Connect with us
https://www.baliviralnews.com/wp-content/uploads/2022/06/stikom-juni-25-2022.jpg

SENI

Usung Tema “Dharma Cakra Wastra”, Duta Badung Manjakan Mata Pengunjung Parade Busana Adat Khas Daerah pada PKB XLVI

BALIILU Tayang

:

parade busana adat badung
PARADE BUSANA: Penampilan duta Badung dengan tema “Dharma Cakra Wastra” di acara Parade (Utsawa) Busana Adat Khas Daerah serangkaian PKB XLVI tahun 2024 di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Art Center Denpasar, Sabtu (6/7/2024). (Foto Kolase: Hms Diskominfo Badung)

Badung, baliilu.com – Pada serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVI tahun 2024, salah satunya Parade (Utsawa) Busana Adat Khas Daerah se-Bali. Dalam kesempatan tersebut, dengan bangga Duta Kabupaten Badung menampilkan busana terbaiknya yang bertemakan “Dharma Cakra Wastra” di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Art Center Denpasar, Sabtu (6/7/2024).

Saat parade (Utsawa) berlangsung, Duta Kabupaten Badung memanjakan mata pengunjung dengan menampilkan enam jenis busana adat yakni, Busana Mepeed, Busana ke Pura Anak-anak, Busana Menek Kelih, Busana Kerja Adat, Busana Mepandes dan Busana Pawiwahan.

Koordinator Tim Penata Busana Kerja Adat dan ke Pura, I Gusti Ngurah Agung Sasmitra Wiguna mengatakan tema yang diangkat tahun ini adalah Dharma Cakra Wastra dan menggunakan pakem yang sudah ada di Badung.

“Hari ini Kabupaten Badung mengangkat tema Dharma Cakra Wastra, harapan kami pakem busana di Badung akan terus berlanjut tanpa mengubah sedikit pakemnya, namun yang bisa diubah adalah materinya, seperti kain yang digunakan,” ucap Sasmitra Wiguna.

Sasmitra Wiguna menjelaskan material tenun di Bali bisa terus berlanjut tanpa harus menghilangkan ciri khas dan untuk proses pengerjaan busana, membutuhkan waktu yang lama serta perlu banyak hal yang perlu dipersiapkan.

“Terkait dengan tema, penggunaan material tenun di Bali itu bisa terus berlanjut tanpa meninggalkan ciri khas dari Bali itu sendiri. Untuk busana adat ke pura dan adat kerja prosesnya sekitar 2 bulan, dikarenakan proses menenun kain itu butuh waktu lama. Sedangkan untuk payas agung prosesnya sampai 3 bulan, dikarenakan banyak hal yang harus dipersiapkan seperti aksesoris, bunga, wastra, dan prada,” jelasnya.

Ni Nyoman Budawati, S.Sn., selaku Penata Busana Kawya Gaya Bebadungan mengungkapkan selendang Brahmara menjadi ciri khas di Kabupaten Badung dan menjadi pembeda antara kabupaten lainnya.

Baca Juga  Bawakan Tabuh Karya I Wayan Lotring, Penampilan Sanggar Seni Pranawa Swaram Pukau Penonton PKB 2025

“Yang membedakan riasan Kabupaten Badung lainnya adalah terletak dalam sebuah selendang bernama selendang Brahmara. Nah, dalam selendang Brahmara ini mencerminkan riasan Kabupaten Badung yang diambil dalam riasan khas Puri Mengwi. Selain selendang Brahmara, juga terletak pada kain kamen yang menggunakan motif bun kacang, yang menandakan kita di Kabupaten Badung memiliki Puri yang sangat terkenal dan tersohor pada masanya yaitu, Puri mengwi,” ungkap Ni Nyoman Budawati.

Selain itu, dalam payasan khas di Kabupaten Badung, payas utama yang kita beri nama Kawya yang diambil dari julukan lain dari Puri Mengwi. Ini diperuntukkan untuk laki-laki yang menggunakan udeng sebagai ciri khasnya. Dan ciri khas untuk perempuan diberi nama pusung tanduk gaya Mengwi, tambah Penata Busana Kawya Gaya Bebadungan itu.

Sedangkan, I Wayan Awi Marwida, S.S., M.M, selaku Penata MUA Kabupaten Badung merasa sangat senang sekali diberikan kesempatan untuk berkarya dan juga mengembangkan lagi tradisi yang sudah ada khususnya di Kabupaten Badung.

Sementara itu, Perwakilan DWP Kabupaten Badung mengapresiasi penampilan dari Duta Kabupaten Badung serta menyampaikan agar terus berkreativitas dan tampil maksimal.

“Untuk para desainer, perancang busana, dan para pencipta karya busana adat khususnya Kabupaten Badung selalu tampil maksimal dan kedepannya agar lebih ditingkatkan lagi serta tetap berkreativitas. Saya sangat apresiasi terhadap penampilan Duta Badung hari ini,” ucapnya.

Dengan mengambil tema Dharma Cakra Wastra, para perancang ingin menyampaikan pesan yaitu keberlangsungan busana dalam kehidupan adat Bali terus berputar, sesuai dengan perkembangan zaman tanpa merubah pakem yang ada. Bali boleh maju dengan perkembangan jaman. Bali boleh ikut dalam arus globalisasi, namun jangan sampai akar adat, budaya Bali tergerus oleh semua itu. (gs/bi)

Baca Juga  Arja Klasik "Panca Yowana Kanti" Duta Denpasar Kisahkan Kerajaan Daha di PKB XLVI

Loading

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
iklan stikom
Advertisements
iklan

SENI

Penuh Percaya Diri, Sekaa Gong Wanita Karang Asti Komala Tampil ‘’Mebarung’’ di PKB 2025

Published

on

By

karang asti komala
GONG KEBYAR WANITA: Sekaa Gong Wanita Karang Asti Komala, Desa Adat Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan saat tampil pada ‘’Utsawa’’ (Parade) Gong Kebyar Wanita serangkaian PKB Ke-47 Tahun 2025, di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center), Senin (7/7) malam. (Foto: Hms Diskominfo Badung)

Denpasar, baliilu.com – Sekaa Gong Wanita Karang Asti Komala, Desa Adat Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan didapuk menjadi Duta Kabupaten Badung pada Utsawa (Parade) Gong Kebyar Wanita serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) Ke-47 Tahun 2025. Melangkah penuh percaya diri, para yowana dari sisi kelod Gumi Keris (Badung Selatan, red) itu mebarung (beradu) dengan duta Kabupaten Gianyar di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center), Senin (7/7) malam.

Para yowana Ungasan berjalan anggun di atas panggung dengan balutan busana bernuansa biru dan silver. Sementara di sisi tribun panggung riuh oleh tepuk tangan dan teriakan penonton. Penampilan Sekaa Gong Wanita Karang Asti Komala ini disaksikan langsung oleh Bupati Badung I Wayan Adi Arnawa, Gubernur Bali I Wayan Koster, Bendesa Adat Ungasan I Wayan Disel Astawa, OPD Pemkab Badung, dan ribuan penonton yang memadati tribun panggung terbuka Ardha Candra.

Kala itu, Sekaa Gong Wanita Karang Asti Komala Desa Adat Ungasan tampil maksimal didukung langit malam yang cerah. Ada tiga materi yang ditampilkan, hasil dari penggalian kreativitas seni karawitan, gerak tari, dan olah vokal. Pertama, Tabuh Telu berjudul “Yogi Suara” yang terinspiriasi dari kondisi Bali saat ini, yang mengalami paradoks-paradoks ekstrim dan menggerogoti tata pesona nyaman Bali. Kondisi ini menyebabkan kekacauan, kegaduhan, risau, dan resah.

“Tabuh kreasi Yogi Suara ini penggarap terinspirasi dari perkembangan situasi dan kondisi yang terjadi di Bali saat ini. Melalui karya Yogi Suara ini, kita diajak meyasa kerthi (berupaya) mempertahankan kelangsungan hidup ini, agar Bali bisa ajeg dari hal-hal negatif,” ungkap Koordinator Gong Kebyar Wanita Badung sekaligus Prajuru Desa Adat Ungasan, I Made Suada S.Ag M.Si.

Baca Juga  Sekaa Gong Batur Mahaswara, Tampilkan Garapan Seni 100% Otentik Rasa Desa Batuan

Sedangkan garapan kedua menampilkan tari kreasi berjudul “Tedung Jagat” yang merupakan kiasan kata untuk seorang pemimpin yang memiliki kebijaksanaan dan kewajiban memberikan kenyaman kepada rakyatnya. Sebagai informasi, tari kreasi ini diciptakan pada ajang PKB ke-40 tahun 2018. “Tedung Jagat ini bagaimana pemimpin bisa mengayomi seluruh masyarakat yang tercermin dalam konsep Asta Brata,” terang Suada.

Sebagai pamungkas, Sekaa Gong Kebyar Wanita Karang Asti Komala menyajikan Sandyagita dengan judul “Jagat Hita yang menyiratkan kesadaran dalam pencapaian Moksartam Jagadhita, konsepsi holistik dunia sekala niskala. Dengan konsep garap paduan suara Bali mengedepankan harmoni dan accord dengan ornamentasi tembang Bali, mengajak kita menjaga keharmonisan diantara sesama sebagai wujud saling hormat-menghormati dalam interaksi kemasyarakatan mengedepankan toleransi.

Suada melanjutkan, untuk tampil di PKB ke-47, Sekaa Gong Kebyar Wanita Karang Asti Komala mendapat kepercayaan dari Pemkab Badung dan disambut dengan dukungan penuh dari Desa Adat Ungasan. Kali ini, melibatkan puluhan seniman yang berasal dari 15 banjar se-Desa Adat Ungasan. “Kelian banjar adat kami sebagai ujung tombak sudah menggerakkan anak-anak muda dari 15 banjar yang ada di Desa Ungasan. Tentunya masing-masing banjar sudah ada perwakilan, kita gabungkan menjadi satu sekaa gong kebyar,” jelasnya.

Suada optimis, anak-anak muda Ungasan bisa tampil maksimal. Mengenai keberadaan Sekaa Gong Kebyar Wanita Karang Asti Komala, kata Suada, merupakan binaan Desa Adat Ungasan yang berproses sejak tahun 2000-an. Dalam perjalanannya, sekaa gong kebyar wanita ini terus berproses dan regenerasi. “Penampilan pada hari ini merupakan penampilan kedua kalinya kami mewakili Pemkab Badung. Dan sebagai regenerasi, hari ini kita akan melihat potensi anak-anak muda,” ucapnya.

Baca Juga  Jadi Duta GKD di PKB XLVII, Adi Arnawa Dukung Sekaa Gong Wira Agra Kusuma Blahkiuh, Abiansemal

Sementara itu Bendesa Adat Ungasan, I Wayan Disel Astawa menyambut dan memberikan apresiasi kepada Pemkab Badung yang telah memberikan kepercayaan kepada Ungasan sebagai duta Kabupaten Badung pada materi gong kebyar wanita. Menurutnya, hal ini sejalan dengan tujuan Desa Adat Ungasan dalam memberikan dukungan serta kesempatan pada perempuan untuk maju dan meningkatkan peran aktifnya dalam pelestarian warisan budaya.

“Kami ingin membangkitkan dan memberikan motivasi serta semangat agar perempuan ikut peran serta di setiap kegiatan dan di setiap momen, baik itu kegiatan budaya kegiatan keagamaan selalu mereka tampil dalam rangka pelaksanaan pelestarian adat budaya. Sehingga kapan pun ditunjuk, kita punya bibit yang sudah siap,” ucap Disel Astawa. (gs/bi)

Loading

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
iklan stikom
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

SENI

Disambut Antusias, Sanggar Seni Cakup Kaler Duta Badung Dalam Pagelaran Semara Pegulingan PKB 2025

Published

on

By

Semara Pegulingan badung
SEMARA PEGULINGAN: Sanggar Seni Cakup Kaler, Banjar Semanik, Desa Pelaga, Kecamatan Petang saat tampil dalam Rekasadana (Pagelaran) Semara Pegulingan PKB ke-47 tahun 2025, di Kalangan Angsoka, Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center), Senin (7/7). (Foto: Hms Diskominfo Badung)

Denpasar, baliilu.com – Sanggar Seni Cakup Kaler, Banjar Semanik, Desa Pelaga, Kecamatan Petang mewakili Kabupaten Badung dalam Rekasadana (Pagelaran) Semara Pegulingan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 tahun 2025. Para seniman yang tampil di Kalangan Angsoka, Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center), Senin (7/7) ini disambut antusias para penonton.

Ketua Sanggar Cakup Kaler, I Gede Adi Mahendra menyatakan, Sanggar Seni Cakup Kaler meupakan wadah berkumpulnya para pelaku seni muda. “Seniman-seniman yang tergabung yang tampil dalam pagelaran ini semuanya berasal dari Petang,” ungkapnya.

Adi Mahendra mengungkapkan, persiapan yang dilakukan untuk bisa tampil dalam PKB ke-47 kurang lebih selama empat bulan. Ia pun berharap, proses yang telah dilewati selama empat bulan ini bisa ditampilkam secara maksimal. “Kami harap para penari dan penabuh bisa tampil maksimal dan bisa menjadi kebanggaan Kabupaten Badung,” ujarnya.

Filosofi yang ingin disampaikan dalam pementasan ini adalah keharmonisan alam semesta beserta isinya di era sekarang. “Bagaimana agar alam semesta dan isinya berjalan harmonis sesuai tema PKB tahun ini yakni Jagat Kerthi,” tuturnya.

Sanggar Seni Cakup Kaler membawakan tiga materi yang terdiri dari Tabuh Klasik Sekar Emas, Legong Kreasi Bhima Sakti dan Tabuh Kreasi Mangu Puja.

Tabuh Sekar Emas merupakan sebuah tabuh klasik Semara Pegulingan yang lahir pada era tahun 1930/1940-an yang diciptakan oleh maestro seniman tabuh I Wayan Lotring. “Tabuh ini sebetulnya terinspirasi dari mekarnya bunga yang berkilauan bagaikan emas yang kemudian dituangkan dalam sebuah garapan seni tabuh,” jelas Adi Mahendra.

Selanjunya, Tari Legong Bhima Sakti mengisahkan tentang runtuhnya Kerajaan Mengwi di tangan Kerajaan Badung. Sang Raja, I Gusti Agung Putu terusir nan menyingkir menapaki marga suci spiritual menuju Puncak Mangu. Disanalah beliau melakukan tapabrata untuk mendapatkan pencerahan. Dari luka lahir cahaya, kekalahan berbuah kekuatan. Anak jagat Badung memuja sang raja yang akhirnya dianugerahi gelar “Bhima Sakti” sang ksatria unggul, berhati tulus bagai embun pagi, pelita dharma bagi rakyatnya, penjaga seimbangnya buana manusa, palemahan, lan idep suci.

Baca Juga  Pemkot Denpasar Gelontorkan Rp 3,2 Miliar Sukseskan PKB XLVI

“Melalui kisah Bhima Sakti, makna Jagat Kerthi Lokahita Samudaya” menemukan nadinya menjadi nyata, bahwa keseimbangan dunia bukan lahir dari kekuasaan semata, melainkan cinta, pengorbanan, serta kesadaran akan keterhubungan segala unsur kehidupan. Bagai Bhima Sakti yang mampu menyatukan kekuatan dan kasih, budaya pun hidup sebagai kekuatan dinamis yang menyatukan jagat raya dalam satu harmoni suci,” paparnya.

Sementara, Tabuh Kreasi Mangu Puja lanjut Adi Mahendra merupakan implementasi dari Tema PKB yang ke-47 tahun 2025 yakni adalah “Jagat Kerthi : Lokahita Samudaya, Harmoni Semesta Raya”. “Kreasi Gegitan Semara Pegulingan Mangu Puja mengartikan Mangu dalam Bahasa Austronesia sebagai wadah atau tempat merenung melainkan waktu yang berharga untuk kembali ke dalam diri, membersihkan hati dalam hinggar binggar. Sedangkan Puja, pujian atau memuliakan kembali kedamaian serta merajut hubungan yang lebih erat dengan alam semesta yang bersifat serasi, selaras dan seimbang,” jelasnya. (gs/bi)

Loading

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
iklan stikom
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca

SENI

Sekaa Gong Wanita Karang Asti Komala Duta Badung Bius Penonton Ardha Candra pada Parade Gong Kebyar Wanita PKB 2025

Published

on

By

badung
GONG KEBYAR WANITA: Penampilan Sekaa Gong Wanita Karang Asti Komala Desa Adat Ungasan yang merupakan Duta Kabupaten Badung yang membawakan tiga garapan yakni Tabuh Telu, Tari Tedung Jagat dan Sandya Gita Jagatdhita pada Senin, 7 Jui 2025 di Panggung Terbuka Ardha Candra Taman Budaya Art Center Denpasar. (Foto: gs)

Denpasar, baliilu.com – Antusias masyarakat Bali untuk menyaksikan pementasan Utsawa (Parade) Gong Kebyar Wanita pada Pesta Kesenian Bali Ke-47 Tahun 2025 begitu luar biasa. Terlebih lagi hadirnya Sekaa Gong Wanita Karang Asti Komala Desa Adat Ungasan yang merupakan Duta Kabupaten Badung yang membawakan tiga garapan yakni Tabuh Telu, Tari Tedung Jagat dan Sandya Gita Jagat Hita pada Senin, 7 Juli 2025 di Panggung Terbuka Ardha Candra Taman Budaya Art Center Denpasar.

Tiga garapan Sekaa Gong Wanita Karang Asti Komala Desa Adat Ungasan yang tampil dengan busana bernuansa biru dan silver itu mampu membius penonton yang saat itu mebarung dengan penampilan Sanggar Sanjiwani Sukawati, Duta Kabupaten Gianyar.

Koordinator Sekaa Gong Wanita Karang Asti Komala I Made Suada, S.Ag, M.Si mengatakan Sekaa Gong Wanita Karang Asti Komala Desa Adat Ungasan pada Parade Gong Kebyar Wanita PKB 2025 membawakan tiga buah garapan. Pertama, membawakan Tabuh Telu kreasi yang berjudul Yogi Suara yang dilatarbelakangi bahwa kita melihat zaman globalisasi dan zaman yang penuh dengan paradoks. Bali yang semula dikenal ramah tenang mempesona kini telah penuh, terpenuhi paradoks-paradoks ekstrim dengan berbagai kedok yang sengaja secara radikal menggerogoti tata pesona nyaman Bali. Terinspirasi dari hal tersebut, penata berusaha memadukan unsur musikal ke dalam audio visual yang berjudul Yogi Suara. ‘’Nah inilah kita tuangkan dalam sebuah tabuh, bagaimana kita harus mulat sarira dan bagaimana kita harus bisa menciptakan ini menjadi sebuah karya tabuh,’’ ujar Suada.

Kedua, Tari Tedung Jagat. Tedung berarti payung atau peneduh, jagat berarti bumi atau dunia. Tedung Jagat adalah sebuah istilah kiasan kata untuk seorang pemimpin yang memiliki kebijaksanaan dan kewajiban memberikan kenyamanan kepada rakyatnya. Seorang pemimpin yang dikagumi oleh rakyatnya adalah seorang pemimpin yang tajam akan ilmu pengetahuan, selalu berbakti kepada sang pencipta tidak pernah lupa dengan jasa para leluhur dan mencintai, menghargaai serta menghormati semua makhluk yang hidup di bumi ini. Tari kreasi ini diciptakan pada ajang PKB ke-40 tahun 2018. ‘’Nah itulah sebagai gambaran daripada Tari Tedung Jagat ini,‘‘ ucap Suada.

Baca Juga  "Dalem Batu Putih Dalem Batu Selem", Kisah Mengharukan dari Sanggar Surya Art di PKB Ke-46

Sedangkan garapan ketiga, menampilkan Sandya Gita yang menceritakan sebuah fenomena sesuai dengan tema PKB Jagat Kerthi. Jagat kerthi inilah yang diimplentasikan dalam sebuah sandya gita yang diberi judul Jagat Hita.

Sandya Gita Jagat Hita menyiratkan kesadaran dalam pencapaian moksartam jagaditha konsepsi holistik dunia sekala niskala. Dengan konsep garapan paduan suara Bali mengedepankan harmoni dan acord dengan ornamentasi tembang Bali mengajak kita menjaga keharmonisan di antara sesama sebagai wujud saling hormat menghormati dalam interaksi kemasyarakatan dan mengedapnkan toleransi. Memelihara dan menjaga kelestarian alam semesta dengan segala isinya dengan penuh welas asih mewujudkan lingkungan asri lestari untuk mencapai kesejahteraan wujud pencapaian jagat kerthi.

Sekaa Gong Wanita Karang Asti Komala yang didukung 75 orang ini sebagai penata I Wayan Widia, Pembina Tabuh I Komang Sumastra Jaya dan I Wayan Karyana. Penata Gerak I Made Nova Antara. Penasehat Bendesa Adat Ungasan, I Wayan Disel Astawa dan Perbekel Desa Ungasan  I Made Kari. Penanggung Jawab Kadisbud Badung, Ketua Listibya Kuta Selatan & Listibya Kabupaten Badung, dan Bupati Badung.

Melalui kesempatan ini, Suada menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Badung yang telah mempercayai dan menunjuk Desa Adat Ungasan sebagai Duta Kabupaten Badung dalam PKB ke-47 dalam rangka untuk melestarikan nilai-nilai seni kerawitan yang ada. ‘‘Nah, ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi Desa Adat Ungasan karena Desa Adat Ungasan telah mampu menciptakan sebuah sekaa kebyar wanita yang dinamai Sekaa Gong Wanita Karang Asti Komala,‘‘ ucap Suada seraya menegaskan Desa Adat Ungasan melalui bendesa adat juga mensupport pelaksanaan gong kebyar wanita ini.

Bendesa Desa Adat Ungasan, I Wayan Disel Astawa, menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Badung atas kepercayaan yang diberikan kepada Desa Adat Ungasan sebagai duta Kabupaten Badung dalam ajang Lomba Gong Kebyar Wanita pada Pesta Kesenian Bali (PKB) 2025.

Baca Juga  Bawakan Tabuh Karya I Wayan Lotring, Penampilan Sanggar Seni Pranawa Swaram Pukau Penonton PKB 2025

“Seiring dengan tujuan kami, saya ingin membangkitkan semangat serta memberikan motivasi kepada sekaa gong kebyar wanita agar terus tampil dalam berbagai kegiatan, baik dalam Pesta Kesenian Bali, saat pujawali, maupun dalam upacara keagamaan di desa. Ini adalah salah satu bentuk motivasi untuk meningkatkan peran serta perempuan dalam pelestarian seni dan budaya,” ujarnya.

Disel Astawa juga menyampaikan harapannya agar perempuan terus aktif dalam kelompok gambelan. Menurutnya, peran ini penting sebagai upaya pewarisan budaya dari generasi ke generasi.

“Semangat ini sejalan dengan langkah mulia Ida Bagus Mantra dalam mewujudkan Pesta Kesenian Bali, yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat agar tidak melupakan seni, agama, adat, dan budaya,” tambahnya.

Lebih lanjut, ia menegaskan pentingnya keikutsertaan perempuan dalam setiap kegiatan budaya dan keagamaan di Desa Adat Ungasan. “Saya ingin perempuan di Desa Adat Ungasan senantiasa hadir dan terlibat dalam setiap kegiatan. Ini bagian dari pelaksanaan pelestarian adat dan budaya kita,” ucapnya seraya menyampaikan bentuk motivasi dengan memberikan dana dari desa adat sebesar 500 juta, selain anggaran 800 juta yang diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Badung. ‘’Kami mensuport dengan tujuan ingin masyarakat kami di Desa Ungasan setelah ini agar selalu bangkit, menjadi cemeti bagi generasi penerus khususnya bagi perempuan untuk selalu eksis tampil sehingga di kemudian hari ke depan kita tidak susah mencari bibit,‘‘ tutupnya.

Di akhir pementasan, Bupati Badung I Wayan Adi Arnawa menyampaikan rasa senang dan bangga dengan penampilan Sekaa Gong Wanita Karang Asti Komala yang begitu luar biasa. Mudah-mudahan penampilan hari ini dan untuk penampilan duta-duta Badung selanjutnya akan lebih baik lagi sehingga tidak mengecewakan masyarakat Badung.

Baca Juga  Gubernur Koster Saksikan Parade Gong Kebyar Wanita dan Drama Gong Tradisi di PKB 2025

‘‘Tadi luar biasa sekali, mohon maaf penampilan antara Gianyar dengan Badung hanya dibedakan kualitas gambelannya, tetapi cara memukulnya, semangatnya dan kekekompakannya begitu luar biasa,‘‘ ujar Bupati yang hadir bersama Sekda Badung IB Surya Suamba. Hadir pula Gubernur Bali Wayan Koster.

Bupati Adi Arnawa menegaskan bahwa penampilan-penampilan hari ini dan juga untuk penampilan pada PKB tahun depan, Pemkab Badung akan lebih fokus lagi memperhatikan pelatih, tim pembina sehingga penampilan duta Kabupaten Badung jauh lebih hebat lagi. ‘‘Mungkin dengan cara  memberikan reward yang lebih baik lagi kepada peserta,‘‘ pungkasnya. (gs/bi)

Loading

Advertisements
galungan kuningan
Advertisements
iklan galungan pemkot
Advertisements
dprd bali galungan
Advertisements
iklan stikom
Advertisements
iklan
Lanjutkan Membaca