Denpasar, baliilu.com
– Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati yang akrab disapa Cok
Ace mengatakan kebahagiaan merupakan kesesuaian antara harapan dan kenyataan.
Kesenjangan antar-keduanya inilah yang menyebabkan orang tidak bahagia. Sulit
untuk mengukur kebahagiaan sebab setiap orang memiliki keinginan dan harapannya
masing-masing.
“Untuk itu kita harus melihat pada keseimbangan kehidupan
daripada mengukur kebahagiaan setiap individu. Keseimbangan kehidupan yang saya
maksud adalah cara hidup orang Bali sesuai filosofi Tri Hita Karana (THK) yang mencangkup hubungan harmonis antara manusia
dengan Tuhan, sesama manusia dan alam lingkungan sehingga mencapai kebahagiaan,”
tutur Wagub Cok Ace saat berkesempatan untuk menjadi Keynote Speaker dalam acara webinar World Happiness Index on Tourism in Bali Prespective on Bali Tourism
During Covid-19 yang diselenggarakan oleh Politeknik Pariwisata Bali, pada
Jumat (17/7-2020).
Dalam kesempatan webinar tersebut Wagub Cok Ace menyampaikan
apresiasinya atas segala upaya dan inisiatif untuk mengembangkan pariwisata
Bali sehingga mampu meningkatkan kebahagiaan masyarakat Bali. Menurutnya ada
beberapa cara untuk mengukur kebahagiaan, salah satunya adalah melalui indeks
Kebahagiaan Provinsi Bali yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik. Namun,
Wagub Cok Ace juga menyambut baik Survei Indeks Kebahagiaan yang dilakukan oleh
Poltek Pariwisata Bali dan Planet Happiness serta peran penguatan destinasi
melalui pendekatan 10 langkah.
Untuk itu Wagub Cok Ace menyarankan agar pihak Poltek Bali
dan Planet Happines dapat menggunakan THK sebagai pertimbangan yang penting
dalam melihat tingkat kebahagiaan masyarakat Bali.
Wagub Cok Ace juga menerangkan bahwa Indeks Kebahagiaan
(IK) Bali tahun 2017 menunjukkan skor
72,48. Dimana angka tersebut terbilang cukup tinggi dibandingkan daerah lain di
Indonesia. Bali menempati posisi ke-9 dengan IK tertinggi. IK tersebut diukur
dengan mempertimbangkan 3 dimensi yaitu: dimensi kepuasan hidup (skor 72,40),
perasaan (skor 71,71), makna hidup (skor 73,27). Dari data tersebut, Wagub Cok
Ace mengatakan terlihat dimensi perasaan orang Bali lebih rendah dari pada dimensi
kepuasan hidup dan makna hidup.
Untuk itu, Wagub Cok Ace menekankan, dimana berbicara
terkait perasaan seseorang memang sangat subjektif, baik dapat dilihat dari
faktor eksternal maupun internalnya. Sehingga menurut Cok Ace, alat yang
objektif untuk mengukur kebahagian adalah mengaitkannya dengan hal-hal objektif
seperti umur dan keterkaitan dengan keadaan ekonomi saat ini terlebih saat ini
merupakan masa pandemi. Dengan menggunakan alat ukur objektif maka hasil yang
diperloreh menjadi lebih objektif.
“Saya harap penelitian kolaborasi yang dilakukan nanti dapat
menghasilkan sesuatu data yang bersifat objektif dan menghasilkan suatu masukan
yang dapat diadopsi oleh Pemprov Bali dalam meningkatkan indeks kebahagian
masyarakat Bali,” pungkasnya.
Acara webinar tersebut selain dihadiri Wakil Direktur Poltek
Pariwisata Bali, juga menghadirkan
beberapa pembicara yang kompeten di bidangnya seperti perwakilan dari WTO,
Planet Happines dan beberapa perwakilan industri pariwisata. (*/gs)