Denpasar, baliilu.com
– Sekda Provinsi Bali yang juga selaku Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan
Penanganan (GTPP) Covid-19 Provinsi Bali Dewa Made Indra menyampaikan update kasus terkonformasi positif Covid-19
bertambah 49 orang pada Selasa (30/6-2020). Dengan demikian, secara akumulatif
pasien positif Covid-19 Provinsi Bali berjumlah 1.493 orang.
Pada hari yang sama juga ada tambahan jumlah pasien yang
sembuh sebanyak 15 orang sehingga total pasien sembuh hingga saat ini tercatat
sebanyak 798 orang. Terdapat satu pasien Covid-19 meninggal dunia sehingga total pasien yang
meninggal menjadi 14 orang. Dewa Indra menyebut, saat ini pasien positif yang
masih dalam perawatan (kasus aktif) tersisa sebanyak 681 orang.
Lebih jauh Dewa Indra mengurai, penambahan 49 kasus masih didominasi oleh penularan karena transmisi lokal yaitu sebanyak 47 kasus, 1 orang Pelaku Perjalanan Dalam Negeri (PPDN) dan 1 orang Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN). Penambahan kasus transmisi lokal terbanyak di Kota Denpasar sebanyak 19 kasus dan Bangli 18 kasus. Sementara 1 orang yang meninggal merupakan kasus transmisi lokal Denpasar. Dewa Indra menyampaikan penambahan kasus positif yang disebabkan transmisi lokal masih didominasi oleh hasil tracing kontak klaster pasar.
Mencermati trend perkembangan kasus Covid-19 dalam beberapa
minggu terakhir, Dewa Indra menggelar rapat koordinasi dengan pengelola pasar
rakyat/tradisional mambahas penertiban pelaksanaan protokol kesehatan di pasar
tradisional, Selasa (30/6-2020). Rakor yang dilaksanakan secara daring itu juga
melibatkan unsur TNI/Polri dan pemerintah kabupaten/kota. Dalam kesempatan itu,
Sekda Dewa Indra menginstruksikan pembentukan satuan tugas (satgas) atau posko
pengawasan dan penegakan disiplin penerapan protokol kesehatan di seluruh pasar
tradisional. Keberadaan satgas/posko ini diharapkan bisa melakukan pengawasan day to day untuk mencegah munculnya
klaster baru di pasar tradisional.
Dewa Indra menyebut, upaya pengendalian penyebaran Covid-19
di pasar tradisional menjadi fokus dan perhatian gugus tugas baik provinsi
maupun kabupaten/kota. Hal ini mengingat, penambahan kasus positif Covid-19
belakangan ini didominasi oleh klaster pasar. Ia lantas merinci sejumlah pasar
yang menjadi klaster penyebaran Covid-19 yaitu Pasar Kidul Bangli, Pasar Bon
Dalem Buleleng, Pasar Kumbasari Denpasar dan Pasar Galiran Klungkung.
“Di Pasar Kidul, kasus positif Covid-19 pertama kali ditemukan pada seorang tukang suwun yang kemudian menular pada sejumlah pedagang dan keluarganya. Berikutnya ada Pasar Bon Dalem, bahkan Pemkab Buleleng sempat melakukan karantina wilayah untuk mengunci penyebaran Covid-19,” urainya. Belakangan muncul klaster penyebaran baru di dua pasar besar yaitu Pasar Kumbasari Denpasar dan Pasar Galiran Kabupaten Klungkung. Bahkan, klaster Pasar Kumbasari menjadi penyumbang terbesar penambahan angka positif Covid-19 di Kota Denpasar.
Penanganan dan langkah pencegahan penyebaran Covid-19 di pasar
tradisional memang sudah dilakukan GTPP Provinsi dan kabupaten/kota. GTPP Covid-19
Provinsi Bali berkoordinasi dengan
jajaran TNI/Polri dan turun bersama untuk melakukan pengawasan dan
pendisiplinan penerapan protokol kesehatan di pasar-pasar tradisional. Akan
tetapi, GTPP Provinsi tak mungkin bisa menjangkau seluruh pasar tradisional
yang jumlahnya ribuan dan tersebar di seluruh Bali. Ia berharap, langkah yang
ditempuh oleh provinsi dapat dijadikan role model oleh GTPP kabupaten/kota.
Agar pengawasan dapat dilakukan dari hari ke hari, Dewa
Indra mendorong dibentuknya satgas/posko di setiap pasar tradisional baik yang
dikelola oleh pemerintah maupun desa adat. Dalam pembentukan satgas/posko ini,
pengelola pasar bisa berkoordinasi dan berkolaborasi dengan unsur TNI/Polri,
disperindag dan desa adat. Satgas inilah yang nantinya setiap hari bertugas
mengawasi dan mendisiplinkan para pedagang dan pengunjung pasar dalam penerapan
protokol kesehatan. “Ingatkan soal penggunaan masker yang baik dan benar,
arahkan pengunjung pasar agar mencuci tangan ketika masuk ke luar pasar. Khusus
untuk cuci tangan, satgas juga punya tugas memastikan ketersediaan air dan
sabun cuci tangan. Jangan sampai mengarahkan namun airnya tak mengalir, sabun
juga habis,” imbuhnya.
Dengan ditangani oleh suatu organisasi, birokrat asal
Buleleng ini berharap pengawasan dan penegakan disiplin di pasar bisa dilakukan
secara berkesinambungan. “Kalau hanya pemasangan pamflet atau poster itu
sifatnya hanya insidentil,” tambahnya. Lebih dari itu, satgas juga diharapkan
bisa memberikan edukasi secara terus-menerus.
Dengan langkah ini, ia berharap tak ada lagi pasar
tradisional yang menjadi klaster baru penyebaran Covid-19. Ia menambahkan,
pasar tradisional merupakan tempat yang rentan sebagai penularan Covid-19.
Sebagaimana diketahui, sangat sulit menerapkan protokol kesehatan physical distancing pada jam buka pasar.
Yang mengkhawatirkan, pedagang dan pengunjung pasar didominasi oleh kelompok
ibu-ibu usia rentan.
“Biasanya yang berjualan dan pengunjung kebanyakan ibu-ibu
yang usianya masuk kelompok rentan dalam penularan Covid-19. Itulah yang
menyebabkan waktu perawatan pada pasien menjadi lebih lama karena imun tubuh
sudah menurun seiring usia. Berbeda dengan proses penyembuhan pada pasien
sebelumnya yang sebagian besar masih muda-muda,” jelasnya.
Hal itu memberi gambaran bahwa kasus positif Covid-19 di
Daerah Bali telah menyentuh lapisan kelompok lanjut usia, yang sekali kena akan
lebih sulit untuk sembuh dan dapat mengancam keselamatan jiwa mereka. “Kelompok
ini wajib kita lindungi, oleh sebab itulah kita harus lebih fokus memberi
perhatian pada penguatan sistem pencegahan penyebaran Covid-19 di pasar
tradisional,” tandasnya.
Untuk mengetahui apakah pasar terpapar Covid-19 atau tidak,
ia menyarankan untuk dilakukan rapid
test. Namun mengingat tak mungkin melakukan rapid test bagi seluruh pedagang, rapid test bisa dilakukan dengan pola pengambilan sampel dengan
memilih beberapa pedagang. “Jika kedapatan 1 saja hasil reaktif, maka harus
ditindaklanjuti dengan rapid test massal,” ujarnya.
Pada bagian lain, Dewa Indra juga mengajak pengelola pasar
menumbuhkan budaya malu. Malu kalau pasar yang mereka kelola menjadi klaster
baru penyebaran Covid-19. “Kita semua juga harus ingat dengan tanggung jawab
moral. Ada rasa bersalah bila kelalaian kita menimbulkan korban. Jadi mari
lakukan upaya semaksimal mungkin. Kalau semua upaya telah dilakukan maksimal
tapi tetap ada kasus, itu soal lain,” pungkasnya sembari mendorong pengelola
pasar untuk menerapkan sistem jual beli online dan pembayaran non tunai. Dengan
demikian, pasar tetap akan menjadi tempat yang produktif dan tetap aman Covid-19.
Sementara itu, Kasatpol PP Provinsi Bali Dewa Nyoman Rai
Darmadi melaporkan bahwa pihaknya telah turun ke 19 pasar tradisional dan 6
supermaket untuk melakukan pengawasan penerapan protokol kesehatan. Menurutnya,
masyarakat belum sepenuhnya taat dan tertib dalam menerapkan protokol kesehatan
seperti penggunaan masker, rajin mencuci tangan dan jaga jarak. Ia juga
mengingatkan konsistensi petugas pengawasan. “Jangan sampai poskonya ada,
petugasnya tak ada,” ucapnya.
Di lain pihak, Kadisperindag Bali Wayan Jatra menambahkan,
keberadaan pasar tumpah yang paling sulit dikendalikan. Oleh karena itu, ia
berharap agar pengelola pasar lebih proaktif. Jajaran TNI/Polri yang mengikuti
rakor dari kantor masing-masing sepakat mendukung upaya GTPP provinsi dan
kabupaten/kota dalam mencegah penyebaran Covid-19 di Daerah Bali. (*/gs)
SAMBUTAN: Wakil Gubernur Bali I Nyoman Giri Prasta saat memberikan sambutan pada acara Penyerahan LKPD Unaudited Tahun Anggaran 2024 di Kantor BPK Perwakilan Provinsi Bali, Rabu (26/3/2025). (Foto: Hms Pemprov Bali)
Denpasar, baliilu.com – Wakil Gubernur Bali I Nyoman Giri Prasta mendorong pemerintah provinsi serta kabupaten/kota untuk mencapai Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) yang berkualitas. Hal tersebut disampaikannya dalam sambutan pada acara Penyerahan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Unaudited Tahun Anggaran 2024 di Kantor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Provinsi Bali, Rabu (26/3/2025).
WTP berkualitas yang dimaksud Wagub Giri Prasta adalah capaian WTP yang selaras dengan manfaat bagi masyarakat.
“Bukan sekadar WTP, tetapi harus berkualitas. Dalam arti, masyarakat semakin sejahtera, kemiskinan dapat dientaskan, angka pengangguran menurun, dan IPM meningkat. Itu yang harus kita capai,” ujarnya.
Terkait LKPD Tahun Anggaran 2024, ia menegaskan bahwa jajaran pemerintah provinsi serta kabupaten/kota pada prinsipnya siap diaudit oleh BPK Perwakilan Provinsi Bali. Wagub Giri Prasta juga sangat berharap adanya arahan dan pembinaan lebih lanjut dari jajaran BPK untuk penyempurnaan laporan keuangan.
“Kami siap menuju kualitas yang lebih baik,” ucapnya.
Masih dalam sambutannya, mantan Bupati Badung dua periode ini memuji langkah maju Pemkot Denpasar yang menyerahkan LKPD Tahun Anggaran 2024 dalam bentuk digital. Untuk itu, ia mendorong Pemprov dan kabupaten lainnya mengikuti langkah Pemkot Denpasar sehingga mulai tahun depan, seluruh LKPD diserahkan kepada BPK dalam bentuk digital. Penyerahan LKPD Tahun Anggaran 2024 ditandai dengan penandatanganan berita acara. Penyerahan LKPD kepada Kepala BPK Perwakilan Provinsi Bali, I Gusti Ngurah Satria Perwira, diawali oleh Wagub Giri Prasta dan dilanjutkan secara bergiliran oleh bupati/wali kota se-Bali.
Kepala BPK Perwakilan Provinsi Bali, I Gusti Ngurah Satria Perwira, menyampaikan bahwa pemeriksaan terhadap LKPD merupakan amanat Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2024 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
“LKPD wajib diserahkan kepada BPK paling lambat tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir. BPK kemudian melakukan audit dan hasilnya diserahkan kepada DPRD paling lambat dua bulan setelah LKPD diterima,” urainya.
Satria Perwira mengapresiasi capaian Pemprov serta kabupaten/kota se-Bali yang berhasil mempertahankan Opini WTP secara berturut-turut dan berkesinambungan. Pemprov Bali mencatat capaian WTP sebanyak 11 kali sejak tahun 2013 hingga 2023, sedangkan Kota Denpasar berhasil memperoleh WTP sebanyak 12 kali sejak tahun 2012 hingga 2023. Sementara itu, Kabupaten Badung, Buleleng, Gianyar, Jembrana, dan Tabanan mencatat 10 kali WTP sejak 2014 hingga 2023. Selanjutnya, Karangasem dan Klungkung mencapai 9 kali WTP, sementara Bangli mulai meraih WTP sejak tahun 2016,” sebutnya.
Senada dengan Wagub Giri Prasta, Satria Perwira menegaskan bahwa WTP bukanlah satu-satunya target yang harus dicapai pemerintah daerah. “Capaian WTP jangan sampai membuat kinerja pengelolaan keuangan daerah menjadi kendor. Selain itu, WTP harus berbanding lurus dengan hasil pembangunan, seperti peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat,” ungkapnya.
Menutup arahannya, Satria Perwira mengapresiasi progres penyelesaian tindak lanjut atas rekomendasi BPK. Pemprov Bali menempati peringkat pertama karena pada Semester II Tahun 2023 dan Semester II 2024, berhasil menyelesaikan tindak lanjut masing-masing 99,33 persen dan 99,86 persen. (gs/bi)
PENGECEKAN: Managemen PT PLN (Persero) UID Bali melakukan pengecekan SPKLU PLN ULP Tabanan pada masa siaga Ramadan Idul Fitri 2025. (Foto: Hms PLN UID Bali)
Tabanan, baliilu.com – PT PLN (Persero) terus memperluas infrastruktur Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di Pulau Dewata. Hingga Maret 2025, tercatat 135 unit SPKLU tersebar di 99 lokasi strategis di seluruh Bali. Informasi lengkap mengenai lokasi SPKLU dapat diakses melalui aplikasi PLN Mobile, memudahkan pengguna kendaraan listrik menemukan titik pengisian terdekat.
Salah satu kabupaten yang kini telah dilengkapi SPKLU adalah Tabanan. Bagi pengendara mobil listrik yang melintas di wilayah ini, tak perlu khawatir lagi karena PLN telah menyediakan SPKLU di Jalan Gajah Mada, Kantor PLN Rayon Tabanan. Selain itu, bagi wisatawan yang berlibur di kawasan Bedugul, juga telah tersedia SPKLU di Wisma PLN Bedugul, Kecamatan Baturiti, Tabanan.
General Manager PLN Unit Induk Distribusi (UID) Bali, Eric Rossi Priyo Nugoho, menegaskan komitmen PLN dalam mempercepat adopsi kendaraan listrik di Bali.
“Keberadaan SPKLU di Tabanan dan seluruh Bali adalah bukti keseriusan PLN dalam mendukung transisi energi bersih. Kami tidak hanya membangun infrastruktur, tetapi juga memastikan keandalan dan aksesibilitasnya bagi masyarakat,” ujarnya saat meninjau SPKLU Tabanan pada Selasa (25/3/2025).
Eric menambahkan, “Kami terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan pelaku usaha untuk memastikan SPKLU tersedia di lokasi-lokasi strategis, termasuk daerah wisata seperti Bedugul. Harapannya, semakin banyak masyarakat dan wisatawan yang beralih ke kendaraan listrik tanpa khawatir dengan ketersediaan stasiun pengisian.”
Ia juga mengajak masyarakat memanfaatkan aplikasi PLN Mobile untuk memantau lokasi SPKLU secara real-time.
“Dengan fitur ini, pengguna bisa merencanakan perjalanan dengan lebih baik, termasuk mengetahui status ketersediaan charger dan waktu pengisian,” jelas Eric.
Pemilihan Tabanan sebagai salah satu lokasi SPKLU adalah untuk mengantisipasi arus kendaraan listrik yang dapat meningkat khususnya saat menyambut Hari Raya Idul Fitri yang kian dekat, terutama wisatawan yang melintas menuju Bedugul dan kawasan Bali Barat.
“Kami melihat potensi besar di Tabanan, baik untuk kebutuhan lokal maupun wisatawan. Ke depan, kami akan terus menambah SPKLU di titik-titik lain yang dinilai strategis,” tegas Eric.
Menurut data PLN UID Bali, pertumbuhan pengguna kendaraan listrik di Bali meningkat 30% dalam setahun terakhir. Eric optimistis, dengan semakin banyaknya SPKLU, angka ini akan terus naik.
“Kami berharap Bali bisa menjadi contoh provinsi yang sukses menerapkan ekosistem kendaraan listrik. Dukungan semua pihak, termasuk masyarakat, sangat penting untuk mewujudkan hal ini,” pungkasnya.
Dengan terus bertambahnya SPKLU, Bali semakin siap menjadi destinasi wisata yang ramah kendaraan listrik. Pengguna dapat memantau ketersediaan unit pengisian secara real-time melalui aplikasi PLN Mobile untuk perjalanan yang lebih terencana dan efisien. (eka/bi)
Ketua DPR RI Puan Maharani, saat menyampaikan pidato Penutupan Masa Persidangan II Tahun Sidang 2024-2025 DPR di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (25/3/2025). (Foto: dpr.go.id)
Jakarta, baliilu.com – Ketua DPR RI Puan Maharani menutup masa sidang DPR untuk Masa Persidangan II Tahun Sidang 2024-2025. Ia pun menyoroti kesiapan pemerintah untuk momen Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah.
Penutupan Masa Persidangan II Tahun Sidang 2024-2025 DPR berlangsung dalam Rapat Paripurna yang digelar di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (25/3/2025). Di awal pidato penutupan masa sidang DPR, Puan menyampaikan dukacita kepada korban bencana alam akibat cuaca ekstrem.
“Atas nama Pimpinan DPR RI dan segenap Anggota DPR RI, kami menyampaikan rasa duka dan simpati yang mendalam untuk saudara-saudara kita yang sedang mengalami musibah akibat cuaca ekstrem baik banjir maupun tanah longsor yang terjadi di beberapa wilayah di tanah air,” kata Puan dikutip dari dpr.go.id.
“Semoga masyarakat yang terdampak bencana diberikan keselamatan dan kekuatan oleh Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,” lanjutnya.
Puan kemudian menyampaikan bahwa pada masa persidangan ini, pemerintah dan DPR melakukan pembahasan dan persetujuan atas rencana efisiensi APBN Tahun Anggaran 2025. Ia mengapresiasi upaya pemerintah tersebut dan mengingatkan agar pemerintah dapat sungguh-sungguh menggunakan uang rakyat bagi sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat.
“Pemerintah sudah seharusnya melakukan upaya terbaik dalam membuka jalan bagi rakyat untuk hidup lebih sejahtera, mudah dan tenteram,” ungkap Puan.
Perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu menambahkan, upaya pemerintah melakukan efisiensi APBN merupakan kewajiban yang harus dijalankan. Hal ini, menurut Puan, sebagai pelaksanaan atas amanat Undang-Undang Keuangan Negara.
“Oleh karena itu, efisiensi APBN merupakan kesempatan bagi pemerintah untuk memperkuat pengelolaan keuangan negara sesuai dengan undang-undang,” jelasnya.
Puan juga menyinggung soal kehidupan berdemokrasi di Indonesia pada saat ini yang telah menempatkan rakyat sebagai subjek dari kebijakan publik yang dibuat oleh negara. Untuk itu, negara disebut harus mawas diri, mendengarkan aspirasi rakyat, serta dapat mengartikulasikan aspirasi dan kepentingan rakyat dalam setiap kebijakan yang diambil.
“Negara harus hadir dalam melindungi rakyat, mencerdaskan hidup rakyat, dan mensejahterahkan rakyat. Bagi rakyat yang membutuhkan kehadiran negara dalam menyelesaikan urusan hidupnya, menunggu 1 hari saja akan terasa sangat lama,” ujar Puan.
“Tetapi bagi kita, DPR RI dan pemerintah, terkadang membahas masalah rakyat dan mencari solusinya seringkali bisa berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun,” imbuhnya.
Maka dari itu, Puan mengajak pemerintah untuk meneguhkan komitmen bersama agar dapat merespons secara cepat dan tepat setiap keluhan masalah rakyat. Mulai dari permasalahan lapangan pekerjaan, masalah sekolah, masalah layanan rumah sakit, masalah petani nelayan, dan lain sebagainya.
“Negara harus hadir tanpa harus menunggu rakyat memviralkan dan menuntut kehadiran negara,” tegas Puan.
Puan mengatakan, bertindak cepat tidak berarti mengabaikan tata kelola yang baik. “Kita harus bertindak cepat secara terukur dan taat pada prinsip-prinsip yang berintegritas. Niat baik saja tidak cukup dalam membuat kebijakan publik, diperlukan transparansi, akuntabilitas, dan sesuai dengan kewenangannya,” sebut mantan Menko PMK itu.
“Kita harus membangun budaya kerja membiasakan yang benar dan bukannya malah membenarkan yang biasa,” tambah Puan. (gs/bi)