalisasi kerjasama antar daerah, dan peningkatan efisiensi rantai pasok dengan membangun ekosistem ketahanan pangan yang melibatkan BUMDes, Perumda Pangan, dan koperasi. Sinergi tersebut juga akan mencakup kolaborasi hulu-hilir antara petani, penggilingan, perumda pangan, dan pelaku horeka (hotel, restoran, dan kafe), yang didukung oleh penguatan regulasi dalam pemanfaatan produk pangan lokal oleh horeka di daerah.

Baca Juga  Beri Rasa Aman dan Nyaman, Rai Mantra Apresiasi Pemasangan Pembatas Plastik di Pasar Kertha Waringin Sari

‘‘Melalui langkah-langkah strategis tersebut, Bank Indonesia Bali meyakini bahwa inflasi di Provinsi Bali pada tahun 2025 akan tetap terjaga dalam rentang sasaran inflasi nasional sebesar 2,5%±1%,‘‘ pungkasnya.  (gs/bi)

Loading

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
iklan stikom
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

EKONOMI & BISNIS

Optimisme Konsumen Masih Terjaga Sejalan Meningkatnya Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja pada Lingkup Usaha Konstruksi

Published

on

By

ikk bali
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja. (Foto: dok baliilu)

Denpasar, baliilu.com – Pada Mei 2025 optimisme konsumen di Bali masih terjaga di level positif, sejalan dengan adanya Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Waisak dan Kenaikan Yesus Kristus, meskipun sedikit mengalami perlambatan.

Hal itu dikatakan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja melalui siaran pers, Jumat (20/6/2025).

Erwin lanjut mengatakan bahwa berdasarkan Survei Konsumen Bank Indonesia Provinsi Bali periode Mei 2025, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 126,3 dan tetap berada pada level optimis (indeks > 100). Survei Konsumen merupakan survei bulanan yang dilakukan Bank Indonesia untuk mengetahui tingkat keyakinan konsumen mengenai kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi konsumen terhadap kondisi perekonomian ke depan.

Erwin mengungkapkan, penurunan komponen IKK terjadi pada Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dari sebelumnya 121,3 menjadi 116,8 (turun 3,7%; mtm), serta Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dari 138,2 menjadi 135,8 (turun 1,7%; mtm). Penurunan tersebut disebabkan oleh adanya persepsi responden terkait persaingan usaha yang semakin ketat di Lapangan Usaha (LU) Akomodasi dan Makan Minum, khususnya unit usaha cafe. Lebih lanjut, penurunan IKK juga disebabkan oleh adanya penurunan pada konsumsi barang kebutuhan tahan lama karena masyarakat memprioritaskan pembelian kebutuhan primer seperti makan dan minum serta perlengkapan upacara keagamaan. Meskipun turun, namun IEK dan IKE tetap berada pada level optimis (> 100,0), menunjukkan bahwa optimisme konsumen terhadap prospek ekonomi masih tetap terjaga. Faktor pendorong positifnya IKK yaitu meningkatnya Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja sebesar 0,4% (mtm) atau sebesar 122,5. Hal ini didukung dengan meningkatnya lapangan kerja pada LU Konstruksi, khususnya tenaga buruh bangunan, seiring dengan bertambahnya pembangunan proyek-proyek.

Baca Juga  Sekda Dewa Indra: Insentif Tenaga Covid-19 Juli Ini Terbayar

Sejalan dengan penurunan IKK, sebut Erwin, inflasi Provinsi Bali pada Mei 2025 sebesar -0,47% (mtm), lebih rendah dibandingkan inflasi April 2025 yang tercatat sebesar 0,73% (mtm). Kondisi ini didukung oleh data Angkasa Pura yang menunjukkan penurunan kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara pada Mei 2025 sebesar -1,9% (mtm) atau mencapai total 1,02 juta wisatawan sehingga berdampak pada penurunan permintaan. Berkaitan dengan hal tersebut, Bank Indonesia bersama pemerintah daerah terus berupaya menjaga konsumsi di Provinsi Bali, antara lain melalui stabilisasi harga dan pasokan pangan dengan operasi pasar murah, dan pemantauan harga komoditas bahan pangan utama. ‘’Sebagai upaya mendorong pertumbuhan, Bank Indonesia turut memperkuat penyaluran kredit perbankan melalui Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) sejak 1 April 2025 untuk lebih mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada sektor-sektor prioritas yang mendukung pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja,’’ ujar Erwin.

Erwin menegaskan bahwa Bank Indonesia Provinsi Bali bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Bali akan terus bersinergi dalam mengendalikan inflasi di Bali guna menjaga daya beli masyarakat. Inflasi yang terkendali diharapkan dapat mendorong konsumsi rumah tangga, menarik investasi, dan memperkuat aktivitas ekonomi. Stimulus pemerintah juga diharapkan mampu menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Bali yang berkelanjutan, di tengah berbagai tantangan ekonomi global dan domestik. Oleh karena itu, sinergi antara Bank Indonesia, pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat memegang peranan penting bagi stabilitas harga dan daya beli masyarakat. (gs/bi)

Loading

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
iklan stikom
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

EKONOMI & BISNIS

Kinerja Positif Sektor Pendukung Pariwisata Dorong Penjualan Ritel di Bali

Published

on

By

IPR bali
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja. (Foto: dok baliilu)

Denpasar, baliilu.com – Pada bulan Mei 2025, penjualan eceran di Provinsi Bali diprakirakan masih dalam tren positif yang tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Bali yang sebesar 119,6 atau secara tahunan tumbuh 7,4% (yoy), dan masih berada di level optimis (>100). IPR Mei 2025 juga meningkat dibandingkan April 2025 yang sebesar 117,9. Prakiraan terjaganya kinerja ritel tersebut didukung oleh berlanjutnya optimisme masyarakat dengan peningkatan permintaan pada periode libur dalam rangka Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Waisak dan Kenaikan Yesus Kristus.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja mengatakan kinerja positif prakiraan IPR pada Mei 2025 sejalan dengan data inflasi Badan Pusat Statistik (BPS) posisi Mei 2025 yang sebesar 1,92% (yoy), melandai dibandingkan April 2025 yang mengalami inflasi sebesar 2,30% (yoy). Inflasi yang terjadi masih berada dalam rentang target sasaran inflasi sebesar 2,5% + 1% turut mendorong konsumsi masyarakat di Bali tetap tumbuh positif, khususnya untuk komoditas angkutan udara yang mengalami inflasi sejalan dengan memasukinya musim libur panjang di bulan Mei 2025. ‘’Survei Penjualan Eceran (SPE) Bali merupakan survei bulanan terhadap 100 penjual eceran/pengecer di Kota Denpasar dan sekitarnya yang bertujuan untuk memperoleh informasi dini mengenai arah pergerakan pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi,’’ ujar Erwin.

Berdasarkan komponen pembentuknya, lanjut Erwin, prakiraan penjualan eceran di Bali pada Mei 2025 didukung oleh tumbuhnya berbagai subsektor, seperti Peralatan Informasi dan Komunikasi yang meningkat 4,5% (mtm); Barang Budaya dan Rekreasi yang meningkat 3,6% (mtm); Makanan, Minuman dan Tembakau yang meningkat 3,2% (mtm); Suku Cadang dan Aksesori yang meningkat 2,2% (mtm); dan Bahan Bakar Kendaraan Bermotor yang meningkat sebesar 1,3% (mtm). Kinerja IPR di Bali yang positif tersebut menunjukkan peningkatan konsumsi masyarakat di Bali.

Baca Juga  Gubernur Koster Ajak Semua Pihak Turut Jaga Suasana Kondusif Bali

Erwin mengungkapkan bahwa prospek penjualan eceran di Bali ke depan diprakirakan masih terus bertumbuh. Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) yang menunjukkan keyakinan pelaku usaha terhadap pertumbuhan penjualan eceran dalam jangka pendek dan menengah masih meningkat. Responden memprakirakan penjualan pada 3 dan 6 bulan ke depan tetap terjaga yang tercermin dari IEP Juli 2025 sebesar 176, dan pada Oktober 2025 sebesar 196, masih berada di level optimis (IEP > 100). ‘’Terjaganya IEP tersebut mencerminkan pertumbuhan ekonomi Bali akan terus melaju, di tengah dinamika perdagangan global yang masih berlanjut,’’ ucapnya.

Erwin menegaskan bahwa performa penjualan ritel dan tingkat konsumsi masyarakat perlu terus ditingkatkan untuk mengoptimalkan IPR. Oleh karena itu, Bank Indonesia Provinsi Bali bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/kota di wilayah Provinsi Bali terus menjalin sinergi dalam menjaga stabilitas harga, memastikan daya beli masyarakat tetap terjaga, serta mendorong agar perekonomian Bali terus bergerak menuju pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan. (gs/bi)

Loading

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
iklan stikom
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca